Liputan6.com, Los Angeles - Muhammad Ali adalah 'The Greatest'. Ia tak hanya besar di ring tinju, saat pukulan-pukulan yang ia lancarkan bikin lawan KO. Ia juga mulia sebagai seorang manusia.
Perlawanan terbesarnya -- untuk mewujudkan harapan, keberanian, dan harkat manusia -- justru terjadi di luar ring.
Seperti yang terjadi pada 19 Januari 1981. Kala itu, seorang pemuda berusia 21 tahun berdiri, dalam posisi bahaya, di gedung berlantai sembilan di Los Angeles.
Advertisement
Baca Juga
"Aku tak berguna," teriak pemuda tersebut ke arah orang-orang di bawah yang memandangnya dari Wilshire Boulevard, seperti dikutip dari situs The Turnstile, Jumat (18/1/2019). "Aku akan melompat!"
Entah siapa namanya, hingga kini tak terkuak. Orang hanya mengenalnya sebagai 'Joe'.
Sudah berjam-jam ia ada di sana. Berteriak-teriak, menyebut bahwa Vietkong akan menangkapnya. Pemuda itu menolak semua upaya polisi untuk mendekatinya. Sementara itu, sejumlah orang di bawah memanas-manasi, menyuruhnya membuktikan ancamannya, untuk menjatuhkan diri.
Saat itulah, Muhammad Ali terlihat di jendela di dekatnya. mengetuk-ngetuk kaca untuk menarik perhatian pemuda yang berniat bunuh diri itu.
Ternyata, fotografer Ali kala berada di lokasi kejadian. Ia pun kemudian menelepon bosnya, yang bergegas datang naik Rolls-Royce dan berlari ke lokasi kejadian.
"Itu benar-benar kamu!," seru pemuda tersebut, tak percaya, saat melihat wajah Muhammad Ali.
Masuk daftar orang paling terkenal di Bumi, Muhammad Ali tahu benar rasanya berada di 'tepi jurang'. Terjepit. Ia pernah divonis 5 tahun bui dan denda US$ 10.000, serta dikenakan larangan bertinju selama 3 tahun gara-gara menolak Perang Vietnam. Itu belum termasuk tuduhan tak patriotis dan cemooh serta teriakan orang-orang yang 'menginginkan darahnya'.
"Aku akan keluar," teriak Ali. "Jangan menembakku." Sebelumnya polisi sempat mengkhawatirkan pria yang ingin bunuh diri itu membawa pistol.
"Aku tak akan menembakmu," pria itu menjawab. "Aku tak bawa senjata."
Muhammad Ali kemudian berupaya membuat pria itu mengurungkan niatnya mengakhiri hidup dengan cara terjun dari gedung tinggi.
"Aku saudaramu," teriak sang petinju. "Aku mencintaimu dan tak akan berbohong padamu...aku ingin membantumu."
Pemuda itu kemudian mengaku, ia putus asa karena tak kunjung mendapat pekerjaan. Tak ada yang mencintainya. "Kenapa kau peduli denganku," teriak dia ke arah Ali. "Aku bukan siapa-siapa."
Mantan juara dunia tinju kelas berat itu menjawab, pemuda itu bukanlah orang yang tidak berguna.
Ali dan pria itu kemudian bicara selama 20 menit. Ia meyakinkan pemuda itu untuk membuka pintu darurat.
Petinju bernama asli Cassius Marcellus Clay, Jr itu kemudian merangkul pemuda itu, membawanya ke dalam gedung. Tak lama kemudian keduanya menuju Sawtelle VA Hospital. Sebelum berpisah, Muhammad Ali berjanji akan membantu pemuda itu.
Kejadian itu hanya dua hari setelah ulang tahun Muhammad Ali yang ke-39, tiga bulan setelah kekalahannya yang menyakitkan dari Larry Holmes. Bicaranya mulai tak jelas, tangannya pun mulai bergetar -- tanda-tanda awal gangguan syaraf yang kelak akan melumpuhkannya.
Meski demikian, Ali saat itu kembali naik ke ring, bertarung sekali lagi, dan kalah di tangan Trevor Berbick pada akhir 1981.
Namun, momentum di ketinggian seratus kaki di atas Wilshire Boulevard lebih menunjukkan jiwa Ali daripada pertarungan terakhirnya.
"Aku ingin membantunya mendapatkan pendidikan, mendapatkan pekerjaan, membelikan dia sejumlah pakaian," kata Ali usai insiden itu. "Aku akan pergi ke rumahnya, bertemu ayah dan ibunya. Mereka menyebutnya tak berguna, jadi aku ingin membawanya pulang. Aku akan berjalan bersamanya, dan mereka akan menyadari, bahwa ia adalah 'seseorang'."
