Bus Pembawa Anak-Anak Jadi Target Bom Saudi di Yaman, 29 Orang Tewas

Anak-anak yang jadi korban serangan bom sedang dalam perjalanan dengan bus di sebuah pasar di Dahyan, provinsi utara Saada.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Agu 2018, 11:01 WIB
Diterbitkan 10 Agu 2018, 11:01 WIB
Ilustrasi ledakan bom
Ilustrasi ledakan bom (iStockPhoto)

Liputan6.com, Sana'a - Koalisi pimpinan Saudi melakukan serangan udara di Yaman pada Kamis waktu setempat. Komite Palang Merah Internasional mengatakan, sedikitnya 29 anak tewas dan 30 lainnya terluka.

Anak-anak itu sedang dalam perjalanan dengan bus saat bom menghantam di sebuah pasar di Dahyan, provinsi utara Saada.

Sementara itu, seperti dikutip dari BBC, Jumat (10/9/2018), Kementerian Kesehatan Yaman yang dijalankan oleh gerakan pemberontak Houthi menyebutkan korban tewas berjumlah 43 orang, sementara 61 orang lainnya terluka.

Koalisi, yang mendukung pemerintah Yaman dalam perang melawan Houthi, menuturkan serangan udara itu adalah tindakan yang "sah". Mereka bersikeras tidak pernah sengaja menargetkan warga sipil, tetapi kelompok hak asasi manusia telah menuduh mereka sebagai dalang pengeboman di pasar, sekolah, rumah sakit dan daerah pemukiman.

Sementara itu utusan khusus PBB yang baru untuk Yaman, mantan diplomat Inggris Martin Griffiths, berencana mengundang pihak yang bertikai ke Jenewa pada bulan September mendatang. Hal itu guna membahas kerangka kerja untuk negosiasi.

Martin Griffiths juga mengatakan kepada wartawan BBC, Lyse Doucet, bahwa jika konflik itu tidak terselesaikan, Yaman bisa hancur dan komunitas internasional dapat melihat wilayah yang lebih parah dari Suriah atau Suriah Plus di masa mendatang.

"Perang di Yaman akan menjadi lebih rumit, semakin lama berlangsung. Akan ada lebih banyak kepentingan internasional dan polarisasi...,  akan lebih sulit untuk diselesaikan...".

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

LSM Internasional: 130 Anak Meninggal Setiap Hari di Yaman

Jenazah
Ilustrasi Foto Jenazah (iStockphoto)

Lembaga internasional Save the Children mengatakan, sekitar 130 anak meninggal setiap hari di Yaman akibat perang, kelaparan dan menderita penyakit.

Dilansir dari laman VOA Indonesia, Sabtu 18 November 2017, Save the Children menyatakan bahwa blokade yang terus diterapkan pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap pemberontak Syiah Houthi, akan terus meningkatkan jumlah kematian.

LSM tersebut mengatakan lebih dari 50 ribu anak-anak diyakini meninggal pada tahun 2017.

Arab Saudi menerapkan blokade terhadap pelabuhan Yaman setelah serangan misil dekat Riyadh pada awal bulan November. Menurut Saudi, pasukan koalisi akan membuka blokade tersebut, setelah menerima kritik dari dunia internasional.

Pada Kamis 16 November lalu pemimpin WHO, UNICEF dan Program Pangan Dunia mengeluarkan pernyataan bersama yang meminta agar Arab melonggarkan blokade tersebut.

"Walaupun koalisi militer yang dipimpin oleh Saudi telah membuka sebagian blokade terhadap Yaman, penutupan sebagian besar pelabuhan udara, perairan dan darat memperparah keadaan yang sudah terlanjur buruk," menurut Save the Children.

"Ruang dan akses yang dibutuhkan untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan terganggu, mengancam jiwa jutaan anak dan keluarga," tambahnya.

Pasukan koalisi pimpinan Saudi berperang melawan pemberontak yang dikenal sebagai Houthi, pada bulan Maret 2015, mewakili pemerintah Yaman yang diakui dunia internasional.

Tetapi koalisi hanya berhasil mencapai sedikit kemajuan dan para pemberontak masih menguasai sebagian besar Yaman utara, termasuk ibu kota Sanaa.

Perang melawan pemberontak ini telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang dan tiga juta lain telah meninggalkan tempat tinggal mereka. Yaman adalah negara Arab termiskin bahkan sebelum konflik ini dimulai.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya