Liputan6.com, Jakarta - Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap ketegangan Iran dan Amerika Serikat segera mendapatkan solusi terbaik. Sebab jika terjadi peperangan tidak ada yang diuntungkan satu sama lain.
"Saya kira tidak ada yang diuntungkan, termasuk yang tidak ikut perang itu akan jadi korban," kata Ma'ruf di Istana Wakil Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2020).
Advertisement
Baca Juga
Sebab itu kata dia, langkah yang harus dilakukan yaitu mencegah peperangan. Jika terjadi kata dia akan merugikan semua pihak di segala lini.
"Sangat merugikan bagi dunia, ekonomi rusak, politik juga blok-blok akan terbangun, itu sangat berbahaya sekali," ungkap Ma'ruf.
Sebab itu seluruh pihak kata dia harus membantu satu sama lain agar meredakan ketegangan antara AS dan Iran. Salah satunya itu melalui PBB.
"Oleh karena itu di Timteng dan negara-negara yang cinta damai kita berusaha melalui PBB untuk menahan tidak terjadi perang," kata Ma'ruf.
Sebelumnya diketahui Pasca tewasnya Panglima Garda Revolusi Mayor Jenderal Qasem Suleimani, Iran langsung menyerang Amerika Serikat sebagai aksi balas dendam. Realisasi atas janji balas dendam Iran sudah dimulai hari Rabu.
Presiden AS, Donald Trump memerintahkan membunuh Suleimani. Panglima militer andalan Iran tersebut tewas setelah diserang pesawat tak berawak ke Bandara Internasional Baghdad.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Menko Luhut: Kita Jangan Terlalu Heboh dengan Konflik AS-Iran
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan menanggapi santai terkait isu ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Menurutnya, pertikaian kedua negara tersebut tak perlu dibesar-besarkan meskipun akan berdampak kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
"Jangan kita terlalu heboh yang berlebihan," katanya saat ditemui di Kantornya, Jakarta.
Luhut mengakui, dampak terbesar memanasnya hubungan ke dua negara akan berimbas terhadap melonjaknya harga minyak dunia. Kendati begitu, baginya itu merupakan hal yang biasa-biasa saja.
"Pasti naik (harga minya) ya. Tidak apa-apa semua itu kan hidup pasti ada naik turun," tandasnya.
Seperti diketahui, Harga minyak melonjak lebih dari 4 persen pada Selasa malam, setelah pejabat Pentagon mengatakan Iran melakukan penyerangan ke ke pangkalan udara Irak Al Asad Rabu pagi. Pangkalan Udara itu menampung pasukan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS melonjak hingga USD 2,85 atau 4,5 persen ke posisi USD 65,65. Harga ini merupakan level tertinggi sejak April, sebelum menarik kembali ke USD 64,11. Benchmark internasional, minyak mentah Brent naik lebih dari 4 persen ke sesi tertinggi USD 71,75 per barel, tertinggi sejak September, sebelum mundur kembali ke USD 69,86.
"Saya pikir para pedagang sepenuhnya mengantisipasi pembalasan, tetapi tidak pada pasukan AS, yang menyebabkan para pedagang takut langkah selanjutnya oleh AS mungkin merupakan serangan balik ke Iran, yang dapat membuka situasi kacau lain," kata kata direktur pelaksana Tudor, Pickering, Holt & Co. Michael Bradley, dilansir CNBC.
Advertisement