Terkuak Kisah Keajaiban di Balik Tsunami Aceh, Bayi Selamat Meski Terbawa Ombak

Thulaasi, bayi asal Penang berusia 22 hari yang sempat terseret ombak tsunami Aceh pada 26 Desember 2004 dikabarkan selamat. Begini kisah selengkapnya.

oleh Liputan6.com diperbarui 27 Des 2019, 20:10 WIB
Diterbitkan 27 Des 2019, 20:10 WIB
Masjid yang masih berdiri ditempa tsunami di Aceh.
Masjid yang masih berdiri ditempa tsunami di Aceh. (foto: ABC.net)

Liputan6.com, Penang - Tsunami, yang dipicu oleh gempa bumi bawah laut bermagnitudo 9,3 di lepas pantai barat Sumatra di Indonesia pada 26 Desember 2004, menewaskan lebih dari 200.000 korban di Indonesia, Malaysia, Thailand, India, Maladewa, dan Sri Lanka.

Kejadian tsunami itu tentunya akan terus teringat dan membekas dalam kehidupan dari para korban. Salah satunya bagi pengusaha asal Penang, A Suppiah. Ia akan selalu mengingat tragedi tsunami 2004 lalu yang merenggut nyawa ribuan orang di Asia Tenggara.

Dilansir dari CNA, Jumat (27/12/2019), Suppiah (70), hampir kehilangan putrinya S Thulaasi, yang baru berusia 22 hari saat tsunami tersebut. Gelombang besar yang menghantam Pantai Miami di Batu Ferringhi, Penang pada 2004 juga mengenai ruko milik Suppiah.

Selain ruko, gelombang besar juga menghantam kasur tempat sang bayi tidur. Gelombang tsunami itu membawa Thulaasi ke arah laut. Untungnya, gelombang kedua membawa balik kasur beserta bayi itu kembali ke pinggir pantai.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kondisi Saat Ombak Menerjang

ilustrasi kondisi pasca tsunami.
ilustrasi kondisi pasca tsunami. (iStockphoto)

Mengingat kejadian itu, Suppiah mengatakan dia tidak pernah bisa melupakan kelangsungan hidup putrinya yang ajaib.

Suppiah mengatakan, "Dalam sekejap, situasinya menjadi kacau, orang-orang berteriak dan menjerit." Sebelumnya, datang orang asing mendekati Suppiah dan bertanya tentang dua garis putih atau gelembung yang dilihatnya mendekati pantai.

Tak lama kemudian, permukaan laut naik dan semua orang berlari ke sana-kemari. Suppiah mengatakan bahwa dia juga berlari, untuk menyelamatkan putrinya yang berusia 12 tahun dan Thulaasi, tetapi tidak dapat mencapai mereka tepat waktu.

Suppiah terbawa oleh arus dan berhasil berpegangan pada sebuah tiang. Sementara itu, istrinya dan Thulaasi berada di sebuah ruangan di toko ketika tsunami melanda.

“Setelah itu, saya pergi mencari bayi saya, tetapi gagal menemukannya sampai seorang pria Indonesia datang menghampiri dan memberi tahu bahwa bayiku ditemukan aman di atas kasur,” katanya.

Doa Khusus Pada 26 Desember

ilustrasi memanjatkan doa.
ilustrasi memanjatkan doa. (iStockphoto)

Awalnya Suppiah sempat marah karena kehilangan barang-barangnya saat tsunami. Namun, amarahnya berubah menjadi penyesalan setelah membaca berita mengenai tingkat kerusakan dan angka korban jiwa di surat kabar, mengingat seluruh keluarganya dalam kondisi aman.  

“Normal bagi kita untuk merasa marah pada awalnya, terutama ketika saya melihat toko, seluruhnya hancur. Tetapi setelah membaca tentang tsunami di Sri Lanka, Aceh, Thailand, yang menewaskan begitu banyak orang... Keluarga saya dan saya selamat dari kejadian itu. Itu membuat saya merasa bersyukur dan mendesak saya untuk mencari pengampunan dari Tuhan,” tambah Suppiah.

Suppiah bersama anaknya, Thulaasi. (Foto: Bernama)

Setelah kejadian itu, Suppiah mengatakan bahwa dia akan selalu mengadakan doa khusus pada tanggal 26 Desember untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Thulaasi juga mengatakan dirinya bersyukur bahwa Tuhan menyelamatkannya dari tragedi itu.

 

Di Malaysia, daerah Penang terkena dampak kerusakan terbesar, dengan angka kematian 52 dari 68 kematian. 

 

Reporter: Jihan Fairuzzia

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya