Beruang Hitam Langka Terlihat di Zona DMZ Korea, Pertanda Apa?

Penampakan beruang hitam langka terekam dalam video di Zona Demiliterisasi (DMZ), bagian timur zona yang membagi Korea Utara dan Selatan.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 10 Mei 2019, 15:52 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 15:52 WIB
Beruang Hitam Asia terlihat di zona DMZ Korea. (Ministry of Environment Korea)
Beruang Hitam Asia terlihat di zona DMZ Korea. (Ministry of Environment Korea)

Liputan6.com, Seoul - Seekor beruang hitam Asia langka terpantau berada di Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea. Demikian menurut informasi dari pemerintah Korea Selatan.

Menurut laporan BBC yang dikutip Jumat (10/5/2019), penampakan beruang hitam itu terekam dalam video di bagian timur zona yang membagi wilayah antara Korea Utara dan Selatan.

Beruang hitam Asia itu digambarkan terancam punah oleh World Wildlife Fund (WWF).

DMZ telah menjadi surga bagi tanaman dan margasatwa. Pemerintah Korea Selatan memperkirakan ada lebih dari 100 spesies terancam punah yang menyebut daerah itu 'rumah'.

Seorang pejabat kementerian mengatakan kepada kantor berita Yonhap: "Dipercayai bahwa beruang yang terekam, berusia sekitar delapan hingga sembilan bulan dan beratnya sekitar 25 hingga 35 kilogram, keturunan beruang hitam Asia yang menghuni wilayah DMZ untuk waktu yang cukup lama."

Tentara Korea Selatan telah melaporkan melihat beruang di masa lalu namun tidak ada bukti foto.

Kamera kemudian dipasang oleh Institut Teknologi Nasional Korea Selatan.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Apa itu DMZ?

dmz
Dora Observatory di kawasan DMZ wilayah Korea Selatan. (Liputan6.com/Rinaldo)

DMZ adalah sebidang tanah sepanjang 250 kilometer dan lebar 4 kilometer yang membentang melintasi Semenanjung Korea. Saat ini banyak ditambang dan dibentengi dengan kawat berduri, dengan deretan kamera pengintai dan pagar listrik.

Perbatasan itu dibuat setelah penandatanganan gencatan senjata yang mengakhiri Perang Korea 1950-1953.

Sekitar 6,5 juta pengunjung datang ke DMZ setiap tahun untuk mengintip melalui pagar di Korea Utara. Namun, berkat perbaikan hubungan baru-baru ini antara kedua Korea, jalur hiking sedang dibangun di DMZ dekat kota perbatasan Cheorwon dan Paju.

Pemerintah Korea Selatan telah lama merencanakan "sabuk pariwisata ekologis" di daerah itu.


Hewan Penghuni DMZ

dmz
Dora Observatory di kawasan DMZ wilayah Korea Selatan. (Liputan6.com/Rinaldo)

Karena area ini sangat terpencil, kawasan ini menjadi cagar alam yang masih asli. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Korea Selatan, ada lebih dari 5.097 spesies hewan dan tumbuhan di zona tersebut.

Red-crowned crane dan black-faced spoonbill adalah beberapa jenis burung langka yang dapat ditemukan di DMZ.

Red-crowned crane adalah salah satu yang paling langka di dunia, dan diklasifikasikan sebagai hewan terancam punah oleh International Union for Conservation of Nature. Populasi globalnya diperkirakan berjumlah sekitar 3.050.

Burung juga bermigrasi melalui DMZ ke Mongolia, China, Rusia, Filipina, dan Australia.

Hewan lain seperti Amur goral, Hering Cinereous dan Eurasia lynx telah terlihat di daerah tersebut.

"Banyak peneliti dan cendekiawan menekankan keanekaragaman hayati wilayah itu karena tidak ada kontak manusia, yang dilarang karena keberadaan ranjau darat. Beberapa ahli ekologi terkenal di AS mengatakan itu sebenarnya adalah surga. Hewan-hewan yang dapat kita lihat adalah mamalia dan spesies burung yang sangat fantastis, tetapi para peneliti mengatakan ada lebih dari sekadar spesies yang menarik perhatian seperti tanaman, pohon, dan bunga," ujar presiden Forum DMZ, Seung-ho Lee kepada BBC.

Seung-ho Lee menambahkan bahwa ada jejak kaki harimau terlihat di daerah itu dan beberapa tentara AS melaporkan melihat sosok seperti harimau di masa lalu.

Lee juga mengatakan bahwa masa depan daerah itu "tergantung pada bagaimana gerakan perdamaian antara Korea Utara dan Selatan."

"Kami selalu mengkhawatirkan sisi lain dari kehancuran dan dan apa yang mungkin terjadi jika ada yang salah. Bagi kami, ini adalah dilema."

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya