Imigran Afghanistan Ini Selamatkan Banyak Nyawa dengan Pengobatan Jarak Jauh

Imigran Afghanistan yang berprofesi sebagai dokter di Inggris ini menggunakan teknologi dan internet untuk menyelamatkan nyawa di tanah airnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 02 Okt 2018, 08:31 WIB
Diterbitkan 02 Okt 2018, 08:31 WIB
Ilustrasi Tulisan Tangan Dokter dan Dokter (iStockphoto)
Ilustrasi dokter (iStockphoto)

Liputan6.com, London - Seorang bekas pengungsi Afghanistan yang kemudian berprofesi sebagai dokter di Inggris, menggunakan teknologi dan internet untuk menyelamatkan nyawa banyak orang di tanah airnya --yang tengah dikoyak konflik menahun dan kendala ekonomi yang buruk.

Ketika Waheed Arian berimigrasi ke Inggris dari Afghanistan dua puluh tahun lalu, pada usia 15 tahun, orang-orang mengatakan kepadanya bahwa dia mungkin akan menjadi supir taksi atau pekerja restoran.

Tapi bekas pengungsi ini punya ambisi lain.

"Setelah mengalami penderitaan karena perang selama 15 tahun di Afghanistan, bersembunyi dari roket, bom dan penembakan mematikan, dan juga tinggal tiga tahun di kamp pengungsi, menderita malaria dan tuberkulosis … keinginan saya untuk menjadi dokter terus bertumbuh sejak kecil," tuturnya, seperti dikutip dari VOA Indonesia (2/10/2018).

Arian mengikuti panggilan jiwanya dan kini menjadi dokter praktik di RS Universitas Aintree di Liverpool.

Pria bergelar dokter itu kemudian mendirikan sebuah organisasi amal bernama Arian Teleheal Charity.

Organisasinya memanfaatkan kecanggihan teknologi video dan internet (telemedicine) untuk membantu para dokter dan pasien di negara asalnya. Seperti John Curtis, seorang konsultan radiologi RS Universitas Aintree, yang memberikan konsultasi pengobatan jarak jauh kepada Najib Suhraby, seorang dokter di RS Wazir Akbar Khan di Kabul.

Dengan Skype atau Facetime, para dokter relawan seperti Curtis bisa mendiagnosa pasien dan menasihati para dokter di tempat-tempat yang sulit terjangkau seperti zona perang atau negara-negara miskin yang tidak memiliki perangkat medis yang memadai.

"Di negara dengan insfrastruktur, bantuan atau pakar yang kurang memadai, kita bisa membuat perbedaan besar dengan jangka waktu yang pendek," kata Arian.

Di RS Wazir Akbar Khan di Kabul tengah, Dokter Najib Suhraby mengatakan pengobatan jarak jauh bermanfaat bagi penyedia layanan kesehatan dan pasien.

"Sangat mudah menghubungi mereka dan melakukan konsultasi dengan pasien lewat pengobatan jarak jauh," kata Najib.

Bagi Mazharuddin, ayah dari seorang pasien di RS itu, pengobatan jarak jauh sangat bermanfaat.

"Itu memudahkan kami sehingga tidak perlu ke luar negeri dan menghemat waktu," ujarnya.

Arian mengatakan layanan itu kini digunakan di hampir ke-14 unit perawatan intensif di Afghanistan. Dan juga digunakan di kota Aleppo, Suriah yang dikoyak perang, dan diperluas ke beberapa bagian Afrika untuk menjembatani kesenjangan antara para dokter dan pasien – bahkan di tempat-tempat yang paling terisolasi dan sulit dicapai.

 

Simak video pilihan berikut:

Telemedicine, Solusi Masalah Jarak dalam Praktik Medis

Dokter Pria
Ilustrasi Dokter (iStockphoto)

Masyarakat perkotaan maupun mereka yang tinggal di Pulau Jawa tidak akan menemui kesulitan saat membutuhkan tenaga kesehatan. Namun tidak bagi mereka yang tinggal di Indonesia bagian Timur terutama di daerah terpencil, di kepulauan. Dokter umum saja sulit apalagi dokter spesialis. Untuk mengatasi hal itu salah satu cara yang akan dikembangkan adalah telemedicine.

"Telemedicine adalah sebuah sarana konsultasi dengan menggunakan alat komunikasi antara petugas kesehatan lokal di daerah terpencil dengan dokter maupun dokter spesialis yang ada di Jakarta. Mulai dari memberikan informasi hingga pelayanan medis jarak jauh," terang sekretaris jenderal doctorSHARE, organiasi kesehatan nirlaba yang telah merambah Indonesia Timur, dr. Luyanti pada November 2014.

Bukan tanpa sebab hadirnya program ini. Menurut pengalaman selama ini berkunjung ke daerah-daerah terpencil faktor geofrafis seperti ombak tinggi dan jauhnya perjalanan menuju fasilitas kesehatan membuat masyarakat kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan.

Selain itu minimnya tenaga kesehatan dimana 1 dokter melayani 29.000 penduduk di Indonesia bagian Timur merupakan tugas yang berat bagi seorang dokter.

Oleh karena itulah, organisasi ini ingin mencoba membantu agar masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik dengan cara petugas kesehatan di daerah setempat, bidan misalnya, berkonsultasi dengan tenaga ahli di Jakarta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya