Angela Merkel: Eropa Bergerak dengan Hati-Hati Hadapi COVID-19

Pejabat Kesehatan Uni Eropa, Rabu (23/6) meramalkan bahwa pada akhir Agustus, 90 persen kasus di blok itu adalah varian Delta.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 25 Jun 2021, 09:16 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2021, 09:01 WIB
Dihadiri Kanselir Jerman, Mercedz-Benz Siap Luncurkan Mobil Listrik
Kanselir Jerman Angela Merkel berpidato dalam acara peluncuran pabrik baterai Accumotive di Kamenz, Jerman (22/5). (AP Photo/Jens Meyer)

Liputan6.com, Berlin - Kanselir Jerman Angela Merkel, Kamis (24/6), mengatakan bahwa Eropa "bergerak dengan sangat hati-hati" dalam pergulatan melawan virus corona, sementara varian Delta yang sangat menular mengancam akan menghambat kemajuan yang dicapai dalam mengurangi penularan.

Dalam apa yang mungkin merupakan pidato terakhirnya di Parlemen Jerman, Angela Merkel mengatakan respons lebih lanjut terhadap pandemi akan menjadi topik utama diskusi para pemimpin Uni Eropa pada pertemuan di Brussels hari ini.

Ia mencatat bahwa jumlah kasus COVID-19 dalam blok 27 negara itu terus menurun, sementara tingkat vaksinasi menanjak, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (24/6/2021).

Menurut Merkel, "Meskipun ada alasan untuk berharap pandemi belum berakhir, khususnya di negara-negara miskin di dunia. Di Jerman dan Eropa kita juga masih bergerak dengan hati-hati."

Pejabat Kesehatan Uni Eropa, Rabu (23/6) meramalkan bahwa pada akhir Agustus, 90 persen kasus di blok itu adalah varian Delta, sehingga perlu sebanyak mungkin orang untuk sepenuhnya divaksinasi.

 

Kasus dari Varian Delta

Angela Merkel, Kanselir Jerman Calon Peraih Nobel Perdamaian
Kanselir Jerman Angela Merkel menjadi calon kuat peraih Nobel Perdamaian tahun ini. Intip Instagramnya yuk, guys.

Badan Pengendalian Penyakit Jerman mengatakan sekitar 15 persen kasus baru adalah varian Delta.

Jerman mendesak negara-negara Uni Eropa agar menyetujui kebijakan umum karantina bagi turis dari daerah-daerah di mana varian yang mencemaskan itu sangat lazim.

Ini termasuk Inggris di mana mayoritas kasus di sana adalah varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya