Liputan6.com, Jakarta - Darko "Dougie" Desic, seorang pria Australia yang telah menjadi buronan selama hampir 30 tahun karena melarikan diri dari penjara, baru-baru ini menyerahkan diri ke polisi. Ia menyerah karena tak kuat menjadi tunawisma akibat pandemi COVID-19 dan telah berjuang untuk mencari pekerjaan.
Dikutip dari Oddity Central, Rabu (22/9/2021), Darko Desic sedianya menjalani hukuman tiga setengah tahun karena menanam ganja. Pada malam 1 Agustus 1992, tepat 13 bulan berada di dalam penjara, ia melarikan diri dari Pusat Pemasyarakatan Grafton di New South Wales, dengan menggunakan peralatan, termasuk pisau dan gergaji besi.
Meskipun telah melakukan pencarian secara luas, pihak berwenang tidak pernah menemukan Desic, dan ia tetap menjadi buronan selama 29 tahun. Setelah sekian lama, ia akhirnya muncul di kantor polisi untuk menyerahkan diri.
Advertisement
Akibat dampak dari pandemi COVID-19, ia mengaku kehilangan tempat tinggalnya dan tidak memiliki cara untuk bertahan hidup.
Baca Juga
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Menjadi Buronan Selama 29 Tahun
Buronan kelahiran Yugoslavia itu telah melarikan diri ke pantai utara Sydney di mana ia bekerja sebagai tukang bangunan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena keadaannya itu, ia selalu menyendiri, tidak pernah membicarakan masa lalunya dengan siapa pun, dan berjalan kaki ke mana pun, karena ia tidak bisa mendapatkan SIM. Ia juga tidak pernah mengunjungi dokter atau dokter gigi dalam 29 tahun terakhir, agar tidak dikenali.
Sebenarnya, status buronan Desic berakhir 20 tahun setelah pelariannya, bahkan petugas imigrasi menyerah untuk menemukannya, dan akhirnya memberinya izin tinggal pada 2008. Salah satu alasan terbesarnya untuk melarikan diri dari penjara adalah ketakutan akan dideportasi ke negara asalnya Yugoslavia dan dihukum karena melarikan diri untuk menghindari wajib militer.
Dampak dari pandemi COVID-19, pada pekerjaannya sebagai tukang bangunan menjadi berkurang, sehingga ia tidak mampu untuk membayar sewa dan situasi menjadi lebih buruk.
Pada suatu hari ia diusir dari tempatnya karena tidak dapat membayar sewa, dan ia terpaksa tidur di pantai.
Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke penjara, karena menurutnya jauh lebih mudah daripada menjadi tunawisma. Pada Minggu pagi, Desic memutuskan untuk menyerahkan dirinya ke Kantor Polisi Dee Why, dan ia didakwa melarikan diri dari tahanan yang sah, dan ditempatkan di penjara tanpa jaminan.
Â
Advertisement
Kisahnya Menyentuh Banyak Orang
Belle Higgins, putri Peter Higgins, seorang pengembang properti dan salah satu orang terkaya di Northern Beaches, memulai kampanye online GoFundMe karena tersentuh dengan kisah Desic. Ia mengumpulkan lebih dari Rp 355 Juta untuk membantu Desic yang telah berusia 64 tahun untuk membangun kehidupan baru.
Anggota komunitas Belle Higgins juga sangat memuji Desic. Ia dinilai sebagai pria pekerja keras yang baik serta dapat menjaga dirinya sendiri dan tidak pernah mengganggu siapa pun.
Kini, Desic yang statusnya tidak menjadi buronan lagi, memiliki waktu minimal lebih dari 13 bulan untuk menjalani hukumannya sebelum ia dapat mengajukan pembebasan bersyarat. Namun, ia juga harus menghadapi tambahan maksimum tujuh tahun di penjara karena keluar dari penjara sejak awal.
Â
Penulis : Vania Dinda Marella
Infografis sel mewah dalam penjara
Advertisement