Yaman Akan Buka Koridor Evakuasi Bagi Warga Sipil Terdampak Konflik di Hodeidah

Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan pada Minggu 17 Juni 2018 bahwa mereka akan membuka koridor evakuasi bagi warga sipil terdampak konflik di Hodeidah.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 18 Jun 2018, 17:06 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2018, 17:06 WIB
Milisi pro-pemerintah Yaman yang didukung Koalisi Arab Saudi dalam sebuah operasi untuk memasuki Kota Hodeidah (AFP PHOTO)
Milisi pro-pemerintah Yaman yang didukung Koalisi Arab Saudi dalam sebuah operasi untuk memasuki Kota Hodeidah (AFP PHOTO)

Liputan6.com, Hodeidah - Angkatan Bersenjata Yaman mengatakan pada Minggu 17 Juni 2018 bahwa mereka akan membuka koridor evakuasi bagi warga sipil terdampak konflik di Hodeidah.

Militan Houthi yang bersedia menyerah dan melucuti senjata mereka juga akan diizinkan untuk mengakses koridor evakuasi dari Hodeidah, kata Angkatan Bersenjata Yaman, seperti dikutip dari Arab News, Senin (18/6/2018).

Kabar itu muncul setelah koalisi Arab Saudi dan pemerintah Yaman melancarkan serangan udara atas bandara Hodeidah, Yaman, pada Minggu 17 Juni.

Serangan udara itu ditujukan untuk mendukung pasukan yang berusaha merebut kendali bandara Hodeidah dari gerilyawan Houthi sekutu Iran. Demikian seperti dikutip dari Antara.

Jet-jet tempur melancarkan lima serangan atas kota pelabuhan Hodeidah, yang memiliki arti strategis bagi jutaan warga Yaman, demikian laporan kantor berita resmi Houthi, SABA.

Televisi milik Saudi Al Arabiya juga melaporkan serangan-serangan atas bandara itu.

Pasukan darat, temasuk tentara Uni Emirat Arab, Sudan dan Yaman dari berbagai faksi, mengepung kompleks bandara utama tersebut pada Sabtu, kata sebuah sumber di militer Yaman yang bersekutu dengan koalisi.

Tujuan utama dari sekutu, pimpiunan UAE, ialah mengalahkan pengikut Houthi di Hodeidah, satu-satunya pelabuhan di Laut Merah di bawah kekuasaan mereka, dan memutus jalur pasokan mereka ke Sanaa, ibu kota Yaman.

Uni Emirat juga menjelaskan bahwa operasi militer itu dirancang untuk membantu utusan khusus PBB ke Yaman, Martin Griffiths, guna membujuk Houthi agar menghentikan perlawanan dan bersedia melakukan perundingan.

"Kami berada pada titik balik, karena selama Houthi memegang Hodeidah, mereka akan terus menghalangi proses politik," kata Anwar Gargash, menteri luar negeri UEA via Twitter, seperti dikutip dari Arab News.

"Kami sangat yakin bahwa pembebasan Hodeidah akan mendorong Houthi kembali ke meja perundingan."

Orang-orang Hodeidah tidak ingin diperintah oleh "ekstremis yang didukung Iran," katanya. "Kami akan terus berfokus pada dua tujuan utama kami; melindungi aliran bantuan kemanusiaan dan melindungi warga sipil."

Militer Yaman mengatakan sekitar 500 Houthis tewas dalam pertempuran untuk Hodeidah, yang merupakan jalur pasokan bantuan penting, tetapi juga saluran untuk pasokan senjata Iran kepada militan.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:


PBB: 5.000 Warga Sipil Melakukan Eksodus dari Hodeidah

UNHCR Beri Bantuan Pengungsi Korban Perang di Yaman
(ilustrasi) Warga Yaman mengantre untuk menerima bantuan selimut dan alas tidur dari Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di kota pesisir Hodeidah, Yaman (11/4). (AFP Photo/Abdo Hyder)

Di sisi lain, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan mengatakan pada hari Minggu, 17 Juni bahwa hampir 5.000 keluarga telah mengungsi dari provinsi Hodeidah bulan ini.

Juru bicara pemerintah Yaman Rajeh Badi mengatakan kepada Arab News bahwa milisi Houthi hanya memahami bahasa kekuatan.

"Kecuali mereka mendapatkan lampu hijau dari para pemimpin mereka di Iran, mereka tidak akan pernah menyerahkan senjata mereka atau menyerah dengan damai dan menyelamatkan warga tak bersalah di Hodeidah dan seluruh wilayah Yaman di bawah kendali mereka atas kekejaman," kata Badi.

Sementara itu, warga yang masih bertahan di Hodeidah mengaku hidup di bawah ancaman sepanjang pertempuran antara koalisi Yaman-Saudi dengan pemberontak Houthi.

"Kami hidup di bawah keadaan teror selama tiga hari karena kami di kawasan dekat bandara itu," kata Khaled Ateeq, 38 tahun, seorang warga, seperti dikutip dari Antara.

Pertempuran merebut Hodeidah bisa sengit, menimbulkan penderitaan lagi bagi warga sipil, yang telah mengalami serangan-serangan udara, blokade pelabuhan, kelaparan dan wabah kolera.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya