AS Setujui Penjualan Rudal ke Korsel, Respons Ancaman Korea Utara?

Amerika Serikat telah menyetujui penjualan rudal pertahanan udara ke Korea Selatan dan Jepang.

oleh Siti Khotimah diperbarui 18 Mei 2019, 13:31 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2019, 13:31 WIB
Ilustrasi Rudal THAAD (AFP Photo)
Ilustrasi Rudal THAAD (AFP Photo)

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat telah menyetujui penjualan rudal pertahanan udara ke Korea Selatan dan Jepang, ketika Negeri Ginseng tengah mengalami ketegangan kembali dengan Korea Utara. Nilai senjata itu melebihi US$ 600 juta (Rp 8,7 triliun), kata pihak AS dikutip dari Channel News Asia pada Sabtu (18/5/2019).

Kementerian Luar Negeri AS mengatakan telah menyetujui 94 rudal SM-2 yang digunakan untuk melawan ancaman yang datang dari udara, bersama dengan 12 sistem panduan dengan total biaya US$ 313,9 juta.

Sementara itu, secara terpisah AS menjual 160 rudal AMRAAM dan peralatan panduan ke Jepang. Nilai penjualan ke Negeri Sakura sebesar US $ 317 juta.

Penjualan kedua negara sekutu itu "akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional Amerika Serikat". Kementerian Luar Negeri AS juga mengatakan transaksi itu "tidak akan mengubah keseimbangan militer dasar di kawasan", yakni Asia Timur.

Korea Utara pekan lalu menguji apa yang dikatakan oleh militer Korsel sebagai dua rudal jarak pendek. Tes senjata itu dilakukan kedua kalinya dalam bulan yang sama, dengan jeda kurang dari satu minggu.

Uji coba itu dilakukan di tengah-tengah kemunduran dalam perundingan antara Korea Utara dan Amerika Serikat.

Sebagaimana diketahui, KTT kedua antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un berakhir buntu pada Februari. Pihak Amerika Serikat menolak tuntutan untuk mengurangi sanksi sampai Pyongyang mengambil langkah besar untuk mengakhiri program nuklirnya.

Tanggapan Trump Soal Uji Coba Nuklir Korut

Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)
Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan, uji coba rudal yang dilakukan oleh Korea Utara baru-baru ini bukanlah 'pelanggaran kepercayaan' terhadap dirinya.

"Itu hanya uji coba jarak pendek dan saya sama sekali tidak menganggapnya sebagai pelanggaran kepercayaan," ujar Donald Trump.

"Dan, Anda tahu, pada titik tertentu saya boleh. Tetapi pada titik lain ini tidak," tambahnya.

"Ini adalah rudal jarak pendek dan hal yang standar. Sangat standar," kata Trump seperti dikutip dari laman Channel News Asia.

Donald Trump mengatakan bahwa ia dan Kim memiliki hubungan yang baik. Hal itu ia ungkapkan setelah melakukan KTT ke-2 di Hanoi, Vietnam, meski tidak menghasilkan kesepakatan antar kedua negara.

Kim Jong-un juga pernah menyatakan bahwa Korea Utara mengumumkan berakhirnya uji coba senjata nuklir jarak jauh pada tahun lalu.

Hal ini lantas membuka jalan bagi AS untuk melakukan pertemuan puncaknya di Singapura 2018.

Karena tidak menghasilkan apa-apa hingga pertemua kedua, Kim Jong-un lantas menuduh Washington punya itikad buruk terhadap Korea Utara.

Tes Rudal Korut Terlihat dari Angkasa Luar

Rudal Korea Utara
Uji coba rudal jarak pendek Korea Utara pada 4 Mei 2019 yang tertangkap kamera satelit pengamat Bumi milik Planet Labs. (Middlebury Institute of Internationals Studies)

Satelit pengamat Bumi yang dibangun oleh perusahaan Planet Labs di San Francisco, Dove, secara tak kebetulan sedang berada di atas Pyongyang ketika peluncuran itu dilakukan. Dove kemudian menangkap gambar asap yang ditinggalkan oleh rudal tersebut.

Ukuran asli Dove yang berbentuk kubus, jauh lebih kecil dari sepotong roti. Tetapi wahana ini dapat menangkap citra dengan resolusi tinggi dari 10 hingga 16,5 kaki (3 hingga 5 meter) di atas permukaan tanah.

Planet Lab saat ini memiliki lebih dari 100 Dove yang beroperasi di orbit rendah Bumi.

Proyektil yang terkait dengan uji coba Korea Utara, melakukan perjalanan antara 44 mil dan 149 mil (70 hingga 240 kilometer) sebelum jatuh di Samudra Pasifik, menurut Live Science.

Misil yang baru dites tersebut tampaknya didasarkan pada 9K720 Iskander milik Rusia, sebuah rudal balistik jarak dekat yang berpindah tempat (mobile).

Iskander dapat membawa senjata nuklir dan memiliki jangkauan sekitar 310 mil (500 km).

Rudal terakhir yang diuji oleh Korea Utara berasal dari jenis yang sangat berbeda.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya