Liputan6.com, Oslo - Kepolisian Norwegia mulai menyelidiki kasus penembakan masjid di Oslo sebagai dugaan tindak pidana terorisme.
Sebelumnya, pada Sabtu 10 Agustus 2019 waktu lokal, tersangka melancarkan aksi penembakan di Al-Noor Islamic Centre, Baerum, barat Oslo. Peristiwa terjadi bertepatan ketika komunitas muslim lokal sedang merayakan hari raya Idul Adha.
BBC melaporkan satu orang terluka akibat aksi penembakan di masjid tersebut. Terduga pelaku tidak disebutkan namanya, tapi Kepolisian Norwegia menggambarkan pelaku sebagai anak muda berkulit putih.
Advertisement
Baca Juga
Penyelidikan polisi juga mengantarkan mereka ke rumah tersangka, di Baerum, barat Oslo. Di sana aparat menemukan jasad perempuan yang merupakan saudara tiri pelaku.
Oleh karenanya, selain terancam pidana terorisme, pelaku turut terancam pidana pembunuhan berdasarkan KUHP Norwegia, kata kepolisian seperti dikutip dari BBC, Senin (12/8/2019).
Ini merupakan peningkatan dari ancaman dakwaan sebelumnya yang diumumkan polisi, di mana tersangka sempat hanya akan dijerat dengan pasal percobaan pembunuhan.
Dugaan Ekstremis Sayap Kanan
Tersangka diketahui menunjukkan tanda-tanda sentimen anti-imigran dan pro-ekstremis sayap kanan. Pada media sosialnya, ia juga diketahui mendukung aksi penembakan masjid di Christchurch, Selandia Baru beberapa bulan lalu; serta menyatakan simpatik kepada Vidkun Quisling, politikus Norwegia pro-Nazi era Perang Dunia II.
Namun, juru bicara kepolisian Rune Skjold mengatakan bahwa tersangka tidak memiliki riwayat kriminal.
Kepolisian Norwegia juga mengatakan bahwa sejauh ini, tersangka bertindak sendiri tanpa afiliasi kepada kelompok tertentu.
Simak video pillihan berikut:
Reaksi Atas Kasus Penembakan
Kasus penembakan di Masjid Al-Noor, Oslo menimbulkan perdebatan mengenai apakah pemerintah telah melakukan langkah yang cukup untuk melindungi komuitas muslim di negara Skandinavia tersebut.
Ketua Dewan Masjid Al-Noor, Irfan Mushtaq mengatakan bahwa pemerintah harus melakukan lebih.
"Selama bertahun-tahun, polisi mengatakan bahwa muslim adalah risiko terbesar bagi negara ini, tetapi jika Anda melihat dua insiden besar terakhir dari kegiatan terorisme, bukan muslim yang melakukannya," tambah Mushtaq.
Sementara Dewan Islam Norwegia menggambarkan serangan itu sebagai "hasil kebencian jangka panjang terhadap Muslim yang telah diizinkan menyebar di Norwegia".
Dikatakan pihak berwenang belum "menganggap perkembangan ini dengan serius".
Respons Pemerintah
Perdana Menteri Erna Solberg mengatakan di Twitter bahwa Norwegia harus memerangi sikap kebencian dan anti-Muslim.
Dalam komentar terpisah, ia mengatakan keamanan telah ditingkatkan untuk perayaan Idul Adha hari Minggu dan bahwa menangani ujaran kebencian adalah prioritas.
"Kami mencoba untuk melawan ini, tetapi ini adalah tantangan. Saya pikir ini adalah tantangan di seluruh dunia," katanya.
Data perkiraan resmi pada 2016 mengatakan sekitar 200.000 Muslim tinggal di Norwegia, yang memiliki populasi sekitar 5 juta jiwa.
Advertisement