Liputan6.com, Singapura - Singapura menghasilkan jumlah limbah padat per kapita terbesar di dunia dengan 1.400 kg, Bloomberg melaporkan pada 11 Juni 2020, mengutip sebuah studi oleh Bank Dunia.
Bloomberg juga memberikan angka-angka berikut untuk menunjukkan rincian limbah yang dihasilkan oleh Negeri Singa, seperti dikutip dari Mothership.sg, Sabtu (13/6/2020):
Advertisement
Baca Juga
145,3 kg untuk plastik; 275,4 kg untuk kaca dan logam; 204.1 kg untuk kertas dan karton; 202,9 kg untuk limbah organik; dan 546.2 kg untuk jenis limbah lainnya.
Advertisement
Menurut grafik, Singapura menghasilkan lebih banyak sampah daripada Amerika Serikat, Kanada, dan Jerman; atau bahkan Indonesia dan China dalam hal ini, yang berada di peringkat empat dan tiga terbawah grafik, dengan Filipina dan Vietnam membuntuti.
Kemunculan Singapura sebagai negara peringkat pertama pada grafik merupakan hal yang tidak terlalu mengejutkan, mengingat data tersebut merujuk produksi sampah per-kapita --plus, keadaan geografi dan ekonomi turut diperhitungkan.
Dengan populasi yang padat di Singapura yang memiliki wilayah kecil (di mana tidak cukup banyak orang yang mampu atau berniat untuk hidup bebas sampah), grafik tidak benar-benar menunjukkan bahwa negara tersebut menghasilkan jauh lebih banyak sampah daripada seluruh penduduk per-kapita, terutama jika dibandingkan negara berwilayah besar seperti misalnya; China.
Apa yang ditunjukkan data adalah bahwa seorang penduduk Singapura menghasilkan hampir 1.400 kg limbah padat pada skala rata-rata --namun masih cukup mengkhawatirka, Asia One melaporkan.
Simak video pilihan berikut:
Bagaimana Penjelasannya?
Seperti dikutip dari Mothership.sg, sebuah studi yang diterbitkan oleh Bank Dunia pada tahun 2018 menemukan bahwa timbulan sampah harian per kapita biasanya yang tertinggi untuk negara-negara yang berpenghasilan tinggi atau negara pulau, menurut data per-2016.
Studi ini juga menyatakan bahwa timbulan sampah memiliki hubungan positif dengan pembangunan ekonomi dan urbanisasi.
Negara-negara berpenghasilan tinggi diketahui telah menghasilkan 34 persen dari total sampah dunia pada tahun 2016, sebesar 683 juta ton, meskipun hanya menyumbang 16 persen dari populasi dunia.
Di Asia Timur dan Pasifik, Singapura menempati peringkat tertinggi, dengan 3,72 kg limbah harian yang dihasilkan per kapita.
Sebagai perbandingan, studi ini mencatat bahwa angka 0.43 kg di bawah rata-rata China disebabkan oleh jumlah limbah yang dihasilkan oleh "populasi pedesaan yang signifikan" di negara itu.
Sementara itu, negara-negara dengan jumlah limbah harian tertinggi yang dihasilkan per kapita untuk wilayah lain juga ternyata adalah negara kepulauan.
Negara-negara lain adalah:
Islandia (kluster data World Bank untuk Eropa dan Asia Tengah)
US Virgin Islands (kluster data Amerika Latin dan Karibia)
Bahrain (kluster data Timur Tengah dan Afrika Utara)
Maladewa (Asia Selatan)
Seychelles (Afrika), dan
Bermuda (Amerika Utara).
Advertisement
Data Dari NEA Singapura
Menurut Badan Lingkungan Nasional Singapura (NEA), Negeri Singa menghasilkan sekitar 7,23 juta ton limbah padat untuk 2019, di mana 4,25 juta ton didaur ulang.
Dibandingkan dengan 2018, jumlah limbah padat yang dihasilkan turun 6 persen, sementara jumlah yang didaur ulang menurun dari 61 persen menjadi 59 persen.
NEA lebih lanjut mencatat bahwa penurunan daur ulang sebagian besar merupakan hasil dari penurunan tingkat daur ulang kertas.
Hal ini disebabkan pasar kertas daur ulang dipengaruhi oleh menyusutnya pasar ekspor dan penurunan permintaan untuk mencetak kertas dari digitalisasi yang lebih besar.
Adapun pemecahan limbah yang dihasilkan, dan daur ulang, limbah dari logam, konstruksi, dan ban bekas melihat sejumlah limbah terbesar yang dihasilkan, serta tingkat daur ulang tertinggi yaitu lebih dari 98 persen.
Sementara itu, plastik melihat tingkat daur ulang terendah dengan hanya 4 persen dari 930.000 ton daur ulang, bersama dengan limbah tekstil dan kulit, yang juga melihat hanya 4 persen dari 168.000 ton limbah yang didaur ulang.
Jumlah limbah yang dihasilkan untuk plastik khususnya diperkirakan akan meningkat mengingat bahwa tambahan 1,33 juta kg limbah plastik dihasilkan sebagai hasil dari takeaway dan pengiriman makanan selama periode pemutus sirkuit dua bulan ini, sebuah survei lokal menemukan.