Liputan6.com, Jakarta - Tak hanya menjalin hubungan kemitraan yang erat, Indonesia dan Vietnam juga memiliki relasi persaingan ketat dalam sektor perekonomian selama beberapa tahun terakhir.
Mengantisipasi ketertinggalan, Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi menjelaskan bahwa pihaknya dan pemangku kebijakan di Tanah Air harus pintar "mencontoh best practices" yang diterapkan negara Asia Tenggara tersebut.
Dubes Hadi memaparkan bahwa per lima bulan awal tahun 2019, Vietnam telah mengungguli Indonesia pada beberapa neraca perekonomian. Salah satunya sektor perdagangan.
Advertisement
Total perdagangan Vietnam per Januari - Juni 2019 adalah USD 243,47 miliar dengan proyeksi akhir tahun sekitar USD 500 miliar.
Baca Juga
"Ini pertumbuhan yang impresif, melampaui Indonesia Januari - Juni 2019 (USD 162 miliar), bahkan melampau Singapura," kata Hadi di Hanoi kepada sejumlah wartawan di Jakarta lewat konferensi video, Kamis (1/8/2019).
Pertumbuhan itu, kata Hadi disebabkan oleh sejumlah faktor.
"Vietnam agresif dalam sejumlah perjanjian perdagangan bebas (FTA) mereka. Misalnya dengan Uni Eropa (EVFTA) yang diperkirakan efektif akhir tahun ini atau tahun depan, serta perjanjian trans-pasifik TPP-11," jelas sang dubes.
Momentum perang dagang Amerika Serikat - China juga membawa keunggulan bagi Vietnam.
"Faktor perang dagang mendorong China mengembangkan ekonominya di negara lain, salah satu yang terdekat di Vietnam, yang tentutnya menguntungkan industri dalam negeri mereka," kata Hadi.
"Sebenarnya, aliran penanaman modal asing yang masuk ke Vietnam sudah meningkat sebelum perang dagang. Namun, semakin terlihat naik setelah perang dagang."
Beberapa negara lain juga melirik Vietnam membuka industri di sana, dengan biaya tenaga kerja murah ketimbang di Indonesia.
Simplifikasi birokrasi dan perizinan industri, serta infrastruktur yang memadai dan merata juga menjadi faktor lain.
Strategi Indonesia
Mengenai strategi Indonesia untuk mengatasi ketertinggalan, Dubes Hadi mengatakan, "Kita bisa tiru sesuai dengan kebutuhan kita. Tidak usah malu-malu untuk meniru best practices mereka, dalam hal ketenagakerjaan, Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM) maupun beberapa kebijakan lainnya."
Namun, Hadi mengatakan bahwa hal tersebut tidak semudah yang diucapkan. "Ya karena perlu pembahasan di DPR dan lainnya," jelas Hadi.
"Tetapi memang dalam beberapa hal, saya menginginkan Indonesia tidak bisa lagi memandang sebelah mata Vietnam. Tidak usah malu melihat praktik yang dilakukan Vietnam dan jangan mau kalah."
Simak video pilihan berikut:
Peluang Meningkatkan Ekspor ke Vietnam
Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh Hanif Salim mengatakan bahwa pihak KJRI dan KBRI Hanoi juga melaksanakan langkah-langkah praktis demi mengantisipasi ketertinggalan dari Vietnam.
"Misalnya mendorong ekspor ke Vietnam yang diproyeksikan mendulang angka tinggi," kata Konjen Hanif.
Ia mencontohkan mengenai potensi ekspor produk kedirgantaraan Indonesia ke Vietnam, buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
"Ada pembicaraan mengenai potensi pembelian helikopter dan fixed-wing 40 seaters buatan PTDI," jelas Hanif.
Perbankan nasional juga bisa memasuki pasar Vietnam demi mendukung puluhan perusahaan Indonesia di Vietnam yang beraktivitas di sana.
"Ada baiknya baiknya jika perbankan kita bisa masuk untuk menunjang mereka," jelasnya.
"Kami menjajaki upaya itu ke depan untuk mendukung akselerasi ekonomi kita di Vietnam dan pengusaha-pengusaha kita di sana bisa terbantu sekali dengan kehadiran perbankan nasional di Vietnam," lanjut sang konjen.
Advertisement