Liputan6.com, Johannesburg - Kekerasan dan penjarahan telah terjadi di Afrika Selatan selama enam hari berturut-turut, memicu kekhawatiran kekurangan makanan dan bahan bakar karena gangguan pada pertanian, manufaktur dan penyulingan minyak di tengah kerusuhan terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Kamis (15/7/2021) pasukan keamanan Afrika Selatan telah menangkap 1.754 orang yang terkait dengan penjarahan, pembakaran dan kekerasan selama berhari-hari, kata seorang menteri senior di kantor kepresidenan negara itu.
Baca Juga
Pemerintah juga berkontribusi dengan dewan konsumen untuk memastikan tidak ada kekurangan pangan yang timbul dari penjarahan yang merajalela di pusat perbelanjaan, mal dan gudang, kata Menteri Kabinet Afrika Selatan, Khumbudzo Ntshavheni.
Advertisement
Sementara itu, ada lebih dari 1.200 orang yang ditangkap karena pelanggaran hukum di dua provinsi di Afrika Selatan, di mana sebuah stasiun radio komunitas juga digeledah dan dipaksa berhenti beroperasi.Â
Akibat kerusuhan itu, beberapa pusat vaksinasi COVID-19 di Afrika Selatan juga ditutup, di tengah lonjakan kasus infeksi Virus Corona yang sangat berisiko bagi warga.
2 Provinsi Afrika Selatan Laporkan Banyak Kematian Akibat Kerusuhan
Banyak kematian terjadi di provinsi Gauteng dan KwaZulu-Natal di Afrika Selatan yang terkait dengan kerusuhan saat ribuan orang mencuri makanan, peralatan listrik, minuman keras dan pakaian dari toko, menurut polisi setempat.
Pengerahan 2.500 tentara untuk mendukung polisi Afrika Selatan yang kewalahan sejauh ini juga tidak berhasil menghentikan penjarahan yang merajalela di negara itu.
Diketahui bahwa kerusuhan pertama kali meletus di negara itu pada 9 Juli 2021, setelah mantan presiden Jacob Zuma mulai menjalani hukuman 15 bulan.
Zuma dijatuhi hukuman penjara setelah dinyatakan bersalah atas penghinaan karena menentang perintahnya untuk hadir dalam penyelidikan korupsi saat dia menjadi presiden.
Advertisement