, Roma - September mendatang Italia akan menggelar pemilihan perdana menteri baru. Kubu aliansi kanan sepakat mengajukan pemimpin partai terkuat dalam pemilu. Nama Giorgia Meloni tengah jadi sorotan.
Mengutip DW Indonesia, Jumat (4/8/2022), politikus ultra kanan Giorgia Meloni disebut-sebut berpeluang besar menjadi PM perempuan pertama Italia.
Baca Juga
Dalam pemilihan 2018, partai sayap kanan Brothers of Italy hanya memenangkan 4% suara. Empat tahun kemudian, mereka memimpin jajak pendapat dan sekarang terlihat menang lebih dari 23% dan pemimpin mereka Giorgia Meloni diperkirakan menjadi perdana menteri atau PM perempuan pertama Italia pada September mendatang, setelah Mario Draghi mundur dan mengumumkan pemilu baru.
Advertisement
Di dinding sebuah rumah di Via della Scrofa Roma, tidak jauh dari gedung parlemen, terpampang tulisan di atas batu dan karangan bunga kering memperingati Alberto Marchesi, seorang pejuang perlawanan anti-fasis yang tahun 1944 dieksekusi oleh anggota SS Jerman. Tulisan itu tergantung di sebelah kiri gerbang yang lebar. Ironisnya, di sebelah kanan gerbang itu ada petunjuk kantor markas partai neo-fasis Fratelli d'Italia atau Persaudaraan Italia.
Jalan ini memang sejak 1946 menjadi markas partai-partai neo-fasis dan ultra kanan, seperti gerakan MSI, Aliansi Nasional, dan sekarang Persaudaraan Italia, nama yang diambil dari bait pertama lagu kebangsaan Italia.
Ketuanya, Giorgia Meloni, mengklaim dia memang memiliki hubungan "yang tak terputus" dengan para pemimpin fasis masa lalu. Diktator Mussolini adalah "kepribadian yang kompleks," kata Giorgia Meloni dalam sebuah wawancara.
Bahkan sampai hari ini, lanjut dia, banyak orang Italia yang berpikir bahwa tidak semuanya buruk di bawah Mussolini.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ambigu Tentang Fasisme Masa Lalu
Giorgia Meloni, yang pernah menjadi menteri di bawah pemerintahan Silvio Berlusconi, sengaja tidak secara tegas menjauhkan diri dari sejarah fasisme. Dalam otobiografinya dia menulis: "Kita adalah anak-anak dari sejarah kita. Dari seluruh sejarah kita. Seperti halnya dengan semua negara lain, jalan yang telah kita lalui sangatlah rumit, jauh lebih rumit daripada yang ingin diakui oleh banyak orang."
Namun, dia menolak kultus kepemimpinan seperti di masa fasisme dulu.
"Saya tidak perlu meminta maaf dalam hidup saya, tetapi dalam dua dari tiga diskusi televisi, saya selalu dipaksa berbicara tentang sejarah, dan bukan tentang politik saat ini. Saya rasa itu tidak benar," katanya berapi-api.
Lawan-lawan politiknya, kata Giorgia Meloni, sedang putus asa melihat kesuksesannya. Mengasosiasikan dia dengan Mussolini, Hitler, atau Putin adalah konyol, katanya. "Bagaimanapun, saya mendukung Ukraina," kata pemimpin partai Persaudaraan Italia itu.
Advertisement
Sosok Penuh Percaya Diri
Giorgia Meloni terlihat tenang saja menghadapi kritik tajam dari kubu politik sayap kiri.
Ginevra Bompani, seorang penulis kiri, mengatakan kepada televisi La7 misalnya bahwa "Meloni benar-benar brengsek ... dia dikelilingi oleh Nazi." Giorgia Meloni hanya mengatakan di akun Facebooknya bahwa dia lelah digambarkan sebagai "ibu kubu hitam."
Dalam sebuah wawancara TV, dia mengatakan kepada para pengkritiknya untuk memandang ke Prancis dan Jerman, di mana partai-partai populis sayap kanan telah berhasil, dan tidak ada skandal besar di sana. "Mengapa di Italia harus berbeda?"
Giorgia Meloni ingin Uni Eropa menjadi perhimpunan ekonomi yang longgar dan menolak gagasan integrasi Eropa. Dia mengatakan, Presiden Prancis Emmanuel Macron sekarang telah dilemahkan dengan kehilangan mayoritasnya di parlemen. Kanselir Jerman Olaf Scholz kurang percaya diri dan "tentu saja tidak memiliki kekuatan yang sama seperti pendahulunya Angela Merkel."
Justru karena itulah dia kini berpeluang untuk menggalang perubahan yang serius, kata Giorgia Meloni. Pemilihan umum di Italia menurut rencana akan digelar 25 September 2022.
PM Mario Draghi Mundur, Presiden Italia Bubarkan Parlemen
PM Italia Mario Draghi mundur dari kursi jabatannya. Hal itu terjadi karena beberapa partai menarik dukungannya. Presiden Sergio Mattarella kemudian membubarkan parlemen.
Mengutip DW Indonesia, Sabtu (23/7/2022), Presiden Italia Sergio Mattarella akhirnya menandatangani dekret pembubaran parlemen untuk membuka jalan pemilihan umum baru.
"Pembubaran parlemen selalu menjadi pilihan terakhir," kata Sergio Mattarella. Keadaan politik menyebabkan langkah itu harus dilakukan, tambahnya.
Sebelumnya pada Kamis 21 Juli, Perdana Menteri Italia Mario Draghi menemui Matarella dan mengajukan pengunduran dirinya, karena gagal mempertahankan koalisi luas, sekalipun memenangkan mosi kepercayaan.
Menurut UU Italia, pemilihan umum baru harus diadakan dalam waktu 70 hari. "Periode yang kita lalui tidak memungkinkan adanya jeda dalam tindakan (pemerintah) yang diperlukan untuk melawan krisis ekonomi dan sosial, serta meningkatnya inflasi,” kata Mattarella dalam pidato singkat.
Stasiun siaran Italia RAI melaporkan, pemilihan umum baru akan dilaksanakan pada 25 September. Sergio Mattarella telah meminta Mario Draghi untuk tetap menjabat sebagai kepala pemerintahan sementara.
Advertisement