Bersejarah, Pesawat Terbesar di Dunia Terbang Perdana

Sebuah pesawat bertubuh ganda, dengan lebar sayap sepanjang lapangan sepak bola, terbang ke langit secara perdana pada Sabtu 13 April 2019.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 14 Apr 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2019, 18:35 WIB
Stratolaunch (Stratolaunch System Corporation)
Stratolaunch (Stratolaunch System Corporation)

Liputan6.com, Mojave - Sebuah pesawat bertubuh ganda dengan lebar sayap sepanjang lapangan sepak bola baru saja terbang ke langit secara perdana dari Mojave Air & Space Port di California pada Sabtu 13 April 2019.

Itu adalah penerbangan pertama untuk Stratolaunch, yang disebut sebagai pesawat terbesar di dunia.

Dirancang oleh Stratolaunch Systems Corp yang semula dibuat untuk membawa satelit ke orbit rendah Bumi, pesawat itu menghabiskan 2,5 jam di udara di atas Gurun Mojave pada ketinggian hingga 17.000 kaki (5.180 meter).

Pesawat mencapai kecepatan 189 mph (304 km / jam) dan melakukan beberapa manuver penerbangan, termasuk "roll doublets, manuver 'melintir', pushover dan pull-up, dan slip sisi heading yang mantap," kata produsen Stratolaunch dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Livescience, Minggu (14/4/2019).

"Penerbangan ini lebih jauh dari misi kami untuk memberikan alternatif yang fleksibel untuk sistem peluncuran darat," kata perusahaan itu.

Pesawat ini dimaksudkan untuk membawa satelit sekitar dua kali lebih tinggi dari pengujian -sekira 36.000 kaki (10.970 m)- di mana titik itu akan menjadi semacam landasan peluncuran mobilitas tinggi dengan melepaskan satelit dan peluncur mereka ke orbit. Stratolaunch kemudian akan kembali ke landasan.

Menurut Paul G Allen, pendiri Stratolaunch yang meninggal 15 Oktober 2018, sistem itu akan membuat peluncuran satelit jauh lebih mudah dan lebih cepat. Itu karena tidak perlu meluncurkan roket dari darat.

Sebaliknya, Stratolaunch bisa lepas landas dari berbagai landasan pacu dan kemudian terbang ke tempat dengan cuaca bagus.

Sementara kru penerbangan akan duduk di badan kanan, badan kiri akan memegang sistem data penerbangan. Dan muatannya akan duduk di bawah sayap tengah kembar, yang dirancang untuk mampu membawa beban hingga 500.000 pound.

Untuk mendapatkan burung besi ini terbang dari landasan pacu, perusahaan melengkapinya dengan enam 747 mesin dan 28 roda.

Stratolaunch memiliki lebar sayap 386 kaki (118 m) dan panjang 26 kaki (8 m).

Meskipun Stratolaunch adalah pesawat terbesar dalam lebar sayap, pesawat lain, Airlander 10 yang diisi helium, memiliki status pesawat terpanjang yang saat ini terbang dengan panjang 302 kaki (92 m).

Uji Coba Perdana pada 2017

Stratolaunch (0)
Pesawat Stratolaunch ketika pertama kali keluar hanggar pada Juni lalu. (Sumber Stratolaunch Systems Corp)

Pada Juni 2017, untuk pertama kalinya pesawat terbang terbesar sedunia, Stratolaunch keluar dari hanggar. Pada saat itu, muncul beraneka reaksi, mulai dari keraguan akan rancangan yang seperti burung aneh, hingga kekaguman kepada pesawat inovatif tersebut.

Baru-baru ini, tim pabrikan pesawat tersebut telah melampaui suatu titik pencapaian baru, setelah menyelesaikan putaran pertama pengujian mesin.

Pengujian itu merupakan bagian dari tes di darat yang perlu dituntaskan sebelum pesawat itu benar-benar mengudara pada 2019.

Dikutip dari New Atlas pada Senin (6/11/2017), Stratolaunch adalah salah satu perusahaan baru yang mencoba mengembangkan pesawat terbang peluncur wahana ke orbit (air-launch-to-orbit).

Proyek itu telah dikembangkan selama kira-kira tujuh tahun dan pengujian mesin merupakan suatu titik ukur kesuksesan dalam pengembangan pesawat.

Pesawat itu menggunakan enam mesin turbofan buatan Pratt & Whitney yang diambil dari dua pesawat Boeing 747-400 bekas.

Stratolaunch tentu saja termasuk salah satu mahakarya dalam rekayasa pesawat terbang dengan bentang sayap sepanjang 117 meter.

Pengujian Bertahap

Stratolaunch (1)
Pesawat Stratolaunch memerlukan waktu pengembangan sekitar 7 tahun lamanya. (Sumber Stratolaunch Systems Corp)

Pengujian mesin mencakup tiga tahap, yaitu "motor kering" yang hanya menggunakan daya tambahan, "motor basah" ketika bahan bakar jet disemburkan.

Akhirnya akan dilakukan uji diam (idling) ketika enam mesinnya dinyalakan untuk mengamati semua beroperasi secara semestinya.

Setelah pengujian yang sukses itu, Jean Floyd, CEO di Stratolaunch, menuliskan melalui pernyataan, "Dalam beberapa bulan ke depan, kita akan terus menguji mesin-mesin pesawat pada daya tinggi dan beragam konfigurasi yang bermuara kepada mulainya pengujian secara riil alias terbang di udara."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya