Kim Jong-un Imbau Warga Korea Utara Bersiap Hadapi Krisis

Kondisi krisis yang disampaikan Kim Jong-un ini diperparah dengan penutupan Korea Utara akibat Corona COVID-19.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 09 Apr 2021, 13:14 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2021, 13:02 WIB
Kim Jong-un Tinjau Proyek Apartemen di Tepi Sungai Pothong
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memberikan arahan kepada stafnya saat mengunjungi lokasi konstruksi pembangunan gedung apartemen di tepi Sungai Pothong, Korea Utara, Kamis (1//4/2021)..( STR/KCNA VIA KNS/AFP)

Liputan6.com, Pyongyang - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mendesak warganya untuk bersiap menghadapi krisis "sulit", menyusul peringatan kelompok hak asasi manusia bahwa negara itu menghadapi kekurangan pangan yang parah dan ketidakstabilan ekonomi.

Berbicara di sebuah konferensi, Kim Jong-un tampaknya membandingkan situasinya dengan kelaparan mematikan yang terkenal di tahun 1990-an.

Korea Utara telah menutup perbatasannya karena pandemi virus Corona COVID-19, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (9/4/2021).

Ini telah membuat perdagangan dengan China, jalur kehidupan ekonominya, terhenti.

Korea Utara pun turut tertekan atas sanksi ekonomi internasional yang ada atas program nuklir Pyongyang.

Awal pekan ini, Kim Jong-un telah memperingatkan bahwa negaranya menghadapi "situasi terburuk yang pernah ada" dan "banyak tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya".

 

Saksikan Video Berikut Ini:

Seberapa buruk situasinya?

FOTO: Mengunjungi Pabrik Bahan Makanan di Korea Utara
Seorang pria melihat paket makanan ringan merek Taeha yang diproduksi oleh Pabrik Bahan Makanan Unha Taesong di sebuah toko di Pyongyang, Korea Utara, 6 April 2021. (KIM Won Jin/AFP)

Telah ada peringatan selama berbulan-bulan bahwa rakyat Korea Utara sedang berjuang.

Laporan kesulitan tampaknya datang terutama dari kota-kota dekat perbatasan China, di mana penyelundupan akan menjadi sumber pendapatan besar bagi banyak orang di Korut.

Harga jagung, makanan pokok bagi sebagian besar pedesaan Korea Utara, dilaporkan sangat berfluktuasi dan kadang-kadang satu kilogram jagung menghabiskan lebih dari gaji sebulan.

Lina Yoon, seorang peneliti dari Human Rights Watch, mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini mengutip kontak yang tidak disebutkan namanya di negara itu bahwa "hampir tidak ada makanan yang masuk ke Korea Utara dari China selama hampir dua bulan".

"Ada lebih banyak lagi pengemis, beberapa orang meninggal karena kelaparan di daerah perbatasan, dan tidak ada sabun, pasta gigi, atau baterai."

Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Manusia Korea Utara, Tomás Ojea Quintana, memperingatkan bulan lalu dalam sebuah laporan tentang "krisis pangan yang serius" yang telah menyebabkan kekurangan gizi dan kelaparan.

"Kematian karena kelaparan telah dilaporkan, begitu juga dengan peningkatan jumlah anak-anak dan orang tua yang terpaksa mengemis karena keluarga tidak mampu mendukung mereka."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya