Belasungkawa Singapura Atas Wafatnya Presiden Zimbabwe 3 Dekade Robert Mugabe

Pihak Kementarian Luar Negeri (Kemlu) Singapura atas nama bangsa turut menyampaikan belasungkawa atas kematian pemimpin Zimbabwe tiga dekade Robert Mugabe.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Sep 2019, 06:48 WIB
Diterbitkan 08 Sep 2019, 06:48 WIB
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Zimbabwe selama tiga dekade, Robert Mugabe meninggal dunia di usia 95 tahun. Singapore Ministry of Foreign Affairs (MFA) atau Kementerian Luar Negeri Singapura belakangan mengonfirmasi bahwa mendia wafat pada Jumat 6 September 2019.

"Kementerian Luar Negeri menyatakan belasungkawa atas meninggalnya mantan Presiden Republik Zimbabwe pagi ini di Rumah Sakit Gleneagles di Singapura," kata MFA dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat yang dikutip dari Channel News Asia, Sabtu 7 September 2019.

"Mugabe meninggal sekitar pukul 10.40 pagi," kata seorang diplomat senior Zimbabwe.

Pihak kementerian saat ini tengah bekerja dengan Kedutaan Besar Zimbabwe di Singapura untuk mengatur agar jenazah almarhum Robert Mugabe dipulangkan ke Zimbabwe.

Mengetahui kabar duka tersebut, pihak Kementarian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia turut menyampaikan belasungkawanya.

"Indonesia conveys its deepest condolences on the passing of former President and founding father of the Republic of Zimbabwe, Robert Mugabe, in Singapore, at the age of 95," tulis akun @Kemlu_RI yang Liputan6.com kutip Minggu (8/9/2019).

Dalam ungkapan duka tersebut, Indonesia menyampaikan turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya Robert Mugabe di usia 95 tahun.

Kematian Robert Mugabe sebelumnya diumumkan di akun Twitter resmi penerusnya di kursi kepimpinan negara, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa.

Pengumuman resmi kematian presiden kedua Zimbabwe Robert Mugabe. (Twitter)

"Dengan sangat sedih saya mengumumkan kematian bapak pendiri Zimbabwe sekaligus mantan Presiden, Cde (Kamerad) Robert Mugabe," kata posting itu.

Dalam mengumumkan kematian Mugabe pada hari Jumat, Presiden Zimbabwe Emmerson Mnangagwa memuji Mugabe sebagai "ikon pembebasan".

"Kontribusinya bagi sejarah bangsa dan benua kita tidak akan pernah dilupakan. Semoga jiwanya beristirahat dalam kedamaian abadi," kata Mnangagwa.

Kebangkitan dan kejatuhan Robert Mugabe dari Zimbabwe Mugabe telah menerima penghormatan khusus terutama dari para pemimpin Afrika.

Bulan lalu, dilaporkan bahwa Mugabe telah menerima perawatan di rumah sakit Singapura sejak April 2018, karena penyakit yang tidak diketahui.

Menurut keterangan keluarga, Robert Mugabe dirawat di Singapura sejak April tahun lalu, tetapi merahasiakan penyakit yang dideritanya dari publik.

Duka Pemimpin Negara di Afrika

Ilustrasi Afrika Selatan
Ilustrasi Foto Afrika Selatan (iStockphoto)

Sejumlah pemimpin negara di Afrika sebelumnya juga menyampaikan ungakapan duka atas kepergian Robert Mugabe. Di antaranya adalah Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, Presiden Kenya Uhuru Kenyatta, Presiden Tanzania John Magufuli, Presiden Namibia Hage Geingob dan Presiden Nigeria Muhammadu Buhari.

Selain itu, tokoh dari negeri itu, Mpho Balopi, sekretaris jenderal, Partai Demokrat Botswana dan Senator Oposisi Zimbabwe dan Pengacara Hak Asasi David Coltart juga turut berbelasungkawa.

Sejumlah negara asing seperti Inggris, Rusia dan China juga turut menyampaikan rasa kehilangan mereka.

Baca selengkapnya di sini...

Reaksi Warga

Mantan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe
Mantan Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe tiba untuk memberikan suara dalam pemilihan umum negara itu di TPS distrik Highfield, Harare, Senin (30/7). Mugabe pertama kalinya menggunakan hak pilihnya setelah dilengserkan November 2017. (AFP/Zinyange AUNTONY)

Warisan kepemimpinan Mugabe, yang hampir 40 tahun, telah membangkitkan reaksi beragam dari rakyat Zimbabwe.

Di Bulawayo, kota terbesar kedua di mana Mugabe bekerja sebagai guru sekolah selama era kolonial, orang-orang menyatakan belasungkawa mereka. Ada yang menyertakan rasa amarahnya, ada pula yang mengungkapkan kesedihannya.

Ada pula yang mencaci Robert Mugabe, melihat gayanya memimpin negara saat itu. Mereka adalah orang-orang yang menderita di bawa kepemimpinannya. Akan tetapi, ada pula orang-orang yang merespons kematian Mugabe dengan sudut pandang berbeda. Tanpa kebencian sedikit pun.

Baca selengkapnya di sini...

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya