Jose Ramos-Horta Deklarasi Menang Pilpres Timor Leste, Siap Jadi Presiden

Jose Ramos-Horta mengantongi 62 persen dari pemungutan suara pemilihan presiden (pilpres) Timor Leste putaran kedua yang berlangsung pada Selasa 19 April.

diperbarui 21 Apr 2022, 14:55 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2022, 14:37 WIB
Mantan presiden Ramos Horta tidak mendapatkan suara mayoritas 50 persen dalam pilpres minggu lalu di Timor Leste.(AP: Lorenio Do Rosario Pereira)
Mantan presiden Ramos Horta tidak mendapatkan suara mayoritas 50 persen dalam pilpres minggu lalu di Timor Leste.(AP: Lorenio Do Rosario Pereira)

, Timor Leste - Penghitungan suara dari pemungutan suara pemilihan presiden Timor Leste putaran kedua telah dilakukan. Menurut data dari badan administrasi pemilihan negara (STAE), Jose Ramos-Horta unggul.

Mengutip DW Indonesia, Kamis (21/4/2022), Jose Ramos-Horta mengantongi 62 persen dari pemungutan suara pemilihan presiden Timor Leste yang berlangsung pada Selasa 19 April. Perolehan ini jauh melampaui hasil yang didapat lawannya, Presiden petahana Francisco "Lu Olo" Guterres dengan 37 persen.

"Saya telah menerima mandat ini dari rakyat kami, dari negara dalam demonstrasi besar-besaran atas komitmen rakyat kami terhadap demokrasi," kata Ramos-Horta kepada wartawan di Dili.

Negarawan berusia 72 tahun itu adalah salah satu tokoh politik paling terkenal di Timor Leste yang sebelumnya pernah menjabat sebagai presiden periode 2007-2012.

Mengatasi kekhawatiran atas ketidakstabilan politik di negara itu, Ramos-Horta mengatakan dia akan bekerja untuk mengatasi perpecahan di Timor Leste.

"Saya akan melakukan apa yang selalu saya lakukan sepanjang hidup saya ... yakni selalu mengedepankan dialog, dengan sabar, tanpa henti, untuk menemukan titik temu solusi atas tantangan yang dihadapi negara ini," katanya.

Ramos-Horta mengatakan dia belum berbicara dengan saingannya, Guterres, tetapi telah menerima undangan dari kantor presiden untuk membahas peralihan kekuasaan.

Kronologi Pilpres Putaran Kedua Timor Leste

Selasa 19 April 2022 Pilpres Timor Leste putaran kedua berlangsung. Saat itu, rakyat harus memilih salah satu dari dua tokoh mantan pejuang kemerdekaan yang telah berseteru selama bertahun-tahun sehingga mengakibatkan kelumpuhan politik.

Laman VOA Indonesia, yang dikutip Rabu 19 April 2022 menyebut bahwa peraih Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta memimpin dalam putaran pertama pemilihan. Kendati demikian ia gagal meraih lebih dari 50% suara yang dibutuhkan untuk menghindari putaran kedua Pilpres Timor Leste.

Pada pemilihan 19 Maret lalu, Ramos-Horta mendapatkan 46,6%, sementara Presiden petahana Francisco “Lu Olo'' Guterres meraih 22,1% dan 14 kandidat lainnya berbagi suara yang tersisa.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Berharap Timor Leste Masuk Keanggotaan ASEAN

Mantan presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengincar kembali ke jabatan itu dalam pemilihan tahun 2022-2027. (AP)
Mantan presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengincar kembali ke jabatan itu dalam pemilihan tahun 2022-2027. (AP)

Timor Leste, rumah bagi 1,3 juta orang selama bertahun-tahun telah bergulat dengan ketidakstabilan politik dan tantangan diversifikasi ekonominya, yang sebagian besar bergantung pada minyak dan gas.