Apa yang dilakukan Muhammad Ali mungkin telah memberikan kesempatan kedua bagi pemuda itu. Meski ada juga orang yang menduganya sebagai rekayasa semata.
"Tak ada keraguan soal itu," kata seorang petugas polisi. "Ali menyelamatkan jiwa orang itu."
Â
Â
Saksikan video terkait Muhammad Ali berikut ini:
Perjalanan Muhammad Ali Menjadi Muslim
Dunia gempar saat juara tinju kelas berat Cassius Marcellus Clay Jr mengumumkan bahwa ia telah menjadi seorang muslim pada tahun 1964. Tak lama kemudian, pria itu menyandang nama baru: Muhammad Ali.
"Orang-orang menyebutnya sebagai 'Black Muslims'," kata Ali yang kala itu berusia 22 tahun, soal keyakinan barunya itu, seperti dikutip dari situs International Business Times, Sabtu (4/6/2016).
"Itu bahasa media. Bukan istilah resmi. Islam adalah sebuah agama. Ada 750 juta orang di seluruh dunia yang menjadi pemeluknya. Dan saya adalah salah satunya."
Pengumuman tersebut dilakukan segera setelah ia menang TKO ronde 7 dari 15 ronde yang direncanakan atas Sonny Liston di Florida, Amerika Serikat.
Sejak menjadi muslim, Ali mewakili wajah Islam di mata warga Amerika Serikat.
"Muhammad Ali mungkin adalah wajah Islam pertama bagi Amerika Serikat. Di mana untuk kali pertama menyadarkan bahwa muslim ada di AS," kata Ihsan Bagby, associate professor dari University of Kentucky seperti dikutip dari Courier Journal.
Saat itu, Ali bukan hanya pahlawan bagi muslim. Prestasinya mewakili 'black pride' -- kebanggaan kaum kulit berwarna bagi warga Amerika keturunan Afrika.
Juga pahlawan bagi rakyat di dunia ketiga yang hidup pada era pasca-kolonial, di mana keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam sama sekali tak populer.
Muhammad Ali juga adalah penentang Perang Vietnam gadis depan. Ia menentang program wajib militer ke Vietnam. "Saya tidak ada masalah dengan orang-orang Vietkong, dan tidak ada satupun orang Vietkkong yang memanggilku dengan sebutan Nigger!," kata dia.
Perjalanan spiritual Muhammad Ali sebagai muslim penuh lika-liku.
Pada 1965, Ali bergabung dalam organisasi kontroversial Nation of Islam yang alirannya berbeda dengan Islam pada umumnya.
Kemudian pada 1975, Ali mengikuti ajaran Sunni, yang dipraktikkan mayoritas muslim di dunia. Perubahan tersebut terjadi ketika Amerika Serikat menjadi lebih multirasial -- dengan meningkatnya penduduk keturunan Arab, Asia, dan imigran muslim dari Eropa.
Belakangan Ali tertarik mendalami Sufi. "Sungai, kolam, danau, dan aliran air -- mereka semua unik, namun sama-sama berisi air. Demikian pula dengan agama, semua mengandung kebenaran," kata Ali di University of Louisville pada tahun 2004.
Pascateror 9/11, ketika warga muslim, khususnya di Amerika Serikat, menanggung penghakiman atas kesalahan yang tidak mereka lakukan. Pernyataan Muhammad Ali menentang anggapan yang mengaitkan aksi terorisme dengan Islam.
Petinju legendaris, Muhammad Ali meninggal pada Jumat 3 Juni 2016 malam waktu setempat atau Sabtu 4 Juni 2016 pagi Waktu Indonesia Barat (WIB).
Ia mengembuskan napas terakhir pada usia 74 tahun, setelah mendapat perawatan sejak Kamis 2 Juni lalu.
Selain aksi Muhammad Ali menggagalkan aksi bunuh diri, sejumlah kejadian bersejarah terjadi pada 19 Januari.
Pada 1806, Britania Raya merebut koloni Tanjung Harapan, Afrika Selatan dari tangan Kongsi Dagang Hindia Timur (VOC) melalui Pertempuran Blaauwberg.
Sementara, pada 1966, Indira Gandhi dilantik sebagai Perdana Menteri India.
Dan, pada 19 Januari 1997, Yasser Arafat kembali ke Hebron setelah lebih dari 30 tahun dan ikut merayakan penyerahan kembali kota Tepi Barat terakhir yang dikuasai Israel.
Advertisement