1-6-1864: Pertempuran Sengit Cold Harbor di Tengah Perang Saudara Amerika

Pertempuran Cold Harbor menjadi salah satu yang paling sengit dalam sejarah Perang Saudara di Amerika Serikat.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 01 Jun 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Jun 2018, 06:00 WIB
20170114-Bendara-AS-AFP1
Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan Bendera Amerika Serikat yang akan digunakan untuk upacara pelantikan presiden baru Amerika Serikat Donald Trump, Alexandria Virginia, AS (10/1). (AFP/Andrew Caballero Reynolds)

Liputan6.com, Washington DC - Hari ini, tepat pada tahun 1864 silam, pasukan Konfederasi berperang sengit dengan tentara Union (Uni) di sebuah persimpangan strategis di negara bagian Virginia, Amerika Serikat.

Kala itu, kekuatan tentara Union sempat dilaporkan melemah, lantaran sejak awal Mei 1864, Jenderal Ulysses S. Grant, terus menerus menyerang basis Angkatan Darat Konfederasi yang dipimpin oleh Robert E. Lee di wilayah Virginia Utara.

Serangan tersebut ternyata menelan biaya yang sangat besar di pihak kesatuan militer Jenderal Grant, yang berjuluk Tentara Potomac.

Selain itu, sebanyak 60.000 korban jiwa berjatuhan di kedua belah pihak, di mana mayoritas berasal dari pihak Union, sehingga melemahkan strategi pertahanan dalam menghadapi serangan balasan Konfederasi. Demikian Today in History sebagaimana dikutip dari History.com pada Kamis (31/5/2018).

Setelah bertempur sengit di sepanjang Sungai Anna Utara dan di Gereja Bethesda -- dua wilayah di lintasan utama menuju kota industri Richmond yang menjadi basis paling utara pihak Konfederasi -- pada akhir Mei, peperangan kedua pasukan terus berlanjut menuju persimpangan Cold Harbor.

Namun, betapa kagetnya pihak Union, yang merepresentasikan pemerintah Amerika Serikat, ketika mengetahui bahwa pasukan Konfederasi telah lebih dulu menduduki area sekitar kedai makanan, di mana persimpangan jalan tersebut dinamai.

Pada 30 Mei, pertempuran kembali dimulai antara pasukan Union di bawah komando Philip Sheridan, dan pihak Konfederasi yang dipimpin oleh Fitzhugh Lee.

Bala bantuan untuk masing-masing pasukan militer terus berdatangan hingga malam hari pada tanggal 31 Mei. Perlahan namun pasti, Union kembali mendapatkan kekuatannya, dan mengambil alih kendali di persimpangan Cold Harbor.

Sayangnya, pertahanan Konfederasi menghalangi laju Union menuju Richmond dalam salah satu perang terbesar di sejarah Amerika Serikat itu. 

 

Simak video pilihan berikut:

 

Buruknya Pertahanan Union

Tampak Beda, Begini Ketika Bangunan AS Difoto dengan Inframerah
Pemandangan Gedung Putih di Washington DC (13/8). Foto ini dihasilkan dengan menggunakan kamera atau teknik Inframerah. (AFP Photo/Andrew Caballero-Renolds)

Di samping terus menguatkan wilayah pertahanannya, pihak Konfederasi juga berpikir keras untuk merebut kembali persimpangan Cold Harbor.

Karena merasa terdesak, Fitzhugh Lee pun memerintahkan serangan tak lama setelah fajar menyingsing di awal Juni, sebelum lebih banyak bala bantuan Union datang dari wilayah utara.

Lee menyerahkan komando pada seorang kolonel bernama Lawrence Keitt dari negara bagian South Carolina, yang ternyata kurang cakap dalam memimpin serangan fajar.

Segera setelahnya, serangan tersebut berubah menjadi kepanikan massal, yang menyebar hingga ke beberapa unit lain di pihak Konfederasi. Akibatnya, Union bisa memperluas wilayah kendali hingga menjangkau sedikit di luar area persimpangan Cold Harbor.

Union berpikir pihaknya bisa kembali melanjutkan upaya pemukulan mundur Konfederasi di sore hari, setelah bala bantuan datang.

Sayangnya, Union tidak dapat menembus benteng-benteng baru yang dibangun oleh pihak Konfederasi, sehingga mereka memutuskan untuk menunggu sampai sebagian besar Angkatan Darat Potomac tiba, sebelum meluncurkan serangan lain.

Penundaan ini terbukti harus dibayar mahal oleh Union, di mana di saat bersamaan, pihak Konfederasi memanfaatkan peluang tersebut untuk menggali parit dan membangun benteng darurat.

Ketika serangan dilanjutkan pada tanggal 3 Juni 1864, hal itu justru berubah menjadi bencana paling buruk bagi Union selama Perang Saudara.

Meski piawai dalam melakukan serangan, ternyata Union tidak cukup baik dalam menyusun pertahanan saat musuh memukul balik. 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya