Bukan Kali Pertama, Jawa-Bali Juga Pernah Dilanda Mati Lampu Parah

Insiden mati lampu ini menjadi trending topik di media sosial Twitter.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 05 Agu 2019, 20:10 WIB
Diterbitkan 05 Agu 2019, 20:10 WIB
Mati Lampu
Ilustrasi (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Area Jabodetabek, serta sebagian Banten dan Jawa Barat mengalami kondisi listrik padam sejak Minggu (4/8/2019). Akibatnya, aktivitas masyarakat dan sejumlah fasilitas publik pun mengalami kendala.

Insiden mati lampu ini menjadi trending topik di media sosial Twitter. Banyak masyarakat yang mengeluhkan padamnya listrik yang terjadi lebih dari 10 jam tersebut.

Jakarta merupakan salah satu kota di mana tagar #matilampu ini muncul paling banyak, diikuti Bandung, dan Yogyakarta.

Sebelumnya, insiden mati lampu yang berlangsung cukup lama bukan kali pertama terjadi. Pada tahun 2005, Pulau Jawa dan Bali juga sempat dilanda permasalahan ini.

Pada 18 Agustus 2005, sekitar pukul 10.23 WIB, kegagalan saluran transmisi 500 kilovolt antara Cilegon dan Saguling di Jawa Barat memangkas pasokan listrik, yang menyebabkan pemadaman 5.000 megawatt secara masif.

Jakarta kehilangan daya listrik, dan setengah dari populasi Indonesia --sekitar 100 juta orang-- hidup tanpa daya elektrik selama hampir 11 jam, demikian dikutip dari laman Mentalfloss.com, Senin (5/8/2019).

Perkembangan Terbaru

PT PLN (Persero) menyatakan tidak ada pemberlakuan pemadaman listrik bergilir setiap tiga jam sekali. Beredar info di media sosial bahwa masih akan ada pemadaman listrik bergilir.

Vice President Public Relation PLN Dwi Suryo Abdullah mengatakan, kabar pemadaman bergilir adalah tidak benar. PLN tidak sedang memberlakukannya. "Enggak benar itu, hoaks," kata Dwi, di Kantor Pusat PLN Jakarta.

Terkait masih ada wilayah yang mengalami pemadaman, Dwi menyebutkan penyebabnya adalah pasokan listrik dari Pembangkit yang belum optimal. "Karena memang ada kita menunggu masuknya (pasokan listrik)," tuturnya.

Saat ini pasokan listrik yang masuk ke dalam sistem Jawa-Bali hanya baru dari Pembangkit Suralaya, sehingga masih menunggu tambahan Pasokan dari Pembangkit lainnya.

"Soalnya kan baru satu yang masuk. PLTU baru satu dari Suralaya. Masih nunggu beberapa pembangkit karena memang ada kita menunggu masuknya," tandasnya.

Untuk diketahui, telah beredar informasi di media sosial yang mengatasnamakan pegawai PLN bahwa perusahaan listrik tersebut akan mematikan bergilir setiap tiga jam sekali.

Dalam info tersebut, masyarakat diminta untuk segera mengisi air dan mengisi daya baterai handphone dan lampu cadangan agar tidak kerepotan saat mati lampu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Pengusaha Rugi Triliunan Rupiah akibat Mati Lampu

Ilustrasi mati lampu
Ilustrasi mati lampu (Unsplash.com)

Padamnya listrik atau mati lampu hampir 8 jam pada Minggu (4/8/2019) kemarin mengakibatkan lumpuhnya berbagai aktivitas bisnis dan pelayanan publik di Jakarta. Hal ini dinilai sesuatu yang harus serius disikapi dan diantisipasi oleh pemerintah melalui PLN.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta Sarman Simanjorang mengatakan, ketergantungan dunia usaha dan pelayanan publik terhadap listrik sangatlah besar.

"Oleh sebab itu, pelayanan PLN harus dievakuasi secara serius dan mendesak karena PLN adalan milik Pemerintah," ujar dia di Jakarta.

Menurut Sarman, kerugian yang dialami oleh pengusaha sangat besar akibat padamnya listrik. Selain itu, masalah ini juga berdampak pada banyaknya pesanan barang dan jasa yang tidak terlayani.

Industri Kecil Menengah (IKM) sangat terpukul dengan mati lampu yang cukup lama ini seperti industri kuliner, konveksi, restoran, cafe, catering, transportasi online, SPBU, bengkel, mebel, dan usaha lainnya.

Sedangkah pelayanan publik di Jakarta hampir lumpuh seperti MRT, Commuter Line, ATM, pelayanan pintu tol, jaringan komunikasi, pelayanan kesehatan dan lalu lintas dan lain lain akibat mati lampu.

"Kita agak sulit menghitung angka kerugian akan tetapi jika dihat dari banyaknya sektor usaha dan pelayanan publik yang terimbas maka bisa mencapai triliunan rupiah. Kejadian ini juga akan berdampak pada ketidakpercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia jika kondisi pelayanan energi listrik seperti ini," jelas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya