Liputan6.com, Washington DC - Lebih dari 100 militan dan simpatisan ISIS yang ditahan di penjara Kurdi di Suriah bagian utara dan timur laut kini buron, menyusul ofensif militer Turki guna mempreteli kehadiran Kurdi di sana.
Hal itu diungkap oleh Wakil Khusus Presiden AS untuk Suriah, James Jeffrey pada Rabu 23 Oktober 2019 lalu saat menjawab pertanyaan Anggota DPR AS dari fraksi Demokrat, Eliot Engel dalam audiensi di Capitol Hill.
"Jumlahnya lebih dari 100, dan kami tidak tahu di mana mereka," kata Jeffrey seperti dikutip dari Fox News, Kamis (24/10/2019).
Advertisement
Jeffrey menambahkan bahwa "hampir semua" penjara yang dijaga pasukan Kurdi diamankan dan bahwa pejabat AS memantau situasi "sebaik mungkin."
"Hampir semua penjara yang dijaga Pasukan Demokratik Suriah (SDF) masih aman," tambah Jeffrey.
"SDF masih memiliki orang-orang di sana. Kami memantau itu sebaik mungkin. Kami masih memiliki pasukan (AS) di Suriah yang bekerja dengan SDF, dan salah satu prioritas utama adalah penjara-penjara itu."
Menteri Pertahanan AS Mark Esper memberikan perkiraan yang sama tentang jumlah tahanan ISIS yang melarikan diri pada Selasa kemarin, tetapi mengatakan "pelarian penjara besar" yang diharapkan para pejabat tidak terjadi.
"Dari sekitar 11.000 tahanan yang berada di penjara di timur laut Suriah, kami hanya memiliki laporan sekitar lebih dari seratus yang telah melarikan diri," kata Esper kepada CNN.
Sebelum Turki mulai melakukan operasi militer di Suriah pada 9 Oktober, para pejabat Kurdi telah memperingatkan bahwa pelarian penjara semacam itu mungkin terjadi.
Kurdi diperkirakan menahan sekitar 12.000 militan dan simpatisan yang ditangkap dalam perang melawan ISIS. Jauh sebelum operasi militer Turki di Suriah utara dimulai, SDF mengaku kewalahan untuk mengelolan sejumlah kamp penahanan untuk tahanan ISIS, menyebut alasan kekurangan sumber daya manusia dan barang-barang kebutuhan mendasar lainnya.
Pengakuan Jeffrey terjadi beberapa jam sebelum Presiden Trump mengumumkan bahwa Turki dan pasukan Kurdi Suriah Pasukan Demokratik Suriah (SDF) telah mencapai kesepakatan "gencatan senjata permanen". Sebagai gantinya, AS mencabut sanksi kepada Turki yang sebelumnya mereka jatuhkan selama operasi ofensif.
Berbicara di Gedung Putih, Trump mengatakan bahwa sementara "gencatan senjata permanen" akan sulit dipertahankan di wilayah yang bergejolak, ia berharap itu akan bertahan dan mengakhiri konflik antara Turki dan Kurdi.
"Saya yakin itu akan permanen," katanya. "Ini adalah hasil yang diciptakan oleh kami, Amerika Serikat, dan tidak ada orang lain ... kami telah melakukan sesuatu yang sangat, sangat istimewa."
Simak video pilihan berikut:
Turki dan Rusia Teken Kesepakatan untuk Halau Kurdi di Perbatasan Suriah
Turki dan Rusia telah menyetujui apa yang mereka sebut kesepakatan "bersejarah" yang bertujuan menjauhkan pasukan Kurdi dari perbatasan Suriah - Turki.
Pada bulan ini, Turki melancarkan serangan untuk mengusir pasukan Kurdi dari Suriah bagian utara dan timur laut guna menciptakan zona penyangga (buffer zone). Wilayah itu nantinya akan digunakan untuk memukimkan kembali hampir sekitar 3,5 juta pengungsi perang Suriah yang saat ini berada di sana.
Rusia merupakan sekutu Presiden Suriah Bashar al-Assad. Moskow mengkhawatirkan tentang campur tangan asing di Suriah.
Turki dan Rusia sekarang akan melakukan patroli bersama di perbatasan, menurut kesepakatan terbaru tersebut, seperti dikutip dari BBC, Rabu (23/10/2019).
Advertisement