Berapa Lama Bumi Mampu Bertahan Secara Saintifik hingga Kiamat Datang?

Berapa lama Bumi sanggup bertahan sampai nanti kiamat datang?

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Apr 2019, 11:10 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2019, 11:10 WIB
Ilustrasi kiamat
Ilustrasi kiamat (manataka.org)

Liputan6.com, Jakarta - Berdasarkan penanggalan radiometrik meteorit, Bumi telah berusia lebih dari 4,54 miliar tahun. Planet tempat manusia bergantung hidup sudah teramat tua, rusak, lagi padat.

Pertanyaannya, sampai kapan Bumi mampu bertahan sebelum kiamat --yang waktunya sepenuhnya jadi hak prerogatif Tuhan-- terjadi?

Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh University of East Anglia, Inggris, memperkirakan Bumi masih mampu menopang kehidupan setidaknya selama 1,75 miliar tahun mendatang.

Tapi syaratnya, selama bencana dahsyat akibat nuklir, tubrukan asteroid raksasa, dan malapetaka lain tak terjadi. Namun, bahkan tanpa skrenario kiamat sedramatis itu, kekuatan astronomi akan memaksa Bumi tak lagi bisa dihuni.

Suatu masa antara 1,75 miliar hingga 3,25 tahun ke depan, Bumi akan keluar dari zona layak huni (habitable), dari Tata Surya ke 'zona panas'. Zonasi tersebut ditentukan oleh air.

Di zona layak huni, sebuah planet --tak peduli apakah ia berada di Tata Surya atau planet alien-- berada dalam jarak yang pas dengan bintangnya, sebagai salah satu syarat keberadaan air.

Saat masuk ke zona panas, Bumi akan mendekat ke Matahari, membuat lautan menguap hingga kering kerontang. Dan tentu saja, kondisi kehidupan, termasuk manusia, tak bakal mampu bertahan.

Namun, kekhawatiran utama para peneliti adalah, manusia sekonyong-konyong pindah ke planet lain tanpa mengetahui sampai kapan planet tersebut bisa bertahan. Apalagi, evolusi kehidupan yang kompleks di Bumi membutuhkan proses panjang dan waktu yang tak sebentar.

Para peneliti mengungkapkan, sel sederhana pertama kali muncul di Bumi hampir 4 miliar tahun yang lalu. "Disusul serangga 400 juta tahun lalu, dinosaurus 300 juta tahun lalu, tanaman berbunga 130 tahun lalu," kata ketua tim peneliti dari University of East Anglia, Andrew Rushby, seperti dimuat situs sains LiveScience.

"Manusia dengan anatomi modern baru ada sekitar 200.000 tahun terakhir. Jadi bisa dilihat, dibutuhkan waktu yang sangat lama bagi kehidupan cerdas untuk berkembang di sebuah planet."

Alat Evaluasi Perkiraan Waktu

Kiamat kecil di Bumi purba (3)
Ilustrasi hujan komet ke planet Bumi purba. (Sumber Jet Propulsion Library NASA)

Rushby dan para koleganya membuat alat baru untuk mengevaluasi perkiraan waktu yang tersedia bagi evolusi kehidupan di planet lain: model yang memprediksi sampai kapan batas waktu planet tersebut berada di zona layak huni.

Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Astrobiology, 18 September 2013, para ilmuwan menerapkan sebuah model ke Bumi dan delapan planet lain yang saat ini berada di zona layak huni, termasuk Mars.

Berdasarkan kalkulasi, masa tinggal Bumi di zona habitasi maksimal tinggal 7,79 miliar tahun. Sementara, planet-planet lain punya waktu bervariasi dari 1 miliar hingga 54,72 miliar tahun.

"Jika kita, manusia, terpaksa pindah ke planet lain. Mars mungkin yang terbaik," kata Rushby dalam pernyataannya. "Jaraknya relatif sangat dekat dengan Bumi, dan masih berada dalam zona layak huni, hingga hidup Matahari berakhir --6 miliar tahun dari sekarang."

Ancaman Kiamat

Kiamat kecil di Bumi purba (5)
Ilustrasi hantaman benda planetoid pada Bumi sehingga terciptalah Bulan dari materi yang terlempar ke orbit. (Sumber Wikimedia Commons)

Hasil penelitian tim Rushby amat optimistis ketimbang kalkulasi sejumlah ilmuwan lain, yang memperkirakan, 'kiamat' akan datang lebih cepat dipicu banyak sebab: bencana buatan manusia, robot yang memberontak, tubrukan asteroid, juga badai matahari.

Astronom Kerajaan Inggris, Martin Rees memprediksi, pada 2020 sekitar sejuta orang akan meninggal akibat 'bio-terror atau bio-error'.

"Bioteknologi maju dengan pesat dan tanpa arah. Pada tahun 2020 akan ada ribuan, bahkan jutaan orang punya kemampuan untuk menyebabkan bencana biologis," kata dia, seperti dimuat Yahoo! News yang dikutip oleh Liputan6.com.

Bayangkan ketika produk bioteknologi yang bisa mematikan manusia, secara massal dan cepat dijadikan senjata biologi. Akibatnya sangat mengerikan.

Ada juga ancaman asteroid. Suatu hari, perwakilan pemerintah Amerika Serikat bertanya Kepala NASA Charles Boden, apa respon terbaik jika sebuah asteroid menuju Kota New York? Jawabannya sederhana dan ringkas: "Berdoalah".

NASA mengklaim telah mendeteksi lebih dari 97 persen asteroid "pembunuh planet" di tata surya - batu angkasa yang luasnya 6-7 mil, mirip dengan yang memusnahkan dinosaurus .

Dan, NASA mengakui, pihaknya kini baru bisa sekedar memperingatkan. Belum ada teknologi yang bisa menghentikannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya