Tolak Meksiko, 7.000 Imigran Amerika Tengah Terus Berjalan Cari Suaka ke AS

Ratusan ribu imigran Amerika Tengah menolak tawaran menguntungkan dari Meksiko, dan memilih melanjutkan berjalan kaki ke AS.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Okt 2018, 14:02 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2018, 14:02 WIB
Perjuangan Imigran Honduras untuk Tiba di Amerika Serikat
Rombongan imigran Honduras berjalan kaki menuju Amerika Serikat di negara bagian Chiapas, Meksiko, 21 Oktober 2018. Rata-rata para imigran melarikan diri karena kondisi di Honduras sudah tidak aman. (Pedro Pardo/AFP)

Liputan6.com, Washington DC - Pemerintah Meksiko menawarkan sekitar 7.000 ribu imigran Amerika Tengah, yang berjalan kaki ribuan kilometer menuju Amerika Serikat (AS), untuk mengajukan permohonan status pengungsi dan tinggal di dua negara bagian paling selatan negara itu.

Namun, mereka dikabarkan menolak tawaran tersebut, dan melanjutkan perjalanan menuju AS pada akhir pekan ini.

Dikutip dari NBC News pada Minggu (28/10/2018), Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto mengumumkan inisitif bernama "Estas en Tu Casa ("This is Your Home" dalam bahasa Spanyol)", yang menawarkan perlindungan, perawatan medis, sekolah, dan lapangan pekerjaan bagi imigran Amerika Tengah di negara bagian Chiapas dan Oaxaca.

Ditambahkan oleh Pena Nieto bahwa permohonan imigran dapat diproses menjadi status pengungsi berdokumen. Saat ini, otoritas terkait di Meksiko mengatakan telah ada lebih dari 1.700 aplikasi pengajuan yang masuk, dan pihaknya berjanji mengurus dengan secepatnya.

Namun, perjalanan para imigran berjuluk Karavan tersebut --karena pergi dengan berjalan kaki dan menumpang truk-- terus berlanjut, menyusul penolakan sebagian besar rombongan tentang imbauan keamanan perjalanan menuju perbatasan AS yang ketat.

"Terima kasih!" teriak mereka memilih untuk menolak tawaran dari Meksiko, saat beristirahat di kota Arriaga.

Masih tersisa sekitar 1.000 mil (setara 1.601 kilometer) dari persimpangan perbatasan AS terdekat di McAllen, negara bagian Texas.

Perjalanan itu bisa dua kali lebih lama jika Karavan imigran berjalan menuju perbatasan Tijuana-San Diego, seperti yang dilakukan rombongan lainnya pada awal tahun ini. Hanya sekitar 200 orang dari kelompok tersebut yang berhasil mencapai perbatasan.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

AS Semakin Keras Menghadang

Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)
Presiden Amerika Serikat ke-45 Donald Trump (AP/Nicholas Kamm)

Sejauh ini, munculnya fenomena rombongan imigran dari Amerika Tengah terus terjadi selama bertahun-tahun "tanpa disadari penuh" oleh pemerintah AS. kali ini, mereka mendapat sorotan luas akibat penentanagn sengit dari Presiden Donald Trump.

Pada Jumat 26 Oktober, Pentagon menyetujui permintaan untuk menambah jumlah pasukan di perbatasan selatan, kemungkinan beberapa ratus prajurit, untuk membantu Patroli Perbatasan AS.

Menteri Pertahanan Jim Mattis menandatangani permintaan bantuan dari Kementerian Keamanan Dalam Negeri, dan memberi wewenang kepada staf militer untuk menyusun rincian seperti ukuran, komposisi serta perkiraan biaya penempatan, lapor seorang pejabat AS yang meminta tidak disebut nama.

Sementara itu, pemerintah Meksiko telah mengizinkan para imigran untuk kembali berjalan kaki, tetapi tidak memberi mereka makanan, tempat berlindung atau kamar mandi, kecuali jika mereka mau menerima tawaran "You Are Here".

Polisi setempat juga mengusir penumpang yang pergi menggunakan bus, dengan memberlakukan kebijakan asuransi jalan yang tidak jelas untuk membuatnya lebih sulit melakukan perjalanan menuju perbatasan AS.

Pihak berwenang juga menindak kelompok-kelompok kecil yang berusaha menyusul rombongan Karavan utama. Sekitar 300 orang warga negara Honduras dan Guatemala ditahan saat melintasi perbatasan selatan Meksiko secara ilegal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya