Liputan6.com, Jakarta - Capres Joe Biden dari Partai Demokrat meraih kemenangan mengejutkan di Wisconsin dan Michigan, padahal sebelumnya Donald Trump yang unggul. Kemenangan Biden di dua bagian untuk membantu memuluskan jalannya ke Gedung Putih.Â
Wisconsin dan Michigan merupakan daerah yang punya julukan politik Blue Wall. Donald Trump menjadi pemenang di dua daerah itu pada 2016.Â
Advertisement
Baca Juga
Pengamat hubungan internasional dari CSIS, Andrew Wiguna Mantong, menyebut pengiriman surat suara via pos menjadi penyebab kemenangan Joe Biden. Â
"Betul yang dikatakan banyak survei sebelumnya karena mereka yang memilih dini itu kebanyakan preferensinya Partai Demokrat," ujar Andrew kepada Liputan6.com, Kamis (5/11/2020).
Partai Demokrat mengajak warga untuk memilih lebih dini lewat pos akibat pandemi COVID-19. Donald Trump menyebut pemilihan lewat pos berpotensi curang.Â
Namun, Andrew berkata tidak melihat adanya keanehan terkait pemilihan via pos. Pemilihan cara ini juga sudah lama dilakukan bagi warga AS yang berada di luar negeri, misalnya anggota militer.Â
"Menurut Donald Trump itu potensi kecuranganya tinggi. Itu penjelasannya karena persepsi dia saja," jelas Andrew.
NPR melaporkan suara Joe Biden melonjak di Wisconsin karena suara pos yang datang dari Milwaukee, Green Bay, dan Kenosha.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Kubu Trump Gelisah dan Minta Recount
Tim Donald Trump sudah menyatakan akan meminta recount di Wisconsin. NPR menyebut biaya recount itu perlu dibayar sendiri oleh pihak yang meminta recount, sebab selisih suara di Wisconsin hanya 0,25 persen.Â
Selisih suara Trump dan Biden di Wisconsin berjumlah 0,7 persen.Â
Andrew dari CSIS menganggap wajar bila ada kegelisahan di kubu Donald Trump untuk saat ini. Andrew enggan menyebut prediksi terkait pemenang pemilu AS, tetapi ia berkata secara matematis Joe Biden lebih mudah menang.Â
"Kalau panik, itu erratic memang karakternya dia (Donald Trump), jadi hasil yang semakin kelihatan sekarang pasti menimbulkan kegelisahan di kubu Republik," ujarnya.
Advertisement
MA Diprediksi Netral
Sebelum pemilu, Donald Trump sempat mengangkat Amy Coney Barrett sebagai hakim hakim Mahkamah Agung di AS. Ini menjadikan kubu konservatif sebagai mayoritas di MA.Â
Apabila ada sengketa pemilu, maka kedua capres harus mengadu ke MA. Meski demikian, pakar HI menyebut belum tentu MA akan condong ke Donald Trump.Â
"Kalau sudah bicara hukum, mereka non-partisan, karena mereka pilar demokrasi juga," jelas Andrew.Â
Selain itu, jalan menuju MA masih panjang karena butuh banyak penelusuran lebih dahulu di tingkat lokal.Â
"Cuman apakah upaya ke Supreme Court akan berhasil atau tidak, saya pikir itu akan melibatkan perdebatan, prosedur, dan penyelidikan di tingkat lokal," ucapnya.
Peta Hasil Pemilu AS 2020:
Advertisement