Liputan6.com, Beijing - Saat Eropa sedang berkecamuk dalam perang, konflik juga terjadi di Asia Timur antara Jepang dan China.
Pada 11 Desember 1915, presiden pertama Republik China Yuan Shikai, yang berkuasa setelah revolusi tahun 1911 dan diikuti jatuhnya Dinasti Manchu pada 1912, menerima gelar sebagai kaisar China.
Dikutip dari History.com, Kamis (10/12/2020), Jepang telah menyatakan perang terhadap Jerman pada Agustus 1914 dan merebut pangkalan angkatan laut paling penting milik Jerman di Tsingtao, semenanjung Shantung China. Perebutan itu dilakukan dengan serangan amfibi.
Advertisement
Pada Januari 1915, seorang menteri luar negeri Jepang yang bernama Kato Takaaki, menyampaikan 21 tuntutan kepada China. Tuntutan itu mencakup perluasan kendali langsung Jepang atas lebih banyak area di Shantung, Manchuria selatan,Mongolia bagian timur dan pulau-pulau di Pasifik Selatan yang dikendalikan Jerman.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
21 Tuntutan Jepang
Jika diterima secara keseluruhan, 21 Tuntutan pada dasarnya akan mereduksi China menjadi protektorat Jepang. Yuan hampir menerima semua tuntutan, kecuali tuntuan yang paling radikal.
Ia berusaha untuk menggunakan kemarahan China pada Jepang untuk membenarkan upayanya dalam memulihkan monarki dan menempatkan dirinya sebagai kaisar.
Setelah membubarkan parlemen China dan mengusir partai KMT dari pemerintahan, ia kemudian menjalankan kekuasaanya melalui gubernur militer provinsi di seluruh negeri.
Kembalinya China menjadi monarki ditentang oleh oposisi yang begitu kuat di dalam dan di luar China, termasuk dari beberapa gubernur militer yang sama, sehingga Yuan dengan cepat dipaksa untuk mengembalikan negara itu ke bentuk pemerintahan republik.
Dia meninggal pada 1916.
Â
Reporter: Ruben Irwandi
Advertisement