Liputan6.com, Jakarta - Korban tewas akibat gempa magnitudo 7,2 di Haiti telah melewati 2.000 jiwa pada Rabu 18 Agustus waktu setempat. Petugas bantuan di Haiti juga memperingatkan tantangan dalam upaya penyelamatan selama lima hari, ditambah ribuan warga yang kehilangan tempat tinggal.
Dikutip dari AFP, Kamis (19/8/2021), badan perlindungan sipil Haiti mengatakan, jumlah korban tewas dalam gempa dahsyat pada Sabtu 14 Agustus itu telah naik hampir 250 orang - menjadi 2.189 jiwa.
Baca Juga
"Ada sekitar 600.000 orang yang terkena dampak langsung dan membutuhkan bantuan kemanusiaan segera," kata Jerry Chandler, berbicara dari pusat operasi darurat di Ibu Kota Port-au-Prince.
Advertisement
"Kami harus menemukan cara untuk memastikan keamanan, yang tetap menjadi tantangan yang signifikan," ungkap Chandler.
Gempa itu juga melukai sedikitnya 12.268 orang dan menghancurkan puluhan ribu bangunan di Haiti, yang masih belum pulih dari gempa dahsyat pada 2010 silam.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Warga Haiti Kesulitan Dapat Tempat Berlindung
Pada Selasa (17/8), banyak warga Haiti yang tidak memiliki tempat berlindung akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,2.
Mereka pun terpaksa menghadapi angin kencang dan hujan deras saat Badai Tropis Grace melanda negara itu.
Bahkan sebelum gempa bumi dahsyat, Haiti, juga menghadapi krisis COVID-19 yang meningkat dan masalah politik yang memuncak bulan lalu dengan kasus pembunuhan Presiden Jovenel Moise.
Sementara kekerasan kelompok melanda lingkungan Martissant yang dilanda kemiskinan di dekat wilayah ibu kota, selama minggu-minggu awal Juni 2021, ancaman itu tampaknya telah berkurang untuk saat ini dengan gencatan senjata informal - meredakan kekhawatiran bahwa kekerasan senjata dapat berdampak pada arus keluar Port-au-Prince.
Advertisement