Liputan6.com, Jakarta- Korban tewas akibat ledakan di barak militer di Guinea Khatulistiwa telah bertambah menjadi 98 orang.
"Saat ini kami menyayangkan 98 orang tewas dan 615 luka-luka," tulis Wakil Presiden Guinea Khatulistiwa di akun Twitter-nya, sepertti dilansir AFP, Selasa (9/3/2021).
Ledakan tersebut diketahui melibatkan sejumlah bahan peledak di barak militer, dan menghancurkan sejumlah bangunan yang berada di sekitarnya.
Advertisement
Jumlah korban tewas yang dilaporkan sebelumnya adalah sebanyak 30 orang, dengan 600 lainnya yang mengalami luka-luka.
Foto-foto yang dipublikasikan oleh stasiun televisi lokal menunjukkan petugas penyelamat dan warga sipil yang berjuang untuk mengeluarkan jenazah dari reruntuhan bangunan.
"Tiga anak kecil dibawa hidup-hidup dan dibawa ke rumah sakit," katanya.
Diketahui bahwa empat ledakan besar terjadi pada Minggu sore (8/3) dan menghantam barak militer di Nkuantoma, yang menampung pasukan khusus dan polisi serta keluarga mereka, serta rumah-rumah di dekatnya.
Presiden Teodoro Obiang Nguema, yang telah memerintah Guinea Khatulistiwa selama 42 tahun, menyebut ledakan itu terjadi akibat 'kelalaian penanganan alat peledak' di barak militer.
"Paman saya, yang merupakan petugas di kamp, baru saja menelepon untuk mengatakan bahwa pagi ini dia menemukan jenazah lima anggota keluarganya, yang terbakar total," ungkap seorang warga Bata, yang enggan disebutkan namanya, kepada AFP.
**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kesaksian Warga di Sekitar Lokasi Ledakan
Seorang warga lainnya, yang bernama Teodoro Nguema, mengatakan kepada AFP melalui telepon, "Kami belum tidur sepanjang malam - rumah-rumah terbakar sepanjang malam dan kami terus mendengar ledakan kecil".
"Siapa pun yang tinggal dalam radius dua hingga empat kilometer dari ledakan tersebut tidak dapat kembali ke rumah," ceritanya.
Bata adalah rumah bagi 800.000 dari 1,4 juta penduduk Guinea Khatulistiwa, yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan meskipun negara itu kaya minyak dan gas.
Dalam keterangannya, Presiden Teodoro Obiang Nguema menyampaikan, "Kota Bata menjadi korban kelalaian tim yang bertugas menjaga simpanan dinamit, bahan peledak, dan amunisi".
"Ledakan (Ini) terjadi karena bara api yang disebabkan oleh pembakaran di ladang oleh petani, yang akhirnya menyebabkan serangkaian ledakan".
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Guinea Khatulistiwa menjelaskan bahwa ledakan yang disebabkan oleh amunisi tinggi membuat "dampak mengejutkan yang benar-benar menghancurkan banyak rumah di dekatnya".
Advertisement