Liputan6.com, Jakarta - Peningkatan konektivitas menjadi salah satu kunci untuk memperat hubungan perdagangan dan people-to-people antara Indonesia dengan Vietnam, dua negara Asia Tenggara yang tengah mengalami pertumbuhan ekonomi signfikan selama beberapa tahun terakhir.
Oleh karenanya, Duta Besar RI untuk Vietnam Ibnu Hadi meminta agar perusahaan penerbangan dan perkapalan, serta pelaku usaha Indonesia pro-aktif memanfaatkan momentum tersebut.
"Target kita di KBRI Hanoi saat ini adalah meningkatkan ekspor kita ke Vietnam dan meningkatkan konektivitas untuk menunjang aktivitas bisnis dan pariwisata," kata Dubes Hadi di Hanoi kepada sejumlah wartawan di Jakarta melalui sambungan video-call, Kamis (29/7/2019).
Advertisement
Perdagangan Indonesia-Vietnam naik melonjak cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Tahun lalu mencapai US$ 8,6 miliar dengan surplus US$ 6 miliar untuk Indonesia, sementara enam bulan pertama 2019 sudah mencapai US$ 4,2 miliar.
Baca Juga
Total perdagangan RI-Vietnam diproyeksikan mencapai US$ 9,6 miliar akhir tahun mendatang, mendekati target optimis yang dipatok kepala pemerintahan kedua negara sebesar US$ 10 miliar per awal 2020.
Ekspor Indonesia ke Vietnam juga naik hampir 30 persen. Sementara impor dari Vietnam menurun.
Sektor pariwisata juga menjadi fokus perhatian, dengan kedua negara bersaing ketat untuk menjaring pelancong dari luar negeri. Pada lima bulan pertama 2019, Vietnam berhasil menjaring 7,2 juta turis mancanegara, sementara Indonesia menarik 6,3 wisatawan asing.
Kedua negara telah memiliki dua titik hub konektivitas udara untuk menunjang sektor pariwisata, yakni Ho Chi Minh - Jakarta dan Ho Chi Minh - Bali (yang baru dibuka pada Mei 2019). Tetapi, Hadi menjelaskan bahwa RI-Vietnam perlu membuka lebih banyak lagi.
Direct flight Hanoi - Jakarta dan Hanoi - Bali adalah rencana realistis, kata Hadi.
"Itu salah satu pekerjaan rumah saya yang sedang saya upayakan. Memang teknisnya agak sedikit berbeda dengan pembentukan direct flight Jakarta - Ho Chi Minh. Karena itu kategorinya short flight," kata Hadi.
"Sementara direct Jakarta - Hanoi itu tipenya medium flight dengan konsekuensi serta regulasi yang berbeda juga. Mudah-mudahan bisa terbentuk setelah pendekatan dari Vietnam Airlines dan VietJet Airlines," lanjutnya.
Hadi juga telah berbicara dengan maskapai Indonesia, seperti Garuda dan Citilink, di mana keduanya sedang mencoba "mengeksplor rute penerbangan baru dengan Vietnam," jelas sang dubes.
Pihak KBRI Vietnam dan KJRI Ho Chi Minh juga mengupayakan peningkatan kehadiran firma perkapalan RI - Vietnam yang bisa menunjang proses distribusi ekspor-impor berskala kargo besar antara kedua negara.
"Peluan konektivitas antar-pelabuhan juga sedang kita eksplorasi. Saat ini ada Samudera Indonesia di Hanoi dan Ho Chi Minh empat kapal perminggu. Kita sedang bicarakan agar investor dari Indonesia bisa tambah di sini," tambah Konsul Jenderal RI di Ho Chi Minh, Hanif Salim dalam kesempatan yang sama.
Simak video pilihan berikut:
Jangan Mau Kalah
Perihal peluang konektivitas, Dubes Ibnu Hadi berpesan kepada maskapai penerbangan Indonesia agar jangan kalah dengan maskapai penerbangan Vietnam.
"Prospeknya adalah agar rute Hanoi - Jakarta dan Hanoi - Bali menjadi salah satu rute penerbangan yang bisa menjaring banyak turis asing. Karena dua spot ini merupakan destinasi populer turis asing," kata Hadi.
"Tapi teman-teman penerbangan Indonesia masih kurang antusias untuk prospek ini, menganggap bahwa Vietnam merupakan negara kelas dua yang tidak menguntungkan," tambahnya.
Hadi berharap, maskapai penerbangan Indonesia bisa lebih aktif menjajaki prospek yang menurutnya "saling meguntungkan" itu.
"Karena kalau maskapai Vietnam yang aktif dan menambah pesawat duluan, mengapa kita tidak demikian?" Hadi berpendapat.
Advertisement