Liputan6.com, Boston - Tahukah Anda, Kartu Natal pertama yang dicetak secara komersial di dunia pada mulanya dipasarkan pada tahun 1843. Penjualannya melalui dealer buku di Boston, Amerika dan dibanderol dengan harga fantastis yakni $ 25.000 (Rp 353 Juta).
Kartu tersebut dibuat oleh Henry Cole, John Calcott Horsley dan Joseph Cundall, di tahun yang sama saat novel karya Charles Dickens bertajuk ‘A Christmas Carol’ pertama kali diterbitkan, yang menampilkan sebuah keluarga besar dan seorang gadis muda berkumpul di sekitar meja dan meminum minuman beralkohol jenis anggur.
Baca Juga
Kartu tersebut menjadi kontroversial pada saat itu. Alasannya, karena pihak berwenang Inggris mengecam penggambaran konsumsi akohol dari para gadis muda itu.
Advertisement
Justin Schiller, selaku presiden Battledore Ltd, yaitu dealer barang antik New York, yang saat ini sudah memiliki kartu tersebut, mengatakan bahwa kartu itu sangat kontroversial saat dirilis tiga tahun sebelum kartu Natal lain dicetak secara komersial.
Dilansir dari UPI, Senin (7/12/2020), sekitar 1.000 eksemplar kartu diproduksi pada awalnya. Sekitar 30 lembar diyakini masih ada. Salah satu yang dijual melalui penjual buku Marvin Getman di Boston, merupakan yang paling terkenal yang masih beredar.
Kartu berharga fantastis ini dijual pada Jumat 4 Desember 2020, dengan penawaran harga senilai $ 25.000 (Rp 353 juta).
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kartu Natal untuk Pelajar Kesepian di Pulau Terpencil
Kartu Natal lain yang pernah jadi sorotan konon yang sangat berharga untuk anak ini.
Sekelompok netizen berupaya menggembirakan hati seorang anak lelaki pada Natal tahun 2015 lalu. Mereka mengupayakan pengiriman kartu ucapan selamat kepada satu-satunya remaja di suatu pulau kecil.
Aron Anderson (10) dikenal sebagai ‘pelajar paling kesepian di Inggris’ yang tinggal di pulau Out Skerries di Skotlandia. Bulan lalu ia menjadi pemberitaan karena diketahui menjadi satu-satunya pelajar di Skerries Community School.
Dilansir dari Huffington Post mengutip Daily Mail, Sabtu 5 Desember 2015, pelajar itu tadinya memiliki beberapa orang di sekolahnya. Tapi mereka sudah naik kelas dan pindah ke sekolah menengah. Hanya Aron yang tersisa di sekolahnya.
Â
Reporter : Romanauli Debora
Advertisement