Pidato Lengkap Presiden Joko Widodo di Sidang Umum PBB ke-75

Ini pidato perdana Presiden Joko Widodo di Sidang Umum PBB.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 23 Sep 2020, 17:54 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2020, 07:27 WIB
Jokowi Serahkan Nota Keuangan dan RUU APBN 2020 kepada DPR
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidatonya dalam Sidang Paripurna di Gedung DPR, Jakarta, Jumat (16/8/2019). Nantinya DPR akan membahas RAPBN 2020 untuk selanjutnya disahkan menjadi UU. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Pidato perdana Presiden Republik Indonesia Joko Widodo di Sidang Umum PBB ke-75 yang digelar secara virtual:

Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,

Yang mulia Sekretaris Jenderal PBB,

Yang Mulia para pemimpin negara-negara anggota PBB,

Tahun ini genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II, tak terulang kembali.

75 tahun yang lalu PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera, karena perang tidak akan menguntungkan siapapun. Tidak ada artinya kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

Pimpinan sidang yang terhormat.

Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya apakah dunia yang kita impmikan tersebut sudah tercapai. Saya kira jawaban kita sama: belum.

Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia. Kemiskinan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.

Prinsip-prinsip piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah. Kita semua prihatin melihat situasi ini.

Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi COVID-19 ini. Di saat seharusnya kita semua bersatu padu, bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.

Padahal, kita seharusnya bersatu padu selalu menggunakan pendekatan win-win pada hubungan antar-negara yang saling menguntungkan.

Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi. Kita juga paham virus ini tak mengenal batas negara. No one is safe until everyone is.

Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna. Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera, semakin sulit diwujudkan.

Yang mulia, tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun dan sudah menjadi tekad kami Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia sesuai amanah konstitusi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Indonesia sebagai Bridge-Builder di Dunia

Gaya Jokowi Saat Resmikan Tiga Ruas Tol Trans Jawa
Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Ibu Negara Iriana, Menteri BUMN Rini Soemarno, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berpose saat meninjau Jembatan Kalikuto di Kendal, Jawa Tengah, Kamis (20/12). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridge-builder, sebagai bagian dari solusi. Secara konsisten, komitmen ini terus dijalankan Indonesia termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.

Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia. Spirit yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negara pun. No one, no country, should be left behind.

Persamaan derajat inilah yang ditekankan oleh Bapak Bangsa Indonesia Soekarno, Bung Karno. Saat konferensi Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung.

Hingga kini, prinsip Dasasila Bandung masih sangat relevan termasuk penyelesaian perselisihan secara damai, pemajuan kerja sama, maupun penghormatan hukum internasional.

Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya. Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestine untuk mendapatkan hak-haknya.

Di kawasan kami sendiri, bersama negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.

Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu. ASEAN kembali menegaskan komitmenya untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Spirit, kerja sama, dan perdamaian inilah yang didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas. Kawasan Indo-Pasifik melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pacific.

Pemikiran Jokowi

Jokowi Buka Raker Kementerian Perdagangan 2020
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat membuka rapat kerja Kementerian Perdagangan 2020 di Istana Negara, Jakarta, Rabu (4/3/2020). Jokowi mengingatkan jajaran Kemendag agar segera mencari jalan keluar dari krisis yang disebabkan oleh virus corona (covid-19). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Yang Mulia,

Melihat situasi dunia saat ini izinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran.

Yang pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi. PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers, termasuk pada saat terjadinya krisis.

PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global. Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif sejalan dengan tantangan zaman.

PBB bukan sebuah gedung di kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.

Indonesia memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme. Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan.

Kedua, collective global leadership harus diperkuat. Kita paham bahwa dalam hubungan antar-negara, dalam hubungan internasional setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Namun, jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk kontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership. Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Vaksin COVID-19 dan Kegiatan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Pandangan udara permukiman warga dan gedung pencakar langit di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Ketiga, kerja sama dalam penanganan COVID-19 harus kita perkuat, baik dari segi kesehatan, maupun dampak sosial-ekonominya.

Vaksin akan menjadi game-changer dalam perang melawan pandemi. Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan harga terjangkau.

Untuk jangka panjang, tata kelola kesehatan dunia harus lebih diperkuat. Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia.

Dari segi ekonomi, reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chains yang ada saat ini.

Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia. Dunia yang sehat, dunia yang produktif, harus jadi prioritas kita.

Semua itu dapat tercapai jika semua bekerja sama, bekerja sama, dan bekerja sama.

Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama.

Demikian, terima kasih.

Infografis COVID-19

Infografis RS Rujukan Covid-19 di Jakarta Hampir Penuh. (Liputan6.com/Triyasni)
Infografis RS Rujukan Covid-19 di Jakarta Hampir Penuh. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya