Usai Saudi Longgarkan Blokade, Bantuan untuk Warga Yaman Tiba

Bantuan kemanusiaan telah tiba untuk Yaman, pertama kali sejak Arab Saudi menerapkan blokade pada awal November lalu.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 27 Nov 2017, 13:00 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2017, 13:00 WIB
Seorang warga Yaman beserta anak-anaknya di desa Hazyaz, pinggir kota Sana'a, Yaman. PBB melaporkan bahwa Yaman akan segera dilanda bencana kelaparan terbesar dunia jika masyarakat internasional tidak segera memberikan bantuan humaniter (AP)
Seorang warga Yaman beserta anak-anaknya di desa Hazyaz, pinggir kota Sana'a, Yaman. PBB melaporkan bahwa Yaman akan segera dilanda bencana kelaparan terbesar dunia jika masyarakat internasional tidak segera memberikan bantuan humaniter (AP)

Liputan6.com, Sana'a - Sejumlah pesawat dan kapal yang mengangkut suplai pangan untuk membantu krisis kemanusiaan di Yaman, telah tiba di pelabuhan dan bandara yang dikuasai kelompok pemberontak.

Bantuan kemanusiaan dari komunitas internasional itu merupakan yang pertama untuk masyarakat setempat sejak koalisi pemerintah Yaman - Arab Saudi menerapkan blokade di kawasan pada 6 November lalu. Demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (27/11/2017).

Suplai pangan datang setelah koalisi pemerintah Yaman - Arab Saudi melonggarkan blokade terhadap beberapa wilayah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak Houthi -- seperti bandar udara di Sana'a dan Pelabuhan Saleef -- sejak akhir pekan lalu.

Pesawat yang membawa bantuan medis telah mendarat di Sana'a pada Sabtu 25 November. Sejumlah bantuan medis yang diangkut berupa vaksin sebanyak 1,9 juta buah.

Meski begitu, badan PBB untuk kesejahteraan anak, UNICEF menilai bahwa vaksin medis itu masih jauh dari cukup untuk mengatasi masalah kesehatan secara komprehensif di Yaman.

Sementara itu, kapal PBB pembawa suplai pangan telah berlabuh di Saleef pada 26 November.

Suplai pangan yang dibawa kapal itu berupa tepung gandum untuk 1,8 juta masyarakat di Yaman utara selama sebulan, kata direktur World Food Programme (WFP) Stephen Anderson.

Sedangkan, sebuah kapal komersial pembawa suplai pangan berupa tepung gandum seberat 5.500 ton juga telah merapat di Pelabuhan Hudaydah, di selatan Pelabuhan Saleef.

Sebelumnya, kapal pembawa suplai pangan itu sempat tidak diizinkan untuk merapat ke Pelabuhan Saleef dan Hudaydah oleh koalisi Yaman - Saudi. Kapal itu terpaksa 'mengambang' stagnan di lepas pantai Laut Yaman selama dua pekan terakhir, sebelum akhirnya diizinkan berlabuh kemarin.

Direktur WFP menyambut baik bantuan kemanusiaan tersebut yang dianggapnya sebagai 'perkembangan positif' terhadap situasi yang terjadi di Yaman.

Namun, Anderson menambahkan bahwa, "Bantuan kemanusiaan saja tidak cukup untuk mengatasi semua masalah di Yaman."

Yaman - Saudi Melonggarkan Blokade

Koalisi Yaman - Arab Saudi menerapkan blokade terhadap wilayah yang dikuasai oleh kelompok pemberontak Houthi sejak 6 November lalu.

Blokade itu diterapkan oleh koalisi setelah Houthi menembakkan rudal yang terbang di atas langit Riyadh pada 5 November 2017. Rudal itu berhasil dicegat dan dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Saudi. Tak ada korban manusia atas peristiwa itu.

Namun, atas desakan dari berbagai pihak, koalisi Yaman - Saudi pada pekan lalu akhirnya setuju untuk melonggarkan blokade demi membuka jalan bagi bantuan kemanusiaan yang datang ke negara dengan Ibu Kota Sana'a.

Blokade dilonggarkan dengan syarat agar kapal dan pesawat yang merapat ke Yaman hanya membawa suplai bantuan kemanusiaan untuk masyarakat terdampak. Serta tidak mengangkut logistik bagi kelompok pemberontak Houthi.

Beragam Krisis Kemanusiaan

Penduduk Yaman dilanda beragam krisis kemanusiaan akibat perang saudara yang berkecamuk sejak 2014, ketika kelompok pemberontak Houthi mempreteli pemerintahan yang saat itu berkuasa dan menduduki sebagian besar negara dengan Ibu Kota Sana'a.

Tensi meningkat pada 2015 ketika Arab Saudi melakukan intervensi, mendukung kubu pemerintah yang dipimpin Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi demi menghancurkan basis pertahanan kelompok Houthi.

Peperangan itu telah menewaskan lebih dari 8.670 orang, menurut perhitungan PBB.

Menurut Komite Palang Merah Internasional, lebih dari 3 juta orang Yaman terpaksa melakukan eksodus massal sejak konflik berkecamuk. Sedangkan, 20 juta orang yang masih bertahan di negara tersebut dilaporkan memerlukan bantuan kemanusiaan.

Salah satu krisis kemanusiaan yang paling buruk melanda Yaman di antaranya berupa isu kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa dugaan kasus infeksi Kolera di Yaman mencapai sekitar 940.000 jiwa. Informasi itu disampaikan oleh WHO lewat rilis resmi yang dipublikasikan pada Selasa 21 November 2017.

Penyakit itu diduga menginfeksi banyak penduduk di 22 dari total 23 provinsi, dengan dugaan infeksi terbanyak dilaporkan melanda Provinsi Al-Hudeidah di Yaman barat.

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae tersebut telah merenggut sekitar 2.208 nyawa manusia di Yaman. Jumlah kematian tertinggi terkait kolera -- sekitar 416 jiwa -- tercatat di Provinsi Hajjah di Yaman barat laut.

Gizi buruk juga menjadi salah satu momok. Tercatat sekitar 11 juta manusia di Yaman mengalami malnutrisi, dengan 400.000 di antaranya merupakan anak-anak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya