Menguak Misteri Keberadaan Megalodon, Predator Purba Penguasa Lautan

Benarkah megalodon benar-benar ada? Di manakah predator raksasa itu berada? Inilah penjelasannya secara ilmiah.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 12 Mei 2019, 20:40 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2019, 20:40 WIB
Ilustrasi megalodon (Wikimedia Commons)
Ilustrasi megalodon (Wikimedia Commons)

Liputan6.com, Miami - Megalodon secara luas dianggap sebagai hiu terbesar yang pernah hidup di Bumi, dan salah satu predator vertebrata terbesar dalam sejarah.

Makhluk ini menjelajahi lautan dari sekitar 28 juta tahun yang lalu hingga sekitar 1,6 juta tahun silam, sebelum punah seiring runtuhnya zaman Pleistosen.

Dikutip dari IFL Science pada Minggu (12/5/201), beberapa gigi yang ditemukan dari predator lautan ini memiliki tinggi total lebih dari 17 sentimeter.

Rekonstruksi menggunakan rahang dan sisa-sisa fosil menunjukkan bahwa megalodon mungkin mencapai panjang maksimum hingga 54 kaki (setara 16,5 meter), sekitar 3 kali lebih besar dari hiu putih besar.

Jika dibandingkan, mogalodon bahkan membuat T-rex terlihat seperti kelinci buruan.

Penyebaran luas fosil megalodon, khususnya gigi, menunjukkan bahwa hewan tersebut adalah spesies kosmopolitan yang menghuni berbagai ekosistem lautan, lebih menyukai perairan dangkal yang hangat dan beriklim sedang.

Mereka berada di puncak rantai makanan dan akan memakan mangsa besar seperti cetacea (lumba-lumba dan paus).

Berbagai Kesaksian yang Meragukan

Hiu Megalodon
Patung hiu Megalodon di Museo de la Evolución de Puebla di Meksiko. (Creative Commons)

Seperti disebutkan, megalodon punah sekitar 1,6 juta tahun lalu. Tetapi beberapa orang tidak puas dengan dengan klaim tersebut, dan yakin bahwa mereka mungkin masih ada.

Ada banyak laporan saksi mata tentang hiu besar di sepanjang sejarah, dan juga berbagai ilustrasi hiu raksasa yang sekilas meyakinkan, dan juga beberapa visual penguat.

Salah satu yang sempat menghebohkan publik adalah cuplikan dari dokumenter produksi Discovery Channel, yang menunjukkan sirip punggung dan ekor hiu di sebelah kapal selam, di mana membentang sepanjang 64 kaki, atau setara 19,5 meter.

Film dokumenter itu sebenarnya adalah "mockumentary", alias semi fiksi, yang dinyatakan dalam keterangan sangat kecil di bagian akhir tayangan.

Begitupun fosil hiu besar yang tersapu di pantai bertahun-tahun lalu, juga kemungkinan besar adalah hiu putih besar.

"Siapa yang tahu pasti, tetapi Anda tidak bisa mengandalkan gambar sebagai bukti, itu bukan cara kerja sains," ujar Stephen Ashlee, salah seorang penliti Ilmu Kelautan di Miami University.

Catatan saksi mata juga sangat tidak bisa diandalkan, terutama ketika berhadapan dengan hewan laut terdampar membusuk.

Bagi mata yang tidak terlatih, hiu paus atau hiu putih bisa terlihat seperti sejenis raksasa megalodon.

"Itu kesalahan yang mudah untuk dilakukan," lanjut Ashlee.

Berbagai Kemungkinan Lain

Gigi Hiu Langka Ditemukan di Australia
Penggemar amatir fosil, Philip Mullaly memegang gigi langka dari hiu raksasa prasejarah di Museum Melbourne, Kamis (9/8). Gigi itu diduga berasal dari satu hiu individu dan mungkin ada lebih banyak yang dimakamkan di batu karang. (AFP Photo/William WEST)

Penemuan yang mungkin bisa tetap diperdebatkan hingga sekarang adalah fosil hiu mulut besar (megamouth) pada 1976 silam, yang memiliki panjang hingga 4,5 meter.

Hiu ini sangat jarang ditemui, dan menurut peneliti, memiliki peran sebagai pengumpan plankton, dan memiliki kecenderungan berenang dengan sangat dalam di siang hari, sehingga membuatnya sulit dideteksi.

Ini menyoroti fakta bahwa bahkan spesies hiu yang relatif besar dapat lolos dari radar manusia, dan menghabiskan waktu bertahun-tahun mengintai di lautan tanpa diketahui.

Tetapi, sekali lagi itu tidak membuktikan bahwa megalodon masih hidup.

Gagasan lain yang kadang muncul adalah: bisakah megalodon bersembunyi di lautan sangat dalam, lolos dari deteksi manusia?

Mungkin tidak. Bukti fosil dari megalodon menunjukkan bahwa mereka lebih suka perairan dangkal dan lebih hangat.

Mereka akan menghuni daerah dengan mangsa besar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup.

Diperkirakan salah satu faktor yang berkontribusi pada kepunahan megalodon adalah migrasi mangsa ke perairan lebih dingin, membatasi sumber makanan yang tersedia bagi mereka.

Jika pun megalodon masih ada, kita akan tahu tentang itu. Mereka akan memakan hiu dan paus besar di seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya