Hujan Artileri Hantam Ibu Kota Libya yang Dilanda Konflik, 4 Orang Tewas

Setidaknya empat orang tewas dalam hujan artileri hebat di ibukota Libya, Tripoli pada Selasa 16 April 2019 waktu lokal.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 17 Apr 2019, 12:49 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2019, 12:49 WIB
Bandara utama di ibu kota Libya diserang dari udara pada Senin 8 April 2019 (AFP/Mahmud Turkia)
(Ilustrasi) Konflik memperebutkan ibu kota Libya, Tripoli oleh pasukan pemerinntah yang didukung PBB dan Jenderal Khalifa Haftar. (AFP/Mahmud Turkia)

Liputan6.com, Tripoli - Setidaknya empat orang tewas dalam hujan artileri hebat di ibukota Libya, Tripoli pada Selasa 16 April 2019 waktu lokal.

Hampir dua minggu setelah serangan untuk merebut Tripoli, Tentara Nasional Libya (LNA) yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar terjebak di pinggiran selatan kota itu melawan kelompok-kelompok bersenjata loyalis pemerintah di Tripoli yang diakui PBB.

Tetapi distrik selatan Abu Salim ditembaki Selasa malam dengan ledakan terdengar bahkan di pusat kota di mana kehidupan berlangsung dengan tidak tersentuh oleh kekerasan di Libya, Al Jazeera melaporkan, dikutip pada Rabu (17/4/2019).

Artileri itu menewaskan sedikitnya dua orang dan melukai delapan lainnya, kata Osama Ali, juru bicara badan darurat Tripoli, kepada kantor berita Reuters, tanpa mengatakan siapa dalang di balik penembakan itu.

Namun, seorang pejabat lain mengatakan kepada saluran televisi Al Ahrar Libya bahwa empat orang tewas dan 20 lainnya luka-luka.

Distrik ini terletak di dekat jalan menuju bandara tua di Tripoli selatan, yang telah berpindah tangan beberapa kali sejak pertempuran dimulai.

Abu Salim terletak di utara, yang diduduki pasukan yang setia kepada pemerintah Tripoli yang berusaha menghentikan pasukan LNA yang datang dari selatan.

Pasukan yang bersekutu dengan Tripoli menuduh LNA menembakkan roket ke daerah perumahan, tetapi LNA mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tidak ada hubungannya dengan penembakan itu, menuduh kelompok yang berbasis di Tripoli sebagai gantinya.

Al Jazeera melaporkan, itu bukan pertama kalinya pasukan Haftar menargetkan wilayah sipil Libya.

 

* Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini

Konflik Berkepanjangan

Pasukan Libya di bawah Haftar ambil bagian dalam parade militer di kota timur Benghazi (Abdullah Doma / AFP )
Pasukan Libya di bawah Jenderal Khalifa Haftar ambil bagian dalam parade militer di kota timur Benghazi (Abdullah Doma / AFP )

Libya, yang telah terperosok dalam kekacauan sejak penggulingan Gaddafi yang didukung NATO pada 2011, telah dipecah menjadi saingan administrasi timur dan barat sejak 2014.

Pada bulan Maret 2016, kepala Pemerintah Kesepakatan Nasional (GNA) Fayez al-Sarraj tiba di Tripoli untuk membentuk pemerintahan baru, tetapi pemerintahan sekutu Haftar di kota Tobruk di timur menolak untuk mengakui otoritasnya.

Dorongan Haftar pada ibu kota mengancam untuk semakin membuat negara kaya minyak itu tidak stabil dan menyalakan kembali perang saudara. Kedua belah pihak saling menuduh menargetkan warga sipil.

Setidaknya 174 orang telah terbunuh dan 756 lainnya terluka sejak LNA memulai ofensif pada 4 April, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Organisasi itu mengatakan telah mengerahkan staf bedah tambahan untuk mendukung rumah sakit yang menerima kasus luka akibat konflik.

Dewan Keamanan PBB Membentuk Draf Resolusi untuk Libya

Khalifa Haftar mengepalai Tentara Nasional Libya yang memproklamirkan diri (AFP Photo)
Khalifa Haftar mengepalai Tentara Nasional Libya yang memproklamirkan diri (AFP Photo)

Ketika roket jatuh pada hari Selasa, diplomat Dewan Keamanan PBB memulai negosiasi pada resolusi yang dirancang Inggris yang akan menuntut gencatan senjata segera di Libya.

Teks yang diusulkan, dilihat oleh kantor berita AFP, memperingatkan bahwa serangan oleh LNA Haftar "mengancam stabilitas Libya dan prospek untuk dialog politik yang difasilitasi PBB dan solusi politik yang komprehensif untuk krisis".

Dewan "menuntut agar semua pihak di Libya segera mengurangi situasi tegang, berkomitmen pada gencatan senjata, dan terlibat dengan PBB untuk memastikan penghentian penuh dan komprehensif permusuhan di seluruh Libya", kata rancangan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya