Liputan6.com, Berlin - Firma produsen senjata Jerman, Rheinmetall, telah menulis surat kepada Kementerian Ekonomi Jerman yang menyatakan akan menuntut pemerintah atas keputusannya untuk menangguhkan ekspor senjata ke Arab Saudi, Spiegel Online melaporkan pada Minggu 20 Januari 2019.
Laporan itu mengutip Rheinmetall yang mengatakan akan melakukan tindakan hukum terhadap pemerintah atas kehilangan pendapatan jika keputusan untuk menunda ekspor --yang diambil sebagai tanggapan atas pembunuhan jurnalis Saudi Jamal Khashoggi-- tetap dilanjutkan, demikian seperti dikutip dari kantor berita Deutsche Presse-Agentur (DPA), Senin (21/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Kementerian Ekonomi dan Rheinmetall tidak menanggapi permintaan komentar atas laporan tersebut.
Jerman mengakhiri penjualan ke Arab Saudi tahun lalu di tengah kontroversi tentang kematian Khashoggi yang kejam di konsulat kerajaan di Istanbul.
Larangan itu meluas ke kesepakatan senjata yang telah disetujui, yang menurut Rheinmetall dalam suratnya akan mendukung gugatannya terhadap pemerintah.
Arab Saudi adalah salah satu pelanggan utama perusahaan senjata Jerman pada tahun 2018, dengan Berlin menyetujui penjualan 416 juta euro (US$ 473 juta) ke Negeri Petrodollar.
Simak video pilihan berikut:
Dipicu Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi?
Pemerintah Jerman telah mengumumkan bahwa ekspor senjatanya turun hampir 23 persen pada 2018 dibandingkan tahun sebelumnya.
Dalam angka yang diberikan kepada CNN oleh Kementerian Ekonomi Jerman, total ekspor senjata turun 22,75 persen pada 2018: dari 6,24 miliar euro ($ 7,10 miliar) pada tahun sebelumnya menjadi 4,82 miliar euro (US$ 5,49 miliar). Tren penurunan ekspor senjata negara ini telah disaksikan setiap tahun sejak 2015, ketika Jerman mengekspor rekor 7,86 miliar euro.
Seorang juru bicara kementerian, mengutip keputusan Kanselir Angela Merkel pada Oktober 2018, mengatakan bahwa penurunan tajam tersebut disebabkan keputusan Berlin untuk menghentikan semua penjualan senjata ke Arab Saudi setelah pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul.
"Kanselir mengklarifikasi kepada pemerintah federal tak lama setelah penemuan kasus Khashoggi bahwa tidak ada lagi landasan untuk menjual senjata ke Arab Saudi," katanya dalam sebuah pernyataan yang diberikan kepada CNN.
Kementerian menegaskan bahwa Jerman tidak mengubah posisinya mengenai ekspor ke Arab Saudi dalam bulan-bulan berikutnya, dan mencatat bahwa tidak ada penjualan yang dilakukan ke negara Timur Tengah pada kuartal keempat tahun lalu.
"Saat ini tidak ada izin ekspor senjata ke Arab Saudi," kata juru bicara itu.
Berbicara kepada anggota partai Christian Democratic Union (CDU) pada Oktober, Merkel mengatakan: "Saya setuju dengan semua yang mengatakan, bahwa ekspor senjata yang sudah terbatas (ke Arab Saudi) tidak dapat terjadi dalam keadaan saat ini."
"Ada kebutuhan mendesak untuk mengklarifikasi apa yang terjadi dan mereka yang bertanggung jawab harus dimintai pertanggungjawaban," katanya mengenai kasus Jamal Khashoggi.
Namun moratorium penjualan senjata ke Arab Saudi, hanya diyakini berlaku sampai Maret 2019, menurut situs berita Jerman Deutsche-Welle. Ketika sampai pada saat itu, pemerintah Jerman berkewajiban untuk memutuskan apakah akan mempertahankan larangan tersebut atau tidak.
Namun juru bicara kementerian menegaskan kepada CNN bahwa Jerman memiliki "salah satu rezim ekspor senjata paling ketat di dunia." Dia juga menegaskan bahwa Berlin "sangat transparan" dalam hal kebijakan ekspor senjata.
Pemerintah federal menerbitkan laporan menyeluruh tentang ekspor senjatanya dua kali setahun untuk diperiksa pemerintah federal dan publik.
Andrew Smith dari Campaign Against Arms Trade menyambut baik pengurangan penjualan senjata Jerman, tetapi mempertanyakan mengapa negara itu telah mengambil begitu lama untuk membatasi ekspor ke negara-negara termasuk Arab Saudi.
"Namun, penjualan senjata seharusnya tidak diizinkan sejak awal. Selama beberapa dekade sekarang, rezim Saudi telah memiliki salah satu catatan hak asasi manusia yang paling mengerikan di dunia, dan sejak 2015 telah melancarkan perang brutal terhadap Yaman. Seharusnya tidak perlu ada pembunuhan seorang jurnalis agar pihak berwenang Jerman untuk segera bertindak."
Angka-angka yang diberikan oleh kementerian ekonomi kepada politisi Jerman Sevim Dağdelen dan dilihat oleh CNN, bagaimanapun, mengungkapkan bahwa Jerman terus mengekspor sejumlah besar senjata ke negara-negara Timur Tengah lainnya.
Secara khusus, ekspor senjata sebesar 40.188.518 euro dijual ke Uni Emirat Arab --yang turut berperang di Yaman-- pada kuartal keempat tahun 2018, dan senjata senilai 55.882.061 euro dijual ke Qatar pada periode yang sama.
Advertisement