Liputan6.com, Basra - Sebuah roket mendarat di area markas firma minyak negara-negara Barat berada, tepatnya di Basra, Irak selatan pada Rabu 19 Juni 2019 dini hari waktu setempat. Dua pekerja lokal terluka akibat insiden itu.
Roket menghantam kawasan permukiman di Burjesia dan sebuah markas operasional firma perminyakan di Basra, kata kepolisian Irak.
Advertisement
Baca Juga
Seperti dikutip dari Al Jazeera (19/6/2019), area tersebut merupakan rumah bagi markas ExxonMobil (Amerika Serikat) Royal Dutch Shell (Inggris - Belanda), dan Eni (Italia).
Belum jelas fasilitas milik firma mana yang terdampak serangan roket.
Namun, peristiwa itu telah memicu ExxonMobil mengevakuasi sekitar 20 staf asingnya dari area.
Akan tetapi, operasional produksi minyak di area tidak terganggu oleh insiden tersebut, Al Jazeera melaporkan, dengan mengutip keterangan dari kementerian energi Irak.
Roket Era Soviet
Roket dalam insiden itu merupakan tipe Katyusha, menurut laporan Al Jazeera. Berdasarkan penelusuran ringkas di dunia maya, Katyusha merupakan jenis roket artileri yang diproduksi pada era Uni Soviet.
Namun, tidak jelas siapa pihak yang menembakkan roket pada insiden tersebut.
Insiden hari ini merupakan peristiwa kesekian dalam serangkaian serangan terhadap fasilitas perminyakan di kawasan Timur Tengah --baik di darat maupun di laut-- sejak beberapa waktu terakhit.
Belum ada komentar apapun dari pihak pemerintah negara di kawasan atau negara asal firma perminyakan tersebut.
Advertisement
Serangan Roket pada Selasa
Sebelumnya, pada Selasa 18 Juni 2019, sebuah roket mendarat di dekat pangkalan militer Irak yang menjadi tuan rumah pasukan AS di kota utara Mosul, kata satu pernyataan militer Irak.
Insiden itu adalah yang kedua dari jenisnya dalam dua hari setelah tiga roket menghantam pangkalan lain yang menampung pasukan AS di utara Baghdad, pada Senin 17 Juni.
Peristiwa-peristiwa itu terjadi ketika ketegangan terus meningkat antara Amerika Serikat dan Iran, dengan Irak dipandang sebagai salah satu tempat yang memungkinkan bagi setiap kekerasan yang berkobar di antara kedua pihak.
Sejumlah pemberitaan media menunjuk ketegangan AS - Iran di Timur Tengah sebagai pemicu serangkaian serangan di kawasan selama beberapa waktu terakhir. Eskalasi tensi disebabkan oleh sanksi ekonomi AS terhadap Iran dan protes Teheran terhadap penarikan diri Washington dari kesepakatan pengendalian nuklir Iran atau JCPOA 2015.
AS diketahui memiliki fasilitas militer dan firma perminyakan di kawasan. Begitu juga dengan Iran.
Namun, kedua belah pihak selalu menekankan tidak ingin menyulut konflik terbuka.