Ramos-Horta mengatakan dia mengharapkan Timor Leste menjadi anggota ke-11 dari blok regional Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) "dalam tahun ini atau paling lambat tahun depan." Saat ini, Timor Leste memegang status pengamat di ASEAN.

Momen pelantikan presiden terpilih pada 20 Mei mendatang bertepatan dengan ulang tahun ke-20 pemulihan kemerdekaan negara itu.

Ramos-Horta mengatakan akan bekerja dengan pemerintah untuk menanggapi tekanan ekonomi global, termasuk dampak perang di Ukraina dan lockdown di Cina akibat COVID-19.

"Tentu saja, kami mulai merasakannya di sini di Timor Leste. Harga minyak naik, beras naik, itulah kenyataan yang terjadi di dunia. Ini membutuhkan kepemimpinan yang bijaksana."

Seteru Ramos Horta Vs Francisco Guterres

Francisco "Lu-Olo" Guterres
Jose Ramos-Horta, presiden Timor Leste dari 2007 hingga 2012, dan Francisco Guterres, telah saling menyalahkan mengenai kelumpuhan politik selama bertahun-tahun. Pada tahun 2018, Guterres menolak untuk mengambil sumpah sembilan calon Kabinet dari Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Timur, yang dikenal sebagai CNRT, sebuah partai yang dipimpin oleh mantan perdana menteri dan pemimpin kemerdekaan Xanana Gusmao, yang mendukung pencalonan Ramos-Horta sebagai presiden. Guterres berasal dari Front Revolusioner untuk Timor Leste Merdeka, yang dikenal dengan akronim lokal Fretilin, yang telah memimpin perlawanan terhadap pemerintahan Indonesia. Fretilin mengatakan Ramos-Horta tidak layak menjadi presiden, dan menuduhnya menyebabkan krisis sewaktu menjabat perdana menteri pada 2006. Pada waktu itu puluhan orang terbunuh setelah persaingan politik berubah menjadi konflik terbuka di jalan-jalan di Dili. Kebuntuan politik terakhir menyebabkan pengunduran diri Perdana Menteri Taur Matan Ruak pada Februari 2020. Namun ia setuju untuk tetap menjabat sampai pemerintahan baru terbentuk dan untuk mengawasi respons terhadap pandemi Virus Corona. Pemerintahannya telah beroperasi tanpa anggaran tahunan dan mengandalkan suntikan keuangan bulanan dari simpanan dana negaranya, yang disebut Dana Perminyakan.  

Negara Termuda di Asia

20170320-Timor Leste Gelar Pemilihan Presiden-AFP
20170320-Timor Leste Gelar Pemilihan Presiden-AFP

Pemungutan suara dibuka di Timor Leste pada Sabtu (19 Maret), ketika negara termuda di Asia itu mengadakan pemilihan presiden kelimanya sejak kemerdekaan, dengan keprihatinan atas stabilitas politik dan keamanan ekonomi di garis depan.

Ke-16 calon presiden termasuk mantan pejuang perlawanan dan Presiden petahana Francisco "Lu Olo" Guterres serta tokoh kemerdekaan dan peraih Nobel Jose Ramos-Horta dan seorang mantan imam Katolik. Demikian seperti dilansir dari laman Channel News Asia.

Di tempat pemungutan suara di ibu kota Dili, orang Timor mengenakan masker dan mengantri dengan sabar saat mereka menunggu untuk memilih.

"Kita harus memilih generasi baru agar kita bisa membangun negara ini," kata salah satu pemilih, Jorge Mendonca Soares (42) tentang keinginannya untuk berubah.

Sementara tokoh-tokoh kemerdekaan bangsa masih mendominasi lapangan, untuk pertama kalinya juga ada empat calon perempuan, termasuk wakil perdana menteri Armanda Berta Dos Santos.

Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Infografis Pakai Masker Boleh Gaya, Biar Covid-19 Mati Gaya
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya