Liputan6.com, India - India merupakan rumah bagi sekitar 27.000 gajah liar. Namun, hingga saat ini, sekitar 2.500 gajah ditahan di seluruh negara bagian Assam, Kerala, Rajasthan dan Tamil Nadu.
Negara ini secara luas diyakini sebagai tempat kelahiran gajah jinak untuk digunakan oleh manusia. Para gajah yang ditahan oleh orang India selama ribuan tahun.
Tetapi 17 tahun yang lalu, setelah protes oleh aktivis hak-hak binatang atas kasus-kasus penangan yang menyalahgunakan dan kelaparan gajah tawanan, pemerintah melangkah untuk memberi hewan sedikit istirahat.
Advertisement
Seperti yang dilansir dari BBC, Jumat (31/1/2020), setahun sekali, beberapa gajah tawanan India dibawa ke kamp liburan guna untuk pemulihan, tempat mereka dimanjakan dan dirawat oleh para penjaga.Â
Seperti contohnya, salah satu gajah yang tujuh tahun menjadi selebritas lokal karena terkenal di kalangan penduduk, gajah Akila, tahu bagaimana berpose untuk swafoto. Dia melihat kamera, mengangkat belalainya, dan tetap diam ketika lampu blitz nyala. Itu bisa melelahkan, terutama ketika ada ratusan permintaan setiap hari.
Meskipun demikian, Akila, melakukan tugasnya sehari-hari dengan rajin di kuil Jambukeswarar. Ini termasuk para penyembah yang memberkati, mengambil air untuk ritual di mana dewa-dewa dimandikan, dan memimpin prosesi kuil di sekitar kota dengan mengenakan pakaian upacara.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kamp Sebagai Tempat Kesejahteraan Hewan
Akibatnya, Akila dan sejumlah gajah lainnya yang ditahan di kuil-kuil di sekitar India kini dibawa ke "kamp peremajaan" setiap tahun bersama pengasuh mereka. Selama beberapa minggu, hewan-hewan itu bersantai di tanah seluas enam hektar di hutan di kaki bukit Nilgiris, bagian dari Ghats Barat negara itu.
Kamp-kamp itu digambarkan sebagai inisiatif kesejahteraan hewan dan telah menjadi acara tahunan yang populer untuk gajah-gajah kuil negara.
Akila dan 27 gajah lainnya hadir sejak kamp dibuka pada 15 Desember tahun lalu, dan akan berlangsung hingga 31 Januari, dengan biaya sekitar Rp 2 miliar untuk dijalankannya kamp.
"Gajah liar hidup dalam kawanan hingga 35 anggota, tetapi hanya ada satu gajah di kuil," katanya. "Selama 48 hari di sini, mereka berada di lingkungan mereka sendiri dan memiliki kehidupan normal."
Arjun, yang telah menemani Akila setiap tahun, adalah penjaga gajah generasi keempat. Di kamp, dia memandikan Akila dua kali sehari, memberinya campuran biji-bijian, buah-buahan, dan sayuran yang dicampur dengan suplemen vitamin, juga membawanya berjalan-jalan di sekitar lahan.
Sebuah tim dokter hewan siap memantau kesehatan gajah pendatang di kamp, sementara pada saat yang sama, tim doker mengajari para penangan mereka dalam mata pelajaran seperti diet gajah dan olahraga.
Advertisement
Penjagaan dan Peraturan yang Ketat
Namun terlepas dari pepohonan yang rindang dan sepi, liburan itu jauh dari kata "kehidupan normal" gajah. Tempat mereka dilapisi tembok tinggi dan memiliki delapan menara pengawal serta pagar listrik 1,5 km di sekelilingnya. Â
Walaupun gajah tampaknya dirawat dengan baik, mereka menghabiskan sebagian besar waktu mereka dalam rantai dan dijaga ketat oleh penjaga mereka. Dan satu kamp pemulihan yang dilaksanakan selama enam minggu setahun, tidak banyak mengurangi tekanan kehidupan sehari-hari gajah di kuil, menurut para aktivis.
"Gajah berada di hutan, bukan di kuil. Kamp pemulihan enam minggu seperti dibiarkan bebas bersyarat saat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup," bantah Sunish Subramanian, dari Masyarakat Kesejahteraan Tumbuhan dan Hewan di kota barat Mumbai.
"Bahkan di kamp ini, hewan-hewan disimpan dalam rantai dan kondisinya sering tidak higienis," tambahnya. "Jika Anda harus mengikuti tradisi, gajah-gajah kuil harus disimpan di kamp hampir sepanjang tahun dalam kondisi yang jauh lebih baik dan dibawa ke kuil hanya selama festival."
Bahkan di antara kelompok mereka sendiri, gajah tidak diperbolehkan terlalu dekat. Hal itu tidak hanya menyebabkan para aktivis hak-hak hewan khawatir akan kondisi para gajah.
Meskipun begitu, kamp telah menjadi tempat wisata dalam beberapa tahun terakhir, menarik aliran pengunjung yang konstan dari desa-desa tetangga. Sebagian besar menonton, dengan mata terbelalak, dari barikade. Tapi tidak semua orang di luar kamp senang.
Â
Reporter: Jihan Fairuzzia