Liputan6.com, Washington DC - 25 Februari 1964, tepat 55 tahun lalu, menjadi hari bersejarah dalam karier Muhammad Ali. Petinju kelahiran Amerika Serikat ini meraih gelar juara dunia kelas berat, setelah berhasil menumbangkan Sonny Liston.
Muhammad Ali --yang ketika itu masih menggunakan nama lahirnya sebagai Cassius Clay-- memukul habis Liston hingga membuat lawannya tersebut nyaris tak berdaya di arena tinju Miami, pada ronde keenam. Liston pada akhirnya menyatakan menyerah di ronde ketujuh.
Sebelum pertandingan dimulai, Clay alias Ali sempat didenda sebesar 900 pound sterling (Rp 16,5 miliar) karena dianggap melakukan perbuatan kurang pantas, yakni dengan meneriakkan ancaman ke Liston. "Saya akan mengacak-ngacak. Anda gelandangan dan saya akan memakanmu. Seseorang akan mati di pinggir ring malam ini," seru Ali.
Advertisement
Baca Juga
Para jurnalis olahraga sebelumnya mengira bahwa Ali bukanlah lawan sepadan bagi Liston yang selama ini menjadi juara bertahan. Para pengamat juga memprediksi kuat bahwa Liston akan kembali meraih gelar juara ketiganya.
Namun kenyataannya berbeda. Muhammad Ali tampil lebih cemerlang. Liston pada akhirnya tak berkutik di hadapan Ali.
Memang awalnya Liston tampak lebih unggul dengan membuat Ali terpental ke pinggir ring. Tapi di ronde ketiga, Clay alias Ali membalikkan keadaaan. Mata kiri Liston penuh darah setelah ditinju Ali.
Ali mengatakan, kemenangannya atas dirinya sendiri membuktikan bahwa ia pantas dan telah memenuhi syarat untuk menjadi juara dunia. Karena adanya dugaan kecurangan, pertandingan Clay versus Liston diulang setahun kemudian, di Maine, dan Ali kembali menang.
Tak lama setelah pertandingan ulang tersebut, Clay memutuskan untuk pindah kepercayaan. Ia menjadi seorang muslim. Namanya pun berganti, dari yang semula Cassius Clay, menjadi Muhammad Ali.
Kariernya ke depan semakin gemilang, dengan 56 kali kemenangan dan 37 kali membuat lawan KO. Dalam setiap aksinya, menurut para penggemar, saat beraksi Ali bagaikan mengambang seperti kupu-kupu dan menyengat seperti lebah.
Selain jadi momentum kemenangan Muhammad Ali, pada tanggal yang sama dan tahun yang berbeda, diwarnai sejumlah peristiwa bersejarah lainnya.
Pada 1964 , Perdana Menteri Korea Utara Kim Il-sung mengumumkan penghapusan kepemilikan lahan peninggalan zaman feodal dan mengubah seluruh pertanian kolektif menjadi milik negara.
Di tempat berbeda, pada 25 Februari 1986, Corazon Aquino dilantik sebagai presiden baru Filipina mengakhiri 20 tahun pemerintahan diktator Ferdinand Marcos.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini: