Kisah Aneh yang Gemparkan Dunia, Percobaan Bunuh Pohon Berusia 600 Tahun

Ini kisah percobaan pembunuhan pohon yang sempat menggemparkan dunia. Aneh tapi nyata.

oleh Liputan6.com diperbarui 03 Sep 2020, 07:00 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2020, 07:00 WIB
Pohon
Ilustrasi Foto Pohon (iStockphoto)

Liputan6.com, Austin - Pada Mei 1989, ada sebuah kasus percobaan pembunuhan yang aneh di Austin, Texas. Sangat aneh, bikin geger bangsa dan menjadi berita dunia.

Detail kasus percobaan pembunuhan ini tidak biasa, dan tidak seperti apa pun yang pernah dilihat polisi sebelumnya. Korbannya, penduduk tertua Austin, pohon berusia hampir 600 tahun yang dikenal sebagai Treaty Oak. 

Treaty Oak ini sangat spesial karena ia satu abad lebih tua daripada penduduk, dan memiliki ukuran setidaknya 100 kaki. Pada tahun 1920, American Forestry Association memberikan nama Treaty Oak sebagai spesimen yang sempurna di Amerika Serikat. Dan berkat penggalangan dana seluruh kota pada tahun 1930-an, pohon itu bahkan memiliki taman di tempat tinggalnya.

"Pastinya tak ada banyak pohon, di Austin atau di Texas, atau di dunia, yang memiliki tempatnya sendiri," ujar John Giedraitis, yang merupakan ahli kehutanan Austin yang pertama seperti dikutip dari CNN, Kamis (3/9/2020).

Ketika Giedraitis mengambil perannya sebagai ahli kehutanan di departemen perhutanan pada tahun 1985, dia sangat mengenal Treaty Oak.

"Yah, tentu kami punya beberapa pohon bersejarah di Austin, tapi pohon yang paling penting adalah Treaty Oak," katanya.

Suku asli Amerika, termasuk Tonkawa dan Comanche, percaya bahwa pohon itu suci. Para murid akan melakukan kunjungan lapangan ke Treaty Oak setiap tahun, dan penduduk menemukan keteduhan dan kenyamanan di baliknya selama musim panas.

Bagi Giedraitis, pohon itu memegang tempat yang lebih dekat di hatinya.

"Ketika memutuskan melamar istri, saya melamarnya di bawah Treatry Oak," ujarnya.

Jadi ketika ada bukti seseorang mencoba untuk membunuh Treatry Oak, Giedraitis tak dapat mengerti mengapa ada orang yang mau merusak bagian sejarah Texas yang begitu dicintai.

Penemuan Barang Bukti Awal

[Fimela] Pohon Baobab
Ilustrasi Baobab | unsplash.com/@graphicnode

Pada tahun 1989, Giedraitis sedang menjadi tuan rumah bagi sejumlah ahli hutan dari Amerika, dan memberikan tur berkeliling di taman Austin tersebut. Ketika mereka sampai di Treaty Oak, mereka menemukan beberapa rumput mati di sekitarnya. 

"Saya kira itu hanyalah pekerja taman yang kurang teliti," ujarnya. Sehinggga Giedraitis tidak terlalu memikirkannya. 

Beberapa bulan kemudian kondisi pohon itu terus memburuk, dan daunnya mulai bejatuhan yang menunjukan gejala pohon itu keracunan bahan kimia atau herbisida. 

"Jadi kami segera menggali sebagian tanah dan mengambil beberapa sampel jaringan, membawanya ke laboratorium," kata Giedraitis.

"Satu atau dua minggu kemudian, kami mendapatkan hasil bahwa Treaty Oak telah diracuni. "

Racun yang terdeteksi adalah herbisida kuat yang dikenal sebagai Velpar, diproduksi oleh perusahaan kimia DuPont, dan biasanya digunakan untuk membunuh kayu keras di perkebunan pinus.

"Kami tahu bahwa itu adalah keracunan yang disengaja, dan saat itulah perburuan pelaku dimulai," kata Giedraitis.

Kasus Keracunan Menjadi Highlight Berita Dunia

Ilustrasi Memeluk Pohon
Ilustrasi memeluk pohon. (dok. Unsplash.com/@kalvisuals)

Sejauh yang diketahui Giedraitis, belum ada orang yang mencoba untuk memecahkan kasus seperti itu. Dan berita Treaty Oak keracunan menjadi sorotan internasional.

"Itu menjadikan Treaty Oak sebagai pohon paling terkenal di dunia," ujar Giedraitis. 

"Itu menjadi halaman utama Times, Sports Illustrated, People Magazine, dan National Geographic."

Orang-orang dari seluruh dunia terlibat dalam kasus ini.

“Orang-orang mulai mendengarnya, dan salah satu yang mendengar berita ini adalah H. Ross Perot,” kenang Giedraitis.

Perot adalah seorang miliarder dan tokoh bisnis yang berbasis di Texas yang menawarkan bantuan untuk biaya penyelidikan.

"Dia datang kepada kami dan berkata, 'Apa pun yang diperlukan, berapa lama pun waktunya, kirimkan saja saya tagihannya," ujar Giedraitis.

Dengan cek kosong Perot di tangan, Giedraitis dan timnya selanjutnya memanggil setiap pakar dan ilmuwan di Rolodex mereka.

"Kami memanggil para ahli, hampir semua dari mereka yang mengetahui cara kerja senyawa kimia ini pada pohon mengatakan bahwa ini adalah pohon mati, yang tidak akan bertahan," kata Giedraitis.

Meski mengetahui fakta tersebut, tidak menghentikan mereka untuk melakukan segala cara untuk menyelamatkan Treaty Oak.

Mereka menyuntik pohon dengan garam untuk menghilangkan racun dari jaringan dan gula untuk memacu produksi daun, menciptakan penghalang besar untuk naungan dari matahari, dan menaburkan pohon dengan air yang segar. 

Ketika mereka mencoba untuk memindahkan 'langit dan Bumi', polisi mengejar untuk menemukan pelakunya.

Mantan Polisi Ikut Menyelidiki

Ilustrasi polisi.
Ilustrasi polisi. (iStockphoto)

Ketika ada laporan bahwa Treaty Oak hampir dirusak, Departemen Polisi Austin mengira itu hanyalah sebuah lelucon. 

"Saya pikir banyak orang yang memandangnya sebagai hal yang merendahkan martabat kantor (polisi)," kata John Jones, seorang pensiunan detektif di departemen kepolisian kota.

Saat itu Jones baru memiliki pekerjaan barunya, setelah menjadi polisi selama 13 tahun. Dia kemudian menjadi anggota detektif, dan kasus Treaty Oak mejadi kasus pertamanya. 

"'Kejahatan kriminal', itulah judulnya," kenang Jones. "Treaty Oak" dalam tanda kutip adalah korban, dan banyak orang berpikir itu lucu.

Jones sendiri pada awalnya tidak terlalu tergelitik. "Saya pikir saya bisa pergi, 'Oh, tidak ada tersangka, tidak ada apa-apa,' simpanlah," katanya.

Tapi kasusnya menjadi lebih besar dari yang bisa dia bayangkan. "Semua orang tertarik padanya," kata Jones.

Tetap saja, tidak ada banyak bukti untuk dia kerjakan, tidak ada saksi, tidak ada rekaman kamera pengintai, dan tidak ada jejak DNA. Kemudian Austin Forestry Service dan DuPont menawarkan hadiah bersama $ 11.000, dan orang-orang mulai membicarakan hal tersebut.

Kasus Internasional

Ilustrasi investigasi kasus.
Ilustrasi investigasi kasus. (iStockphoto)

 "Saya menjawab telepon dari Tokyo, Inggris, dan Kanada," ujar Jones. 

"Kita mendapatkan telepon dari mana-mana."

"Ada parade orang-orang, ratusan hingga ribuan orang yang datang ketika mendengarkan kasus itu dari berita," ujar Giedraitis. 

"Mereka meninggalkan sup ayam, Maalox, Tums, dan juga "uang" untuk membantu."

"Entah itu evangelis yang datang ke sana, atau biksu Buddha, penyihir kulit putih, New Agers dengan kristal - semua kelompok ini benar-benar pergi ke sana dan mencoba terhubung dengan ruh untuk mencoba membantunya, mencoba dan menyembuhkannya. "

Dengan dukungan yang banyak di belakangnya, Jones dan polisi mulai mendekat.

Munculnya Tersangka

Ilustrasi Tersangka
Ilustrasi (Liputan6.com)

Dengan Treaty Oak memenuhi berita masa, seorang perempuan bernama Cindy Blanco maju dan mengatakan memiliki sejumlah informasi.

Blanco berkenalan dengan seorang pria bernama Paul Stedman Cullen, yang dengannya dia pergi ke klinik metadon setempat. Selama mengendarai mobil, Blanco mengatakan bahwa Cullen berbicara tentang cintanya kepada penasihat kesehatan mentalnya, namun cinta itu bertolak sebelah tangan. 

Blanco mengatakan bahwa Cullen telah mencari buku-buku tentang sihir, mencari mantra anti-cinta untuk menyembuhkan patah hati. Meski detail ritual yang dipilihnya masih belum jelas, Blanco mengklaim bahwa Cullen percaya bahwa dengan membunuh makhluk hidup, dia juga akan membunuh cinta di dalam hatinya.

Seperti yang diingat Cullen, mengatakan, "Baiklah, biarkan aku memilih makhluk hidup terbesar di sekitar sini dan membunuhnya. Dan saat membusuk, begitu juga cintaku padanya."

Tetapi tanpa bukti atau pengakuan bersalah, Jones tidak bisa melakukan penangkapan. Jadi dia menarik dari pengalamannya sebagai polisi yang menyamar untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Dengan Blanco, dia memiliki informan yang sempurna.

"Kami menyambungkannya, mengirimnya keluar, dan dia mengumpulkan bukti untuk kami. Rasanya seperti memasukkan satu dolar ke dalam kotak musik."

"Berdasarkan apa yang [Cullen] katakan padanya di telepon, kami pergi dan mendapat surat perintah penangkapan," Jones menjelaskan.

"Lalu aku pergi dan mendapat surat perintah penggeledahan untuk menggeledah kediamannya, truknya."

Di rumah Cullen, polisi menemukan setumpuk buku, mencakup segala hal mulai dari agama hingga mekanika kuantum, senapan kaliber 0.22, dan sampel tanah untuk diuji kandungan Velpar.

Dengan semakin banyaknya bukti yang memberatkannya, persidangan itu tampak seperti kasus terbuka dan tertutup. Tetapi karena keyakinan sebelumnya, Cullen menghadapi kemungkinan menjalani hukuman penjara seumur hidup.

Sementara Cullen mempertahankan ketidakbersalahannya sepanjang kasus, dugaan pengakuan bersalahnya dalam rekaman dengan Blanco menjadi bukti yang merusak kepolosannya. Dia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara.

Cullen hanya menjalani tiga dari sembilan tahun itu. Ketika dia dibebaskan, dia menghabiskan sisa hidupnya di California, di mana dia meninggal pada tahun 2001.

Simbol Kehidupan

Menanam Pohon
Ilustrasi/copyright shutterstock

Treaty Oak masih berdiri di Baylor Street, di antara Fifth dan Sixth Streets, meskipun para ilmuwan hanya dapat menyelamatkan 35% dari pohon. 

Dan meskipun pohon ek itu masih menunjukkan tanda-tanda sesuatu yang telah mencoba untuk membunuhnya, kulit kayunya hilang, cabang yang dicabut, pohon itu tidak pernah berhenti tumbuh. Pada tahun 1997, ia menghasilkan biji pohon ek pertamanya sejak keracunan.

"Treaty Oak adalah kekuatan hidup yang sangat kuat," kata Giedraitis, yang sekarang menjadi direktur eksekutif untuk International Society of Arboriculture cabang Texas.

"Semua orang menuliskan tentang pohon ek tersebut, hampir 30 tahun kemudian, pohon itu menjadi lebih baik daripada ketika saya pertama kali melihatnya pada tahun 1985."

"Lebih dari segalanya, itu (Treaty Oak) telah menjadi simbol kelangsungan hidup", seperti yang dijelaskan Giedraitis. 

"Ia bertahan karena mengikuti aturan alam, dan itu baik. Ia hanya memberi dan memberi dan memberi, tidak pernah mengambil kembali apa pun."

Reporter: Yohana Belinda

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya