Mengaku Hidupnya Terancam, Najib Razak Minta Perlindungan Polisi

Najib Razak meminta perlidungan pihak kepolisian. Ia beralasan, nyawanya dan keluarga sedang terancam. Simak alasan yang ia ajukan:

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 20 Mei 2018, 08:24 WIB
Diterbitkan 20 Mei 2018, 08:24 WIB
Najib Razak
Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak mencoblos di bilik suara pada pemilihan umum (Pemilu) di TPS wilayah Pekan, Pahang, Rabu (9/5). Pemilu ini pertarungan antara PM Najib yang sudah berkuasa sejak 2009, melawan Mahathir Mohamad. (AP/Aaron Favila)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Kekalahan dalam Pemilu 2018 membuat kehidupan mantan Perdana Menteri Najib Razak berbalik 180 derajat. Ia dan istrinya, Rosmah Mansor, dilarang bepergian ke luar negeri. Enam propertinya pun digeledah polisi.

Uang kertas dengan berbagai denominasi, berbagai jam tangan berharga selangit, perhiasan mahal, dan tak ketinggalan tumpukan kotak berwarna oranye diduga berisi tas Birkin keluaran Hermes disita polisi dalam kasus dugaan pencucian uang terkait skandal 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Kini, Najib Razak meminta perlidungan pihak kepolisian. Ia beralasan, nyawanya dan keluarga sedang terancam.

Situs berita Malay Mail melaporkan, Najib telah mengajukan laporan pada Jumat malam 18 Mei 2015 di Kepolisian Sentul, Kuala Lumpur.

Dalam laporan tersebut, Najib beralasan ada ancaman nyata terhadapnya dan anggota keluarganya. Ia secara resmi telah mengajukan permohonan untuk mendapatkan perlindungan dalam program perlindungan saksi.

Najib beralasan, ancaman tersebut tidak hanya datang dari Malaysia, tetapi juga dari luar negeri -- yang terkait dengan skandal dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).

Perdana Menteri keenam Malaysia itu juga mengadu bahwa personel kepolisian berada di kediamannya selama 18 jam dan menyita barang-barang miliknya dan putranya -- yang dia klaim tidak ada hubungannya dengan 1MDB.

Dalam laporannya, ia juga menyebut, polisi telah menggeledah tiga kondominium di Pavillion Residences di Kuala Lumpur, dan menyita perhiasan, uang tunai, serta barang-barang pribadi lainnya.

Ia mengklaim, barang-barang mahal itu adalah pemberian teman-temannya.

Dalam laporan tersebut, Najib Razak juga membela diri soal keberadaan tumpukan uang di rumahnya. Menurut dia, duit itu adalah sumbangan kampanye untuk koalisi Barisan Nasional (BN) dalam pemilu.

Najib telah menyatakan mengundurkan diri sebagai ketua BN menyusul kekalahan mengejutkan koalisi tersebut pada pemilihan yang digelar 9 Mei 2018.

Dia juga mengklaim bahwa penyelidik tak memberikan daftar barang apa saja yang telah disita.

Najib juga mengaku, hanya berperan sebagai penasihat dalam 1MDB dan tidak terlibat dalam pengambilan keputusan.

Keputusan soal transaksi 1MDB, menurut dia, dibuat oleh dewan direksi dan manajemen. Ia juga menyebut, uang sebesar 2,6 miliar ringgit di rekening pribadinya adalah sumbangan dari keluarga Kerajaan Arab Saudi.

Saksikan video terkait Najib Razak berikut:

 

Diperiksa Selasa Depan

Banjir Bendera Parpol Jelang Pemilu Malaysia
Sebuah monorail melintas di atas iklan elektronik dengan wajah PM Malaysia Najib Razak, Kuala Lumpur, Malaysia, Senin (7/5). Najib Razak akan bersaing dengan mantan PM Malaysia Mahathir Mohamad. (AP Photo/Andy Wong)

Komisi Antikorupsi Malaysia atau Malaysian Anti-Corruption Commission (MACC) akan meminta keterangan Najib Razak pada Selasa 22 Mei 2018.

Seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat malam (18/5/2018), komisi dikabarkan telah menemukan bukti bahwa uang sekitar US$ 10,6 juta ditransfer dari bekas anak perusahaan 1MDB, SRC International, ke rekening milik Najib.

Pemanggilan terhadap Najib dibenarkan oleh dua sumber berbeda.

Najib Razak telah berulang kali membantah keterlibatannya dalam skandal 1MDB.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya