ARNO: Terima Kasih Indonesia Telah Selamatkan Pengungsi Rohingya di Aceh

ARNO mengucapkan terima kasih kepada Indonesia yang telah menyelamatkan pengungsi Rohingya di Aceh.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2020, 10:13 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2020, 19:40 WIB
Penyelamatan Pengungsi Rohingya ke Daratan Aceh
Nelayan Aceh membantu evakuasi seorang anak pengungsi etnis Rohingya menuju pesisir pantai desa Lancok, di Kabupaten Aceh Utara, Kamis (25/6/2020). Hampir 100 orang etnis Rohingya, termasuk 30 orang anak-anak ditemukan terdampar di tengah laut dengan kondisi kapal rusak. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Nasional Arakan Rohingya (ARNO) mengucapkan terima kasih kepada Indonesia karena telah menyelamatkan pengungsi Rohingya yang terdampar dan kesulitan di laut Aceh, serta memberi mereka tempat berlindung sementara dan bantuan atas dasar kemanusiaan.

"Itu telah dianggap sebagai demonstrasi nyata dari persaudaraan, kepemimpinan dan gerakan kemanusiaan yang menonjol," kata ARNO dalam pernyataan yang dilihat Liputan6.com pada Minggu (27/6/2020).

"ARNO meminta agar pemerintah Indonesia terus memberikan bantuan sementara sampai sumber daya yang memadai tersedia bagi para pengungsi untuk mendapatkan tempat berlindung yang aman dan sumber makanan."

Agar Rohingya kembali ke rumah dengan cara yang aman dan bermartabat, ARNO juga menyerukan kepada para pemimpin ASEAN untuk "mengatasi akar penyebab krisis Rohingya dan masalah pengungsi mereka; untuk menekan pemerintah Myanmar untuk mengakhiri genosida dan apartheid di Myanmar yang menyebabkan kondisi untuk menciptakan peluang bagi jaringan perdagangan gelap untuk berkembang di wilayah yang mempengaruhi ASEAN dan negara-negara lain; dan untuk mendukung hak-hak masyarakat Rohingya agar diakui secara hukum sebagai etnis minoritas di Myanmar serta pemulihan kewarganegaraan penuh yang konsisten dengan kebangsaan etnis lain di Myanmar."

"Wilayah ini harus bersatu dalam menciptakan solusi jangka panjang yang memfokuskan upaya konkret dalam memberikan kerja sama timbal balik dan bantuan teknis untuk semua negara di kawasan ini untuk mengakhiri perdagangan manusia dan penyelundupan manusia yang terus terjadi."

"Upaya-upaya kawasan ini terus menjadi loyo dalam hal ini dan mendorong Rohingya kembali ke laut atau mencegah kapal-kapal berlabuh tidak akan menghentikan atau mencegah perdagangan manusia di laut lepas."

ARNO juga meminta Amerika Serikat dan Uni Eropa membantu ASEAN untuk memastikan bahwa perjanjian internasional untuk menghentikan dan mencegah perdagangan manusia diberlakukan di Myanmar.

"Kami meminta semua negara untuk memberikan bantuan bagi program penegakan hukum yang sah, yang meliputi penuntutan pelaku, sehingga perdagangan manusia, kejahatan terhadap kemanusiaan dihentikan di wilayah tersebut," lanjut organisasi yang berbasis di London, Inggris tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Indonesia Selidiki Dugaan Penyelundupan Manusia

Melihat Pengungsi Rohingya di Penampungan Imigrasi Aceh
Pengungsi Rohingya menunggu di pusat penampungan sementara bekas kantor Imigrasi Punteuet di Lhokseumawe, Aceh Utara (26/6/2020). Dari hasil tes tersebut, mereka semua dinyatakan non reaktif. (AFP Photo/CHAIDEER MAHYUDDIN)

Pemerintah Indonesia telah menyelamatkan 99 orang migran etnis Rohingya yang pada tanggal 24 Juni 2020 memasuki perairan Aceh Utara. Keputusan ini dilandasi oleh prinsip-prinsip kemanusiaan.

Para pengungsi berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan sangat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

HomeGlobalInternasionalIndonesia Selidiki Dugaan Penyelundupan Manusia pada 99 Pengungsi Rohingya di AcehLiputan6.comLiputan6.com27 Jun 2020, 13:00 WIB52Penyelamatan Pengungsi Rohingya ke Daratan AcehNelayan Aceh membantu evakuasi seorang anak pengungsi etnis Rohingya menuju pesisir pantai desa Lancok, di Kabupaten Aceh Utara, Kamis (25/6/2020). Hampir 100 orang etnis Rohingya, termasuk 30 orang anak-anak ditemukan terdampar di tengah laut dengan kondisi kapal rusak. (CHAIDEER MAHYUDDIN/AFP)Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Indonesia telah menyelamatkan 99 orang migran etnis Rohingya yang pada tanggal 24 Juni 2020 memasuki perairan Aceh Utara. Keputusan ini dilandasi oleh prinsip-prinsip kemanusiaan.

Para pengungsi berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan dan sangat membahayakan keselamatan jiwa mereka.

BACA JUGAKasus Virus Corona Melonjak, Swalayan di Australia Batasi Pembelian Tisu ToiletPara pengungsi saat ini ditampung di bekas Kantor Imigrasi Lhoksemauwe, Aceh. Fokus utama sekarang adalah pemenuhan kebutuhan dasar, pemberian penampungan sementara, dan pelayanan kesehatan.

Hal-hal tersebut dilakukan dengan memastikan berlakunya protokol kesehatan guna mencegah penularan virus COVID-19 di kalangan migran etnis Rohingya.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah setempat berkerja sama dengan UNHCR dan IOM akan segera melakukan upaya-upaya lebih lanjut terkait penanganan 99 orang migran etnis Rohingya tersebut.

Masyarakat Aceh Utara dan Lembaga Sosial Masyarakat Indonesia juga aktif memberikan bantuan kemanusiaan.

Otoritas Indonesia juga tengah menyelidiki kemungkinan adanya unsur penyelundupan manusia sehingga migran ireguler tersebut menjadi korban, demikian seperti dikutip dari laman resmi Kementerian Luar Negeri RI, Sabtu (27/6/2020).

Penyelundupan manusia adalah kejahatan yang harus dihentikan dan memerlukan kerja sama kawasan dan internasional.

Perjalanan laut yang tidak aman ini dipastikan akan terus terjadi sepanjang akar masalah tidak diselesaikan.

Bagi Indonesia, upaya menciptakan kondisi kondusif di Rakhine State penting untuk terus dilakukan agar etnis Rohingya dapat kembali secara sukarela, aman dan bermartabat di rumah mereka, di Rakhine State.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya