Indonesia Hormati Piagam ASEAN Terkait Kudeta di Myanmar

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia menghormati dasar prinsip non-campur tangan (non-interference) di Piagam ASEAN.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Mar 2021, 18:22 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2021, 17:41 WIB
FOTO: Aksi Protes Kudeta Militer Myanmar Terus Berlanjut
Pengunjuk rasa antikudeta berkumpul di persimpangan dekat Pagoda Sule di pusat kota Yangon, Myanmar, Senin (22/2/2021). Seorang mahasiswa bernama Kyaw Kyaw (23), mengaku khawatir dengan langkah pemerintah terhadap demo, tetapi dia juga marah atas apa yang terjadi. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi menyatakan bahwa Indonesia menghormati Piagam ASEAN terkait kudeta di Myanmar. Salah satunya yaitu menghormati dasar prinsip non-campur tangan (non-interference) di Piagam ASEAN. 

"Tugas negara anggota ASEAN adalah menjalankan prinsip dan nilai-nilai yang tertera di dalam piagam ASEAN," ujar Menlu Retno Marsudi usai pertemuan dengan para menlu ASEAN, Selasa (2/3/2021). 

"Menghormati prinsip non-interference adalah wajib. Saya yakin tidak ada satu pun anggota ASEAN yang memiliki intensi untuk melanggar prinsip non-interference," lanjutnya. 

Meski demikian, Menlu Retno memberikan imbauan bahwa Piagam ASEAN juga punya prinsip menghormati demokrasi, HAM, serta good governance, dan semua anggota harus mengikuti prinsip-prinsip tersebut. 

Menlu Retno berkata jika anggota ASEAN gagal mengikuti prinsip-prinsip tersebut, maka cita-cita ASEAN terdampak. 

"Jika ASEAN gagal, Indonesia khawatir ASEAN tidak akan mampu memberikan pelayanan maksimum pada rakyatnya. Yang berarti cita-cita membangun komunitas ASEAN juga akan terganggu," ucap Menlu Retno. 

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Minta Bebaskan Tahanan Politik

Lautan Manusia di Yangon Protes Kudeta Myanmar
Seorang pengunjuk rasa memegang poster dengan gambar pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi (kanan) yang ditahan dan presiden Win Myint saat demonstrasi menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar pada Sabtu (6/2/2021). Ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk melawan kudeta. (YE AUNG THU / AFP)

Menlu Retno menyebut kondisi di Myanmar sudah mengkhawatirkan karena bertambahnya masyarakat yang meninggal dan terluka. Ia meminta agar pasukan keamanan supaya bisa menahan diri.

Hingga kini, gelombang demonstrasi masih terjadi di Myanmar. Militer Myanmar juga tidak kunjung membebaskan Aung San Suu Kyi. 

"Bagi Indonesia, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Myanmar adalah prioritas nomor satu. Oleh karena itu, Indonesia mendesak security forces Myanmar untuk menahan diri," ucap Menlu Retno.

Menlu Retno lantas berpesan kepada militer Myanmar agar tahanan politik dilepaskan. Hal itu demi mendukung terjadinya dialog yang demokratis. 

Namun, Menlu Retno tak menyebut nama Suu Kyi.

"Demokrasi menjamin kebebasan berpendapat, demokrasi juga menuntut adanya komunikasi dan dialog. Dalam sejarahnya, saya sampaikan ASEAN selalu mengutamakan dialog dalam menyelesaikan masalah," ujar Menlu Retno. 

"Indonesia mendesak agar semua pihak terkait untuk memulai dialog dan komunikasi. Dan kondisi yang kondusif bagi komunikasi dan dialog harus segera diciptakan termasuk melepaskan tahanan politik," ujar Menlu Retno.

ASEAN Siap Fasilitasi Dialog

Bahas Diplomasi Vaksin COVID-19, Menlu Retno RDP dengan Komisi I DPR
Menlu Retno Marsudi saat rapat bersama Komisi I DPR RI, Jakarta, Selasa (26/1/2021). Rapat membahas Kebijakan pelindungan WNI di luar negeri dalam menghadapi gelombang kedua COVID-19 dan kebijakan politik luar negeri Indonesia terhadap perkembangan di dunia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Menlu Retno menegaskan bahwa ASEAN siap untuk memfasilitasi dialog antara pihak-pihak terkait di Myanmar. Namun, Menlu Retno tidak menyebut kubu mana saja yang ia maksud. 

"ASEAN siap memfasilitasi dialog tersebut jika diminta," ujar Menlu Retno. 

"Perdamaian, stabilitas, dan kesejhateraan kawasan harus terus dijaga. Rakyat ASEAN telah merasakan perdamaian stabilitas, dan kesejahteraan selama puluhan tahun. Indonesia menekankan bahwa semua negara anggota ASEAN memiliki kewajiban untuk menjaga situasi ini," ujarnya.

Demi terjadinya dialog, Menlu Retno menyampaikan ekspektasi agar Myanmar mau membuka diri. Dialog tidak akan terjadi jika tak ada respons dari pihak Myanmar.

"It takes two to tango. Keinginan dan niat baik ASEAN untuk membantu tidak dapat dijalankan jika Myanmar tidak buka pintu bagi ASEAN," tegas Menlu Retno.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya