Joe Biden Unggul Tipis dari Trump, Hasil Pemilu AS 2020 di Georgia Akan Dihitung Ulang

Joe Biden menang tipis di Georgia. Pemerintah setempat akan recount.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 06 Nov 2020, 23:46 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2020, 23:46 WIB
Ilustrasi Pilpres AS 2020, Donald Trump-Mike Pence dan Joe Biden-Kamala Harris
Ilustrasi Pilpres AS 2020, Donald Trump-Mike Pence dan Joe Biden-Kamala Harris. (Liputan6.com/Tri Yasni)

Liputan6.com, Atlanta - Capres AS Joe Biden menyalip Donald Trump di Georgia. Bila Biden menang di Georgia, maka jalannya ke Gedung Putih akan mulus. 

Namun, Joe Biden hanya menang tipis. Berdasarkan peta AP, Jumat (6/11/2020), Joe Biden baru unggul kurang dari 2.000 suara. 

Kemenangan Joe Biden kini belum bisa dipastikan. Sebab Secretary of State di Georgia, Gabriel Sterling menyatakan akan ada recount (hitung ulang) di Georgia. 

"Sekarang Georgia terlalu mepet untuk mengumumkan (pemenang). Dari nyaris lima juta suara yang dikirim, kita akan punya margin beberapa ribu," ujar Sterling, Jumat (6/11/2020). 

"Dengan margin sekecil itu, akan ada recount," ujarnya. 

Selain Georgia, kubu Donald Trump juga meminta adanya recount di Wisconsin. Di daerah itu awalnya Trump menang, tetapi kemudian kalah oleh Joe Biden. 

Kubu Trump menuding ada kecurangan pada surat suara yang dikirim via pos. Mereka juga berkata pemilu belum usai.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Donald Trump Klaim Penipuan Surat Suara Pemilu AS Tanpa Bukti

Donald Trump tanggapi hasil Pilpres AS
Presiden Donald Trump berbicara tentang hasil pemilihan presiden AS 2020 di Gedung Putih, Kamis (5/11/2020). Hingga saat ini proses penghitungan suara pemilihan presiden Amerika masih berlangsung, namun perolehan suara Donald Trump maupun Joe Biden masih bersaing ketat. (AP Photo/Evan Vucci)

 Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan bersikukuh – dengan klaim tanpa bukti – bahwa dirinya, dicurangi dalam pemilihan masa jabatan keduanya.

"Jika surat suara sah dihitung, saya dengan mudah menang," kata Presiden Donald Trump pada Kamis 5 November 2020. "Jika suara illegal dihitung, mereka mencoba mencuri pemilu dari kami." 

Donald Trump menghabiskan 16 menit (sejumlah media menyebut 17 menit) di podium ruang konferensi pers Gedung Putih dengan menyatakan bahwa memimpin sementara perolehan suara di beberapa negara bagian kunci, tetapi "secara diam-diam dipangkas" ketika penghitungan suara terus berlanjut.

Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (6/11/2020), mantan wakil presiden Joe Biden, kandidat dari Partai Demokrat, mengungguli Trump dalam pemilihan populer dan penghitungan suara perwakilan yang lebih penting, yang menentukan pemenang pemilu.

Presiden AS itu tidak menerima pertanyaan dari para wartawan. Tiga jaringan televisi besar menghentikan siaran langsung itu ketika Trump berulang kali mengklaim penipuan yang tidak berdasar, menuduh Demokrat mencoba untuk mencuri pemilihan, dan pernyataan yang salah tentang Partai Republik tidak diizinkan untuk mengamati penghitungan suara tersebut.

“Kami tidak akan biarkan korupsi dapat mencuri pemilu yang sangat penting,” tegas Trump sekaligus menyampaikan bahwa dirinya siap untuk membawa kasus itu ke Mahkamah Agung.

Presiden Donald Trump juga menyalahkan "sejumlah jajak pendapat palsu" sebelum pemilu 3 November, yang menurutnya dirancang untuk membuat para pendukungnya tinggal di rumah, tidak mencoblos ke tempat-tempat pemungutan suara.

Penjelasan Klaim

Orang-orang berkumpul di Fifth Avenue selama unjuk rasa "Hitung Setiap Suara" di New York pada 4 November 2020, saat Joe Biden mendekati suara elektoral yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Orang-orang berkumpul di Fifth Avenue selama unjuk rasa "Hitung Setiap Suara" di New York pada 4 November 2020, saat Joe Biden mendekati suara elektoral yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan. (Foto: AFP / Timothy A Clary)

Klaim Donald Trump soal dicurangi telah dicek oleh jaringan cek fakta Amerika Serikat, Associated Press (AP).

Dalam pengecekan tersebut, mengutip "cerita horor", disebutkan Presiden Donald Trump mengeluarkan semburan tuduhan palsu pada hari Kamis dalam upaya berani untuk merusak legitimasi pemilu AS.

Berdiri di belakang cap kepresidenan, Trump menggunakan pengaturan Gedung Putih yang melambangkan kekuatan kantornya untuk menyerang pemilihan yang dia gambarkan penuh dengan penipuan dan korupsi. Tuduhan satu demi satu tak berdasar pada kenyataannya, seperti tuduhannya bahwa petugas pemilu di Pennsylvania dan Detroit berusaha melarang pemantau pemilu dari TPS.

Ucapannya muncul saat saingannya dari Demokrat Joe Biden unggul dalam suara elektoral yang diperlukan untuk mengklaim kursi kepresidenan.

Disebutkan bahwa saat itu Trump mengatakan:  “Kami mendengar cerita yang merupakan cerita horor. ... Kami pikir akan ada banyak proses pengadilan karena kami memiliki begitu banyak bukti dan begitu banyak bukti. ”

Faktanya, seperti dikutip dari AP, Trump tidak menghasilkan bukti adanya masalah sistemik dalam pemungutan suara atau penghitungan. Proses penghitungan suara di seluruh negeri telah berjalan lancar sebagian besar, bahkan meski AS sedang dalam pergolakan pandemi Virus Corona COVID-19.

Salah satu keluhan utamanya, bahwa penghitungan yang dicurangi pada Hari Pemilihan yang lalu, tidak ada gunanya. Tidak ada pemilihan presiden yang semua suara dihitung pada hari yang sama, dan tidak ada undang-undang atau bahkan harapan bahwa hal itu harus terjadi.

Peta Hasil Pemilu AS 2020:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya