Liputan6.com, Kuala Lumpur - Mantan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, ditangkap sebelum sidang pembacaan dakwaan pada Kamis 20 September 2018. Dalam sidang yang digelar hari ini, ia menghadapi 21 tuduhan kasus pencucian uang atas dugaan korupsi senilai US$ 628 juta (setara Rp 9,3 triliun, dengan kurs US$ 1 = Rp 14.850), yang terkait dana investasi negara 1MDB.
"Najib akan muncul di pengadilan pada Kamis sore, di mana ia menghadapi puluhan dakwaan, termasuk sembilan tuduhan menerima dana ilegal, lima dakwaan menggunakan dan ilegal dan tujuh tuduhan mentransfer dana kepada entitas lain yang tidak terverifikasi," jelas Wakil Inspektur Jenderal Polisi, Noor Rashid Ibrahim, dalam sebuah pernyataan.
Kenderaan yang membawa bekas PM @NajibRazak meninggalkan SPRM Putrajaya, kira-kira 8.55 pagi ini.Sebelum dibawa ke mahkamah petang nanti, Najib akan dibawa ke JSJK Menara 238 Jalan Tun Razak untuk merakam percakapannya oleh pihak polis mengikut Akta AMLATFPUAA 2001. pic.twitter.com/b1bASlc2Vg
— BERNAMA (@bernamadotcom) September 20, 2018
Dikutip dari The Guardian pada Kamis (20/9/2018), tuduhan keterlibatan Najib Razak dan kroni-kroninya dalam skandal 1MDB adalah faktor utama dalam kekalahan mengejutkan pemilu Mei lalu, yang dimenangkan oleh aliansi reformis pimpinan Mahathir Mohamad.
Advertisement
Baca Juga
Mahathir (93), dalam tugas kedua kalinya sebagai perdana menteri, telah membuka kembali penyelidikan terhadap skandal 1MDB yang ditutup oleh pemerintah sebelumnya, dan berjanji membawa Najib ke pengadilan.
Sejak kehilangan kekuasaan, Najib telah diserang dengan tujuh tuduhan terkait klaim bahwa dia mengantongi sekitar US$ 10 juta (setara Rp 148 miliar) dari bekas unit 1MDB.
Namun penangkapannya pada Rabu 19 September, dinilai lebih signifikan karena terkait tuduhan utama dalam skandal 1MDB, yakni bahwa jumlah besar dari dana tersebut mengalir ke rekening pribadinya sebelum pemilu 2013 .
Komisi antikorupsi Malaysia mengatakan bahwa pihaknya telah menahan Najib sebagai bagian dari penyelidikan terhadap dugaan aliran dana tersebut.
James Chin, seorang ahli Malaysia dari University of Tasmania, mengatakan penangkapan Najib Razak saat ini "jauh lebih signifikan" daripada yang sebelumnya.
"Saya pikir orang-orang Malaysia akan sangat, sangat bahagia. Ada keluhan bahwa pemerintah tidak bergerak cukup cepat dalam mengurus isu 1MDB," kata Chin menjelaskan.
Simak video pilihan berikut:
Tekanan pada Najib Razak Akibat Skandal 1MDB
Ketika laporan tentang transfer bank muncul pada tahun 2015, hal tersebut mewakili titik balik dalam skandal 1MDB, di mana secara dramatis meningkatkan tekanan pada Najib dan lingkaran dalamnya.
Jaksa Agung Malaysia kemudian membersihkan Najib dari kesalahan apa pun, mengatakan bahwa uang itu adalah sumbangan pribadi dari keluarga kerajaan Saudi, dan menutup penyelidikan domestik.
Namun tuduhan terkait kesalahan finansial 1MDB terus bertambah, yang secara terus mengerucut ke arah Najib Razak.
Ia pun diketahui memecat para kritikus di pemerintahan, memenjarakan lawan-lawan politik, dan memperkenalkan undang-undang yang semakin otoriter --yang menurut para analis-- ditujukan untuk membungkam kritik apapun terhadap kepemimpinannya.
Analis menganggap koalisi Barisan Nasional yang dipimpin Najib, yang telah memerintah Malaysia tanpa halangan sejak merdeka dari Inggris pada 1957 silam, tidak pernah bisa dipukul mundur.
Namun Mahathir Mohammad memanfaatkan kemarahan publik pada skandal 1MDB, dan kekecewaan pada politik berbasis ras di negara multi-etnis, untuk menggulingkan Najib dan kroni-kroninya dari puncak kekuasaan.
Najib, keluarga dan kroninya dituduh menggunakan uang yang dicuri dari skema investasi 1MDB untuk membeli segala sesuatu mulai dari real estat kelas atas di Amerika Serikat, hingga karya seni mahal.
Dia dan istrinya yang menggemari barang-barang mewah, Rosman Mansor, menjadi sosok yang dibenci rakyat Malaysia saat ini.
Advertisement