Liputan6.com, Washington, D.C. - Pemerintahan Donald Trump siap menyuntik 20 juta warga Amerika Serikat dengan vaksin COVID-19 pada Desember 2020. Setelahnya, AS akan punya kapasitas untuk menyuntik antara 25 juta sampai 30 juta orang per bulan.
Program itu dilaksanakan melalui Operation Warp Speed. Vaksinnya akan mendapat izin penggunaan darurat untuk kelompok yang rentan.
Advertisement
Baca Juga
"Kami berencana untuk memiliki cukup dosis vaksin yang tersedia untuk mengimunisasi sekitar 20 juta individu di bulan December," ujar Dr. Moncef Slaoui, kepala ilmuwan di Operation Warp Speed dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip Minggu (15/11/2020).
Dr. Slaoui berkata target berikutnya adalah menyuntik hingga 30 juta orang per bulan. Namun, ia berkata akan ada lebih banyak orang yang bisa divaksin jika ada vaksin COVID-19 tambahan di Februari 2021.
Dr. Slaoui berkata Operation Warp Speed juga akan fokus pada pengobatan. Salah satunya adalah terapeutik dari Eli Lily yang pernah dipakai Donald Trump saat ia positif COVID-19.
Baru-baru ini, vaksin COVID-19 milik Pfizer menunjukan potensi untuk memberikan antibodi melawan COVID-19.
"Potensinya adalah dua vaksin dan dua terapeutik akan mendapat izin darurat sebelum akhir tahun ini, menurut saya itu adalah pencapaian luar biasa," ujar Dr. Slaoui.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Lebih Banyak dari Penyuntikan di Rusia
Rusia juga dikabarkan akan menyuntik jutaan rakyatnya dengan vaksin COVID-19. Namun, jumlahnya masih di bawah AS.
Vaksin Sputnik V buatan Rusia dilaporkan 92 persen efektif. Lebih dari 1,5 juta orang diprediksi akan divaksin hingga akhir 2020.
Menurut laporan Russian News Agency, Rabu 12 November 2020, vaksin Sputnik V efektif berdasarkan 20 kasus COVID-19 yang ditemukan dari 40 ribu relawan.
Pengumuman RDIF muncul usai vaksin Pfizer mengumumkan, vaksin COVID-19 mereka efektif hingga 90 persen. Namun, jumlah kasus COVID-19 yang diteliti oleh Pfizer lebih banyak ketimbang Sputnik V.
Vaksin Sputnik V saat ini berada dalam uji klinis Fase 3, sama seperti vaksin Pfizer, Sinovac, dan Oxford-AstraZeneca. Para relawan terlibat dalam uji acak buta ganda (double blind randomized) yang terkontrol vaksin plasebo.
Advertisement
Anak Vladimir Putin Sudah Coba
Per 11 November, ada 29 pusat medis di Rusia yang melakukan uji vaksin Sputnik V. Ada lebih dari 20 relawan yang mendapat dosin pertama vaksin, dan ada 16 ribu orang yang mendapat dosis pertama dan kedua.
Media Rusia menyebut tidak ada efek samping buruk yang dideteksi sejauh ini. Efek samping yang terjadi berjangka pendek seperti rasa sakit, gejala flu, lemas, dan pusing.
Anak perempuan Presiden Vladimir Putin juga sudah mencoba vaksinnya. Observasi bagi relawan vaksin Sputnik V akan dilakukan selama enam bulan sebelum laporan final disiapkan.
Hingga kini, lebih dari 1,2 miliar dosis Sputnik V dipesan oleh lebih dari 50 negara. Vaksinnya akan diproduksi oleh mitra RDIF di India, Brasil, Cina, Korea Selatan, dan beberapa negara lain.
Kedutaan Besar Rusia di Indonesia berkata tertarik bekerja dengan BUMN farmasi di Indonesia terkait vaksin ini.
1,5 Juta Orang Akan Divaksin
Direktur Gamaleya, Alexander Ginstburg, berkata tahun ini akan ada 1,5 juta orang yang divaksin. Penyuntikan untuk dunia profesional sudah dilakukan untuk petugas kesehatan.
"Setidaknya 1,5 juta orang akan divaksinasi tahun ini, seta beberapa puluh ribu orang telah divaksin atas prinsip profesional," ujarnya.
Gintsburg berkata sekitar 200 ribu vaksin aka diproduksi pada November, dan 1,5 juta di Desember.
Pada April 2021, Rusia menarget memproduksi enam juta dosis vaksin tiap bulan.
Advertisement