Liputan6.com, Beijing - Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, dikabarkan telah berangkat menuju China pada Senin 7 Janua9i 2019, untuk melakukan kunjungan empat hari atas undangan Presiden Xi Jinping, kata media resmi kedua negara.
Menurut beberapa pengamat, agenda ini serupa dengan apa yang pernah dilakukan sebelum pertemuan bersejarah antara Kim Jong-un dan Donald Trump pada 12 Juni lalu.
Jika benar seperti itu, sebagaimana dikutip dari New York Times pada Selasa (8/1/2019), maka kedua pemimpin negara kemungkinan besar akan mengoordinasikan strategi tatap muka seandainya Kim Jong-un melakukan pertemuan puncak kedua dengan Donald Trump.
Advertisement
Kantor berita resmi pemerintah Tiongkok, Xinhua, mengkonfirmasi kunjungan Kim setelah pemberitaan dari sejumlah media Korea Selatan, bahwa sebuah kereta yang tampaknya membawa seorang pejabat senior Korea Utara telah melewati Dandong, sebuah kota di perbatasan antara China dan Korea Utara.
Baca Juga
Kereta itu diperkirakan akan tiba di Beijing pada Selasa pagi, lapor kantor berita Korea Selatan, Yonhap, mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Central Television yang dikelola pemerintah Korea Utara juga mengonfirmasi kunjungan tersebut, melaporkan bahwa Kim Jong-un memulai kunjungan empat hari sejak Senin, atas undangan Xi Jinping.
Dikatakan bahwa dia ditemani oleh istrinya, Ri Sol-ju, dan beberapa pejabat senior, termasuk Kim Yong-chol yang dikenal sebagai tangan kanan Kim dalam negosiasi diplomatik dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan.
Kunjungan Kim diduga sebagai upaya untuk meminta saran pada Xi, mengingat bahwa China adalah sekutu terkuat Korea Utara saat ini.
Laporan oleh Xinhua tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang siapa yang akan ditemui Kim di China. Tetapi kunjungannya, yang dijadwalkan berakhir Kamis, akan memberikan banyak waktu untuk berkonsultasi dengan Xi dan para pemimpin senior Tiongkok lainnya.
Kim Jong-un mengunjungi China tiga kali tahun lalu untuk bertemu dengan Xi Jinping sebelum dan sesudah pertemuan pertamanya dengan Donald Trump di Singapura.
Di Singapura, Kim dan Trump sepakat untuk bekerja menuju "denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea" dan menjalin hubungan "baru" antara kedua negara, yang telah menjadi musuh selama hampir tujuh dekade.
Namun pembicaraan selanjutnya terhenti, dan kesenjangan besar telah muncul tentang apa yang diperlukan untuk mencapai "denuklirisasi penuh" di semenanjung terkait.
Simak video pilihan berikut:
Campur Tangan China Dinilai Penting
Kim Jong-un tiba di Beijing pada hari yang sama ketika para pejabat China dan AS memulai dua hari pembicaraan tentang upaya meredakan tensi perang dagang, menyusul kebijakan Trump menaikkan tarif barang-barang dari Negeri Tirai Bambu.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak China untuk tidak membiarkan perselisihan dagangnya dengan Washington merusak upaya internasional untuk melakukan denuklirisasi Korea Utara.
"Orang China sudah sangat paham bahwa ini (perang dagang dan denuklirisasi) adalah masalah yang terpisah," kata Pompeo kepada CNBC pada hari Senin.
"China sebenarnya telah menjadi mitra yang baik dalam upaya kami untuk mengurangi risiko terhadap kemampuan nuklir Korea Utara. Saya berharap mereka akan terus melakukannya," lanjutnya berharap.
Campur tangan China dinilai penting bagi upaya internasional yang dipimpin AS dalam menjaga tekanan terhadap Korea Utara via sanski, karena sebagian besar perdagangan luar negeri Pyongyang dilakukan deengan Beijing.
Diplomat China, bersama dengan mitranya dari Rusia, telah meminta AS untuk mepertimbangkan pelonggaran sanksi sebagai bujukan bagi Korea Utara untuk bergerak lebih cepat menuju denuklirisasi.
Advertisement