5 Hal yang Perlu Anda Ketahui tentang Fenomena Supermoon Darah

Fenomena Supermoon Darah Ternyata Memiliki Beberapa hal unik yang jarang diketahui publik.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Jan 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 19 Jan 2019, 18:35 WIB
Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Fase gerhana bulan "super blue blood moon" terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Ini merupakan fenomena langka karena bulan menunjukkan tiga fenomena sekaligus, yaitu supermoon, blue moon, dan gerhana bulan. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Akhir pekan ini, para pengamat langit akan menyaksikan perubahan dramatis warna Bulan menjadi merah pudar, ketika satelit alami tersebut menyelinap ke dalam bayangan Bumi.

Gerhana bulan total, yang dikenal dengan nama Supermoon Darah, akan berlangung pada tengah malam, 20-21 Januari, di Amerika Utara dan Selatan serta sebagian Eropa Barat dan Afrika.

Dikutip dari NBC News pada Sabtu (19/1/2019), fenonema Supermoon Darah itu juga akan menjadi gerhana bulan total terakhir hingga 2021, sekaligus menjadi salah satu yang paling fenomenal dalam 100 tahun terakhir.

Peristiwa Supermoon Darah akan dimulai pada Minggu 20 Januari, pukul 10.30 malam waktu AS (hari Senin pukul 10.30 WIB), di mana pancaran sinar Bulan akan terasa semakin gelap.

Matahari, Bumi, dan Bulan akan menyatu dalam keselarasan kosmik yang sempurna untuk menciptakan gerhana bulan total.

Saat sinar matahari melewati atmosfer Bumi di malam hari, sinarnya akan memicu cahaya biru, yang kemudian perlahan menyebarkan warna oranye seperti momen senja, namun lebih gelap.

Selama fase purnama itu, posisi Bulan sangat dekat dengan Matahari, yang melewati atau berada di bawah bayangan bumi.

Berikut adalah lima hal yang perlu diketahui tentang fenomena Supermoon Darah.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


1. Kemungkinan Tidak Disadari Banyak Orang

Fenomena Gerhana Bulan Total, atau Blood Supermoon, akan terjadi pada 20 Januari 2019 malam (AFP/Aris Messinis)
Fenomena Gerhana Bulan Total, atau Blood Supermoon, akan terjadi pada 20 Januari 2019 malam (AFP/Aris Messinis)

Meski berjuluk Supermoon, alias penampakan Bulan dalam salah satu ukuran terbesarnya, banyak orang bisa jadi tidak menyadarinya. Hal ini dikerenakan secara kasat mata, bulan purnama hanya tampak sedikit lebih besar di langit malam, sehingga terkesan tidak jauh berbeda dengan kondisi pada umumnya.

"Sebagai perumpamaan, jika Anda mengambil bola bisbol dan tenis, letakkan mereka berdampingan dan lihatlah mereka dari jarak sekitar 20 kaki (setara 6 meter), keduanya akan terlihat mirip," kata Patrick Hartigan, astrofisikawan pada Rice University di Kota Houston, Texas. "Itu tentang perbedaan antara supermoon terbesar dan bulan dengan ukuran sekecil mungkin," lanjutnya.


2. Tidak Membutuhkan Peralatan Khusus

Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Pemandangan gerhana bulan mulai berangsur normal terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Gernaha bulan dengan tiga keunikan yaitu Supermoon, Bloodmoon dan Bluemoon merupakan fenomena alam yang langka. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Tidak seperti ketika menyaksikan gerhana matahari, Anda tidak memerlukan pelindung khusus saat mengamati fenomena Supermoon Darah ini.

"Jika memiliki teropong atau teleskop kecil, Anda mungkin mendapat pandangan yang lebih baik. Namun, tanpa benda tersebut, Anda masih bisa menyaksikan gerhana bulan total," kata Hartigan, menambahkan bahwa peristiwa alam ini bisa menjadi salah satu pengalaman mengamati langit yang bagus untuk anak-anak.

"Ini adalah fenomena alam yang menyenangkan dan cara yang baik untuk menggambarkan geometri dan gerakan di langit, jadi ini adalah pengalaman pendidikan yang indah untuk anak-anak," lanjutnya.


3. Lebih Spektakuler Saat Dilihat dari Bulan

Menakjubkan, Ini Wujud Bumi Tampak Langsung dari Permukaan Bulan (NASA)
Foto ini diberi nama "Earth Rise", karena seakan memperlihatkan Bumi muncul dalam gerakan perlahan dari permukaan Bulan. (NASA)

Jika Anda berada di Bulan selama gerhana, pemandangan Supermoon Darah akan tampil dengan lebih dramatis, dibandingkan melihat dari permukaan Bumi.

Jika Anda berdiri di bulan saat Bumi mulai menghalangi cahaya Matahari, kegelapan akan jatuh di sekitar Anda.

Tetapi jika menengok ke atas, Anda akan melihat cincin cahaya di langit yang gelap, yang terjadi saat sinar Matahari menerangi tepi atmosfer di sekitar cakram Bumi, kata lembaga Lunar and Planetary Institute.


4. Supermoon Terakhir Sebelum 2021

Menikmati Keindahan Supermoon dari Berbagai Negara di Dunia
Pemandangan ketika pesawat terbang melintasi supermoon di Hong Kong, Rabu (31/1). (AP Photo / Kin Cheung)

Jika melewatkan fenomena antariksa ini, Anda tidak akan dapat melihat gerhana bulan total serupa hingga 2021 mendatang, yang diperkirakan kembali hadir pada pertengahan Mei tahun itu.

Tahun depannya, pada 2022, persitiwa serupa kemungkinan akan terjadi di awal Mei, namun ukurannya diprediksi lebih kecil dari dua kejadian sebelumnya.

Namun, jika Anda menginginkan melihat Supermoon lebih dini, di petang hari, maka setidaknya perlu menungu hingga 2050 mendatang, kata Hartigan.


5. Seperti Mesin Waktu

Proses Terjadinya Gerhana Bulan
Pemandangan penumbra saat mulai menutupi permukaan bulan pada proses terjadinya gerhana bulan yang terlihat di atas langit Jakarta, Rabu (31/1). Gerhana Bulan Total ini disertai dengan Supermoon dan Blue Moon. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Gerhana bulan dan matahari terjadi dalam siklus, dan masing-masing berbeda tampilannya jika dilihat dari Bumi. Ini berarti setiap gerhana pada dasarnya identik dengan fenomena serupa yang telah terjadi sebelumnya.

Mengamati gerhana bulan akhir pekan ini mirip dengan mengamati "sesuatu yang terjadi jauh di masa lalu," kata Hartigan.

Dia mengatakan Supermoon Darah kali ini adalah bagian dari siklus gerhana bulan yang dimulai pada 25 Oktober 1874, di mana tampilan identik terakhir kali terjadi pada 9 Januari 2001.

Adapun, fenomena identik selanjutnya diprediksi akan terjadi pada 31 Januari 2037. Tampilan gerhana bulan serupa memiliki siklus rata-rata setiap 18 tahun sekali.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya