Benarkah Voodoo Adalah Ilmu Hitam? Ini Penelusuran Sejarah yang Sesungguhnya

Apakah benar bahwa Voodoo adalah ilmu hitam yang berbahaya? Simak penjelasan sejarahnya berikut.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 03 Apr 2019, 21:00 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2019, 21:00 WIB
Mandi Suci Panganut Voodo Pada Akhir Pekan Perayaan Paskah
Pengikut Voodoo Haiti mandi di kolam suci selama upacara Voodoo di Souvenance, Haiti (4/1). Hingga kini Voodoo adalah salah satu dari tiga agama yang diakui di Haiti. (AFP/Hector Retamal)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang kerap mengaosiasikan Voodoo sebagai praktik sihir, yang dibawa oleh masyarakat keturuan Afrika di benua Amerika. Namun faktanya, anggapan tersebut ternyata salah kaprah.

Dikutip dari Huffington Post pada Rabu (3/4/2019), penggambaran umum voodoo oleh budaya pouler sejatinya menyesatkan, karena ini bukanlah mantra sihir, ilmu hitam, atau pemujaan setan.

Orang yang berlatih Voodoo juga bukan dukun, penyihir atau okultis. Voodoo bukan praktik yang dimaksudkan untuk melukai atau mengendalikan orang lain.

Bahkan, kebanyakan Voodooists --sebutan pelakunya-- belum pernah melihat "boneka Voodoo" seperti yang sering muncul di film dan televisi.

Voodoo tidak mengerikan atau kasar, dan bentuknya pun tidak selalu sama di banyak tempat.

Menurut buku A Beginner's Guide to Voodoo karya Issendai Bechau, voodoo adalah agama yang berasal dari benua Afrika.

Setibanya di Amerika dan Karibia oleh para budak, tradisi voodoo dianggap sebagai kombinasi dari berbagai tradisi Afrika, Katolik, dan penduduk asli Dunia Baru.

Voodoo tidak memiliki tulisan suci atau otoritas dunia, karena konsep dasarnya berpusat pada pengalaman individu, yang disertai dengan pemberdayaan dan tanggung jawab terhadap diri sendiri.

Di berbagai belahan dunia, voodoo memiliki bentuk yang berbeda dan bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lainnya. Selain di Afrika, voodoo banyak dipraktikkan di wilayah selatan Amerika Serikat, Haiti, dan Brasil.

 

Simak video pilihan berikut:

Perlu Memahami Cara Voodoo Memandang Dunia

Mandi Suci Panganut Voodo Pada Akhir Pekan Perayaan Paskah
Sejumlah pengikuti Voodoo Haiti melakukan ritual saat mandi di kolam suci selama upacara voodoo di Souvenance, Haiti (4/1). Mereka datang ke Souvenance pada akhir pekan Paskah untuk memberikan penghormatan kepada para roh. (AFP/Hector Retamal)

Untuk memahami apa yang diyakini oleh para penganut voodoo, Anda harus terlebih dahulu memahami bagaimana seorang Voodooist melihat dunia.

Mereka yang berlatih Voodoo percaya bahwa ada dunia terlihat dan tidak terlihat, dan bahwa keduanya saling terkait.

Kematian bagi mereka adalah transisi ke dunia yang tak terlihat, jadi para leluhur masih bersama kita dalam roh, untuk mengawasi dan menginspirasi manusia yang masih hidup.

Selain leluhur dan orang-orang terkasih yang dikenal dalam kehidupan, ada Lwa, yang dapat dipahami sebagai arketipe kepribadian manusia. Voodooists mengembangkan hubungan dengan Lwa untuk mencari nasihat mereka, dan membantu menyudahi keprihatinan di dunia nyata.

Dalam beberapa hal ini tidak berbeda dengan praktik sekuler, yang mempelajari dan menghormati tokoh-tokoh luar biasa dalam sejarah. Misalnya, seseorang yang ingin melakukan perubahan sosial mungkin menemukan inspirasi dari Martin Luther King Jr atau Mahatma Gandhi, dan merasakan kekerabatan dengan mereka.

Dengan cara yang sama, seorang Voodooist mengembangkan hubungan dengan Lwa tertentu, berusaha memahami dan mewujudkan prinsip-prinsip yang mereka wakili, menghubungkan secara spiritual untuk memengaruhi transformasi pribadi, dan memanifestasikan energi ini di dunia yang terlihat untuk membantu kelancaran hidup.

Salah Kaprah tentang Konsep Voodoo

Dendam aneh (4)
Boneka voodoo di Museum of Witchcraft. (Sumber Wikimedia Commons)

Rasisme mengaburkan pandangan khalayak tentang Voodoo. Tradisi ini berakar pada perbudakan dan terhubung secara rumit dengan evolusi politik dan sosial di belahan Bumi Barat.

Voodoo pertama kali dipraktikkan di Amerika dan Karibia oleh budak keturunan Afrika, yang budayanya ditakuti dan diejek. Budak tidak dianggap sepenuhnya manusia. Agama mereka dianggap sebagai takhayul, para imam mereka direndahkan sebagai dukun, Dewa dan Roh mereka dikecam sebagai jahat.

Satu-satunya revolusi budak yang berhasil dalam sejarah modern terjadi di Haiti pada akhir 1700-an. Budak keturunan Afrika menggulingkan penguasa Eropa dan mengambil kendali negara.

Banyak budak Voodooist, dan beberapa pemimpin militer mereka adalah pendeta yang menginspirasi dan mengorganisir komunitas mereka untuk memperjuangkan kebebasan.

Revolusi Haiti memprovokasi ketakutan di koloni Eropa dan Amerika lainnya yang bergantung pada sejumlah besar budak sebagai tenaga kerja perkebunan.

Citra dan kosakata Voodoo (dan agama-agama Afro-Karibia lainnya) menjadi mengancam dan mendarah daging dalam budaya-budaya itu sebagai sesuatu yang mengerikan, terkait dengan pertumpahan darah dan kekerasan. Hal tersebut ditekan secara brutal di banyak tempat dan berubah menjadi tabu

Seiring waktu, budaya Amerika menjadi terpesona oleh tradisi misterius ini, dan mulai menggambarkannya dalam film dan buku sebagai horor sensasional.

Praktek-praktek "Voodoo" dimimpikan oleh Hollywood, di mana sebagian besar hadir dalam perspektif yang mengganggu dan salah kaprah.

Hollywood menciptakan mitologi bahwa Vodoo telah menjadi bagian dari cerita rakyat modern sebagai sesuatu yang jahat, yang dapat melukai manusia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya