29-5-1988: KTT Moskow Beri Sinyal Positif di Tengah Perang Dingin AS - Uni Soviet

Hari ini, 30 tahun yang lalu, presiden AS melakukan kunjungan kerja ke Moskow untuk berdialog dengan Pemimpin Uni Soviet.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 29 Mei 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 29 Mei 2018, 06:00 WIB
Penandatanganan Traktat Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada Desember 1987 atau lima bulan jelang KTT Moskow (Wikimedia / Creative Commons)
Penandatanganan Traktat Senjata Nuklir Jarak Menengah (INF) antara Presiden AS Ronald Reagan dan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev pada Desember 1987 atau lima bulan jelang KTT Moskow (Wikimedia / Creative Commons)

Liputan6.com, Moskow - Hari ini, 30 tahun yang lalu, Presiden Amerika Serikat Ronald Reagan melakukan kunjungan kerja ke Moskow untuk memulai konferensi tingkat tinggi keempat yang diadakan dalam tiga tahun terakhir dengan Pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev.

Meskipun KTT tersebut tidak menghasilkan pengumuman atau terobosan besar, konferensi itu tetap dinilai positif. Karena, berfungsi menjadi tonggak keberhasilan dan kegagalan yang dicapai oleh pemimpin kedua negara dalam hal hubungan AS - Soviet.

Enam bulan sebelumnya, dalam KTT di Washington DC pada Desember 1987, kedua pria itu telah menandatangani Traktat Senjata Nuklir Jangka Menengah (INF) yang bersejarah. Traktat itu sukses menghapuskan seluruh senjata nuklir kelas menengah dari Eropa.

Dalam banyak hal, perjalanan Reagan ke Moskow pada bulan Mei 1988 adalah suatu perjalanan perayaan atas keberhasilan INF Desember 1987.

Memperlihatkan pesona Reagan yang terkenal, presiden dan istrinya mengarungi kerumunan penyiar dan warga Uni Soviet yang penasaran untuk berjabat tangan dan bertukar basa-basi.

Bagaimanapun, dialog antara Reagan - Gorbachev pada 29 Mei 1988 tetap mengungkapkan bahwa perbedaan serius antara AS - Soviet masih ada, meski kedua negara telah menyepakati INF.

Sejak awal dialog Mei 1988, Reagan - yang di masa lalu menyebut Uni Soviet sebagai "kerajaan jahat" - menekan Gorbachev tentang masalah hak asasi manusia.

Dia mendesak Gorbachev untuk melonggarkan pembatasan Soviet pada kebebasan beragama dan juga meminta agar Uni Soviet melonggarkan hukum yang membuat banyak orang Yahudi Rusia bermigrasi.

Soviet jelas tidak senang dengan desakan Reagan, mengganggap pernyataan presiden AS sebagai sebuah upaya untuk mendikte tentang cara Moskow menangani masalah internal.

Seorang juru bicara dari Kementerian Luar Negeri Soviet menunjukkan kekesalannya ketika dia menyatakan kepada sekelompok wartawan, "Kami tidak suka ketika seseorang dari luar mengajarkan cara kami hidup, dan ini wajar saja".

Terlepas dari ketegangan akibat selisih pandang soal masalah hak asasi manusia, KTT itu sebagian besar menjadi kesempatan bagi Reagan dan Gorbachev untuk memperdagangkan pujian dan ucapan selamat atas prestasi mereka, terutama seputar Perjanjian INF.

Seperti yang dinyatakan oleh Reagan setelah hari pertama pertemuan mereka, "Saya pikir pesannya jelas -- terlepas dari perbedaan yang jelas dan mendasar, dan terlepas dari frustrasi yang tak dapat dielakkan yang kami temui, pekerjaan kami telah mulai membuahkan hasil."

Sejarah lain mencatat, pada 29 Mei 1953, Sir Edmund Halley dari Selandia Baru dan Tenzing Norgay dari Nepal menjadi orang-orang pertama yang mencapai puncak Gunung Everest yang merupakan tertinggi di dunia.

Adapun pada 29 Mei 1972, tiga pria bersenjata asal Jepang melancarkan serangan membabi buta di Bandara Tel Aviv, Israel. Akibatnya sebanyak 26 orang tewas dan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya