Sekjen PBB: Lingkungan Bukanlah Toilet

Sekjen PBB berbicara di COP26.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 02 Nov 2021, 14:17 WIB
Diterbitkan 02 Nov 2021, 10:00 WIB
Sekjen PBB Antonio Guterres di COP26 Glasgow.
Sekjen PBB António Guterres di COP26 Glasgow. Dok: COP26

Liputan6.com, Glasgow - Sekjen PBB António Guterres memberikan pidatonya di acara iklim COP26 yang digelar di Glasgow. Acara ini mendapat dukungan dari para pemimpin dunia dan keluarga kerajaan Inggris.

Pada pidatonya, Antonio Guterres menjelaskan bahwa bahan bakar fosil membahayakan kehidupan manusia. Ia berkata jika kecanduan pada bahan bakar fosil tak dihentikan, maka hal itu justru bisa menghentikan kehidupan manusia.

"Ini saatnya untuk mengatakan: cukup sudah," ucap Guterres, dikutip Selasa (2/11/2021).

Ia mengingatkan agar jangan sampai temperatur Bumi naik hingga 2,7 derajat celcius karena dampaknya bisa sangat signifikan terhadap kehidupan. Tak lupa, ia menegur tanggung jawab negara-negara G20 yang menghasilan 80 persen emisi di dunia. 

Pemimpin PBB itu meminta agar masyarakat dunia tidak lagi merusak lingkungan, atau memperlakukan lingkungan bagaikan toilet.

"Cukup sudah bertindak brutal kepada biodiversitas. Cukup sudah membunuh diri kita dengan karbon. Cukup sudah memperlakukan alam bagaikan sebuah toilet. Cukup sudah membakar dan mengebor dan menambang lebih dalam. Kita menggali kuburan kita sendiri," ujarnya.

 

Hukuman Mati

Kondisi Jerman Usai Dilanda Banjir Parah
Air Sungai Ahr melewati rumah-rumah yang hancur akibat dilanda banjir di Schuld, Jerman, Kamis (15/7/2021). Banjir ini menyebabkan ribuan orang dievakuasi, dan memberi dampak besar ke wilayah Jerman yang berada di perbatasan Belgia, Prancis, Luxembourg, dan Belanda. (AP Photo/Michael Probst)

Lebih lanjut, Guterres menyorot perubahan yang terjadi pada dunia: air samudera semakin panas, air laut semakin naik, dan sejumlah bagian hutan Amazon justru lebih banyak mengeluarkan karbon ketimbang menyerapnya.

Ia pun berkata dunia sedang menuju bencana iklim. Kegagalan mencegah bencana iklim bisa merugikan orang-orang yang tinggal di negara-negara kepulauan kecil dan generasi muda.

"Bagi mereka, kegagalan bukan pilihan. Kegagalan adalah hukuman mati," ucap Guterres. 

Poin penting lain yang ditekankan Guterres adalah supaya subsidi ke bahan bakar fosil dihentikan. Ia juga menyambut baik berkurangnya pendanaan bagi batu bara. 

Guterres lantas memberikan dukungan supaya dunia bisa mengurangi karbon hingga 45 persen pada 2030 agar membantu mencegah naiknya temperatur bumi yang bisa membahayakan kehidupan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya